[ RAYA - 03 ]

346 49 14
                                    

Haii!! Selamat berjumpa kembali!
Kangen gak?

Vote, komen jangan lupa ya
Aku mau liat antusiasme dari kalian

Maaf lama guyss...
Part ini panjang hampir 3,5k aku harap kangen kalian terlepaskan...

Selamat membaca

RAYA : FIDELITY[BAB 3]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RAYA : FIDELITY
[BAB 3]

#

Ada yang merasa sendiri padahal memiliki banyak teman?

Ada yang merasa tidak mempunyai masalah padahal memikul segunung masalah?

Ada yang merasa orang-orang semakin lama semakin menjauhi kita?

Jika iya, kamu tidak sendiri. Diva juga merasakannya. Namun bukan menghentikannya, semakin hari Diva menjadi sering over thinking.

Melamun sesuatu yang tidak penting. Memikirkan hal diluar batasnya. Bahkan membayangkan hal-hal mustahil.

Rasanya kepala Diva ingin pecah. Menerima materi di pagi, siang, hingga sore. Tidak lupa otaknya yang bekerja seolah sehari penuh hanya ada kata andai, kalau, seharusnya, tidak lupa dan tidak ketinggalan yang terakhir adalah ‘kok bisa ya?’

Diva meringis kala merasa kepalanya dijitak seseorang dengan keras. Ia mendelik, menoleh dan mencari siapa pelakunya.

“Apa?!” ketus Aya, gadis itu adalah teman sebangku Diva.

“Ada setan di sebelah lo tuh, baru mau masuk ke tubuh lo,” ujar si gadis bule. “Harusnya sih gue biarin aja, biar lo kesurupan.”

Dengan cepat Diva menjitak balik kepala Aya. “Not have akhlak, anjing.”

“Awas aja lo, gue kirim temen gue ke rumah lo. Baru tau rasa,” ancam Aya, berucap serius sambil mendelik.

“Lo mah ya, mentang-mentang punya temen hantu, semua aja lo ancam gue kirim gue kirim! Temen sialan lo emang!” gerutu Diva. Memalingkan wajahnya menghadap papan tulis.

“Woi yang piket! Isi spidol sono! Semua tintanya abis nih!” seru Lambo—si ketua kelas—berdiri di depan kelas sambil mengetuk papan tulis menggunakan spidol.

Aya dengan tidak manusiawi mendorong Diva yang sedang berdiri. “Sialan! Awas lo.” Diva memandang Aya nyalang, dibalas cibiran oleh gadis berparas bule itu.

“Div, gue temenin,” seru Vero sembari berlari kecil menyusul Diva yang berlalu ingin keluar kelas.

Setelah menyamakan langkahnya dengan Diva, Vero sejenak memandang gadis itu kemudian mengulurkan tangan. Diva memberikan spidol yang ia bawa kepada Vero. Tersenyum manis kepada temannya itu.

Kecanggungan tidak dapat dihindari. Walaupun mereka berteman dan selalu hang out bersama ketika kelas sepuluh dulu namun untuk ditinggal berdua, ya inilah yang terjadi.

RAYA : Fidelity Where stories live. Discover now