[ RAYA - 17 ]

90 7 0
                                    

Seperti yang dijanjikan!

Komen yang masih baca cerita ini

Jangan lupa vote ya, selamat membaca

Mohon dikoreksi bila ada typo atau grammar errors, thank you :)

Mohon dikoreksi bila ada typo atau grammar errors, thank you :)

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

[ RAYA : Fidelity ]
Bab 17
+

“Gue baik... iya...  lo juga jaga kesehatan, Bang.”

“Iya... Hati-hati.”

Who?” tanya Meisya duduk di kursi seraya meletakkan kopi yang baru diseduhnya di meja. Di hadapannya sudah ada laptop yang terbuka menampilkan grafik data.

“Abang gue,” timpal Aya meletakkan ponselnya di meja. Lalu merebahkan tubuhnya ke sofa.

Mereka berada di ruangan kerja di rumah utama markas.

“Ngeselin banget gak sih? Tiba-tiba otak gue pengen pelesir?” celetuk Aya yang tengah memperhatikan langit-langit ruangan.

“Itu tau,” jawab Meisya.

Jari telunjuknya tiba-tiba berhenti menggeser touch screen laptop. Ia mematung memingat satu hal.

Telunjuknya kini mengetuk-ketuk meja kemudian Meisya berkata, “Waktu gue datang ke pesta teman bokap. Gue ketemu Edsel.”

“HAH?!!” jerit nyaring dari Aya mengudara membuat Meisya seketika menutup matanya.

“NGAPAIN SI BAJINGAN DI SINI? BUKANNYA BOKAPNYA DIASINGIN?!?!” bukan hanya menjerit, Aya berteriak kencang dengan napas yang memburu. Gadis itu bahkan sudah berdiri tegak dari posisi yang sebelumnya berbaring di sofa.

I ... don't know,” jawab Meisya pelan.

“Ngapain coba? Ngapaiiiin!?!” Gadis bule itu terus mengumpat dengan benak yang memikirkan banyak hal.

“Lu juga kenapa baru bilang sekarang, anjirrr!” serunya geregetan.

Meisya menjilat bibir sejenak. “Lupa,” sanggahnya.

Aya berdecak dengan tangan berkacak pinggang, masih berdiri di tempat.

“Tapi insting gue sih dia nerusin bisnis bokapnya,” ujar Meisya bersandar ke kursi.

“Harus segera dibasmi keturunan si tikus,” timpal Aya.

***

Warna ungu menghiasi langit. Entah menandakan apa, Aya tidak tahu. Namun sore ini sangat indah. Ia bersandar di tepi balkon. Semilir angin menerpa wajahnya, juga membuat helaian rambut Aya berkibar mengikuti arah angin.

Aya sendirian, Meisya pergi ke kamar untuk mandi sedangkan Aya lebih suka mandi ketika malam hari.

Suara gagang pintu yang bergerak terdengar di telinga Aya. Sudut matanya mengarah ke kiri mengikuti dari mana asalnya bunyi.

RAYA : Fidelity Kde žijí příběhy. Začni objevovat