[ RAYA - 22 ]

35 4 0
                                    

HAPPY NEW YEAR BESTIEEE 🤩

Ga nyangka udah ganti tahun. Dan cerita ini masih on going hiks, maloe sekaleeee. Tapi gapapa, aku yang malas ini bakal tetap tamatin cerita ini.

Let's go!!!!

Dukung cerita ini kalo kalian suka. Please koreksi bila ada typo.

Btw, tell me one song that makes you feel badass?!

Play that song when you read this part!

Kalau aku sih Hero by Martin Garrix X JVKE!

Happy Reading!!

RAYA : Fidelity
[ Bab 22 ]
+

Diantara remang malam hari, ada empat mata yang tengah menajamkan masing-masing panca indra mereka. Dengan mengandalkan keseimbangan, mereka duduk pada dahan salah satu pohon yang sudah mereka tetapkan sebagai tempat mengintai. Tentu setelah perdebatan panjang yang dilalui.

“Target terlihat berjalan dari arah barat,” bisikan dari earpiece yang terpasang di telinga mereka.

“Gue bisa liat dari sini,” balas Dani, “mereka jalan ke arah timur.”

Stand-by,” bisik Zico beradu mata dengan Aya yang langsung dibalas anggukan.

Keduanya memperbaiki posisi, berjongkok diantara dahan sambil mengambil ancang-ancang.

“Lo tebak, Disa bakal habisin mereka malem ini atau nggak?” bisik Zico.

Fifty-fifty.” Aya mengangkat bahu.

Suara langkah kaki menyita perhatian mereka. Keduanya mulai berlindung diantara rimbun daun sambil mencari asal suara.

Dua orang berpakaian hitam berjalan semakin dekat dengan pohon tempat mereka bersembunyi.

Zico menekan earpiece-nya. “Gue butuh konfirmasi,” ucapnya, “target kita dua orang, satu pakai topi satu nggak, semua pakai pakaian hitam, is it them?”

“Betul,” jawab Dani.

“Bang Dani, suruh anggota lo buat jaga di sekitar gudang,” ujar Zico.

“Oke.”

“Gue dan Aya bergerak.”

Aya mengangguk kemudian mulai bergerak turun berpegangan pada dahan pohon lalu melompat ke bawah diikuti Zico. Mereka berjalan diantara pohon-pohon rindang secara perlahan. Mengikuti pergerakan target yang mereka incar.

Namun dua orang di depan mereka melewati gudang tempat mereka menghabisi korban pertamanya. Aya maupun Zico saling berpandangan.

“Zico, lo yakin gudang?” suara Dani kembali terdengar, “anggota gue bilang mereka nggak ke gudang.”

“Kami masih ikutin mereka,” jawab Aya menekan earpiece.

Mereka kembali bergerak mengikuti dua orang yang mana semakin jauh jaraknya. Lama mereka berjalan, sampai akhirnya Zico menahan lengan Aya. “Gue tau mereka mau kemana.”

“Gue minta anggota Bang Dani atau siapa pun untuk bergerak ke arah selatan, ke gerbang belakang. Gue rasa mereka bukan mau bunuh anggota lain,” jelasnya, “tapi mau kabur.”

Tepat setelah Zico selesai berbicara sambil memegang telinga, Aya segera berlari diantara semak belukar. Zico dengan segera menyusul gadis itu. Suasana serta langit malam yang gelap membuat Aya kehilangan jejak.

Damn.” Sebuah umpatan keluar dari mulut Zico. Sementara Aya dengan napas yang terengah masih berusaha mencari dua orang itu diantara gelapnya malam.

RAYA : Fidelity Onde as histórias ganham vida. Descobre agora