18. Bingung

13.2K 1.1K 32
                                    

      Sepulang sekolah, Kirana langsung pergi ke cafe untuk bekerja. Kirana mengganti kemeja putihnya menjadi kaos khusus untuk pelayan. Hari ini banyak sekali pelanggan. Kirana sangat senang, dan bersyukur.

      Kirana menghampiri meja nomor 17, ia melihat dua pria yang tidak asing baginya. Kedua pria itu adalah Arka dan Aron. Kirana tersenyum, ia tidak malu jika ada teman sekolahnya tahu kalau ia bekerja menjadi pelayan cafe. Arka dan Aron tampak kaget saat tahu Kirana menjadi pelayan.

      "Silahkan mau pesan apa?"

      Aron menyebutkan apa saja yang ingin ia dan Arka pesan. Setelah itu Kirana berjalan ke belakang untuk memberitahu makanan dan minuman apa saja yang harus di buat.

      Setelah mengantarkan pesanan Aron dan Arka, Kirana tidak menyadari jika Arka terus menatapnya. Aron mengedihkan bahunya, tidak mau ikut campur mungkin Arka ada dendam sesuatu itu yang Aron pikirkan.

      "Arka, udah makan jangan liatin Kirana terus, orangnya juga udah nggak kelihatan lagi kan," ucap Aron, Arka mengangguk.

      "Kok lo ngeliatin Kirana gitu banget sih tadi?" tanya Aron.

      "Kayak gitu, maksudnya gimana?"

      "Yaa gitu, lo ada masalah atau ada dendam apa sama si Kirana?"

      "Nggak."

      "Udah ah, cepet makan gue kangen sama kasur. Cepek banget ini."

      "Harusnya gue yang ngomong gitu kan elo yang ngajakin gue ngomong jadi lama kan."

      Aron memutar matanya malas.

      Kirana pulang pukul 21.30 malam, saat sampai di depan gerbang ia melihat ada Virgo. Aneh sekali, ngapain Virgo ke sini?

      "Lo tuh ya, cewek kok pulang malem. Mau jadi apa lo hah!" bentak Virgo.

      Kirana menunduk, "kamu ngapain ke sini malam-malam, aku ada salah apa?"

      "Dari mana lo?!" tanya Virgo.

      Bukannya menjawab malah bertanya balik, Virgo ini kenapa. Kirana menggeleng, jujur ia saat ini sangat capek dan ingin istirahat tapi tidak bisa karena Virgo.

      "Kamu nggak perlu tau, lagian nggak penting juga kalo aku kasih tau."

      "Gue tanya baik-baik, lo dari mana?"

      "Kerja."

      "What! Kerja! Yang bener aja dong, orang tua lo kok nggak ngelarang sih. Dan buat apa lo kerja, yang gue liat sih orang tua lo cukup mampu biayain kehidupan lo, lagian sekolah lo juga kan dapet beasiswa pasti ringan lah."

      "Kok kamu sewot sih?" Kirana mengerutkan keningnya. Virgo menatap Kirana dengan tatapan tajam.

      "Nih ya, lo itu masih tanggungan orang tua elo. Lo juga masih sekolah mana boleh kerja, harusnya lo fokus ke sekolah lo bukannya mikirin cari uang."

      "Kamu nggak tau apa-apa, mending diem aja. Kamu keterlaluan tau, terserah aku dong mau kerja atau mau apa aja ini kan hidup-hidup aku, kok kamu sih yang repot."

      "Keras kepala banget sih jadi orang. Udahlah gue pusing, gue mau pulang buang-buang waktu tau nggak gue disini!"

      Setelah Virgo pergi, Kirana membuka pagar rumah. "Lah aku kan nggak nyuruh di kesini, dia sendiri kan ke sini. Berarti dia yang buang-buang waktu dia sendiri. Dasar aneh." ucap Kirana lirih.

      Kirana segera mandi lalu melaksanakan sholat isya, tadi karena banyak pelanggan ia tidak bisa sholat isya untungnya saja ia masih bisa sholat Maghrib di salah satu ruangan di cafe tempat ia bekerja. Kirana membuka buku dan ia baru ingat kalau ada pr.

KING BULLYING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang