31. Menyerah

18.8K 1K 23
                                    

Keesokan harinya Kirana menyempatkan diri untuk menjenguk Raihan, ia tau Raihan koma dari Varel. Tidak ada hentinya mulut Kirana terus mendoakan agar Raihan cepat sadar dari komanya. Saat akan masuk ke rumah sakit ternyata ada mamanya Raihan dan juga kakak perempuannya. Akhirnya Kirana masuk bersama mereka.

Mamanya Raihan sudah menawarkan makanan untuk Kirana tapi ia tolak, dia hanya ingin melihat Raihan. Kirana duduk di bangku dekat brankar, ia selalu tersenyum dan sesekali mengajak Raihan berbicara walaupun Raihan tidak menanggapinya.

Tiba-tiba Kirana merasa ada benda yang menyentuh tangannya. Saat melihat ke arah tangan, ternyata itu tangan Raihan. Kirana langsung berteriak memanggil dokter.

Entah rasanya sangat senang melihat mata Raihan terbuka. Kirana menoleh ke samping, ada mama dan kakaknya Raihan yang masih mengatur nafasnya karena mereka berlari dari kantin saat mendengar Raihan siuman, bahkan mereka belum menghabiskan makanannya.

"Ma lapar," rengek Raihan pelan. Mamanya Raihan tersenyum lalu memberikan bubur pada Kirana.

"Tolong kamu suapin Raihan ya, tante mau lanjutin makan."

"Iya tante, biar aku aja yang suapin Raihan."

"Maaf ngerepotin," Kirana menggeleng pelan.

"Nggak kok, kamu cepet sembuh ya. Sedih banget lihat kamu sakit, apalagi kemarin kamu nggak sadar."

Raihan menatap tepat di mata Kirana, dia tau kalau Kirana tulus. Tapi Raihan juga tau kalau Kirana hanya akan menjadi sahabatnya. "Kirana, mau nggak satu hari ini nemenin gue di rumah sakit. Gue ngerasa kalau gue udah nggak bisa di sini sama lo lagi."

"Maksudnya?"

"Secepatnya gue bakal pergi dari Indonesia. Sebenarnya nanti nunggu lulus tapi gue ngerasa harus pergi tahun ini karena gue nggak mau ganggu perjuangan seseorang."

"Kamu mau pindah ke mana?"

"Korea, awalnya gue mau pindah ke Taiwan tapi kasihan kakak gue, dia kan kuliah di Korea kalau jadi ke Taiwan kakak gue harus pindah lagi."

"Tapi kamu masih mau jadi temen aku kan?"

"Iya lah, selamanya gue bakal jadi temen lo."

Kirana tersenyum, ia terus menyuapi Raihan. Setelah makan Raihan di suruh istirahat oleh dokter, Kirana menunggu di sofa dalam ruangan bersama mamanya Raihan. Sedangkan kakaknya Raihan pulang, mau beberes karena lusa akan kembali ke Korea.

"Tante kapan ke Taiwan?"

"Kami tau?" Kirana mengangguk.

"Nunggu Raihan pulih, jujur sekarang ini tante bingung sama Raihan. Dulu dia ngotot nggak mau pindah keluar negeri, tapi entah kenapa tadi dia bilang kan mau pergi."

Hari mulai malam, Kirana pamit untuk pulang. Sebenarnya ia ingin sekali menemani Raihan tapi takut tante Vina mencarinya. Kirana juga merasa sangat tidak sopan jika ia bersikap semaunya sendiri seperti pergi tanpa ingat waktu.

"Virgo, mau kemana?" tanya Kirana saat berpapasan dengan Virgo di depan pintu.

"Nggak jadi," Virgo berbalik arah lalu pergi ke dapur. Kirana menggeleng sambil tersenyum lalu ikut ke dapur.

"Virgo aku mau bicara sebentar, bisa?"

"Nggak bisa, gue sibuk."

Kirana mengerti kalau Virgo sibuk jadi ia langsung pergi ke lantai atas. Virgo mengambil satu apel dan pisau.

"Tunggu bentar, kupasin apel ini. Gue mau makan apel."

Virgo terus menatap Kirana yang sedang mengupas kulit apel. Cantik. Kata itu lah yang terus ada di pikirannya. Kirana tidak hanya cantik tapi baik.

KING BULLYING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang