19. Antares

29 3 1
                                    

Sesampainya mereka di rumah sakit, langkah panik Arel menghujam lantai. Tero kebingungan untuk menghentikan langkah itu, yang pada akhirnya iapun mengikuti Arel untuk melihat kondisi kaltus.

Mereka melihat dari sebalik pintu, karena kondisinya di kala itu masi terbujur lemah sehingga dokter belum bisa memperbolehkan masuk siapapun. Arel dan Tero hanya bisa menunggu sampai dokter mengizinkan mereka.

Tatapan nanar seakan menembus tujuh tembok, Arel tak bisa berkutit akan kejadian hari ini. Janji dirinya untuk mengusut tuntas kematian Bu Sarah yang telah berjasa dalam hidupnya.

*****

Wajah pucat pasi tergambar di raut bibi Luna, ia hanya bisa terdiam kaku di bangku taman alun-alun kota sembari menampung tetesan bening yang keluar di pelipisnya.

Harapannya untuk bisa hidup tenang bersama putra yang dicintainya seakan musnah karena kehadiran orang yang sangat ia harapkan tidak pernah kembali datang menghancurkan hidupnya untuk yang kedua kalinya.

Hanya ada penyesalan di pundak wanita itu, karena sebagaimanapun usahanya untuk menghilangkan sifat bodoh yang mudah ditipu itu tetap saja ada waktu kambuhnya kembali sampai dimana ia benar-benar pulih.

Air mata itu mengukir garis di wajahnya, berharap ini semua hanya mimpi buruk, semakin ia berharap kenyataan semakin memperlihatkan dirinya.

*****

Black hole begitu orang menjulukinya, Rudolph merupakan seorang pengusaha terkenal seantero negeri. Ia memiliki kaki tangan yang sangat kuat sampai pejabat-pejabatpun tunduk padanya.

Di ruangan kosong tanpa jendela ia mengintograsi seseorang dengan sadis untuk menemukan pelaku dari surat yang ia dapatkan, ia adalah ayah Tero
"Dasar kau bajin**n, kamu kira aku tak bisa menangkapmu? Kau tahu dunia ini milikku." Tawanya terbahak-bahak menarik rambut Ayah tero usai memukulinya. "Kau berusaha kabur dariku, lihat ini adalah hal yang mudah untukku." Ujar Rudolph yang berhasil menangkap Ayah tero di kediaman tero yang saat itu ia seorang diri di apartemen besar itu.
"Hhh pukul aku semaumu, kau juga bisa membunuhku tapi ingat ini, kau tidak bisa apa-apa sekarang!" Tawa ayah tero dengan darah yang memenuhi wajahnya.

Mendengar itu Rudolph naik pitam dan memukul sekuat tenaganya kembali kemudian menyuruh ajudannya untuk membawa tubuh ayah tero yang sudah tidak bernyawa.
"Belum saatnya untuk membunuh brengsek ini, aku masi bisa memanfaatkannya. Panggil dokter ke sini." Perintah Rudolph pada ajudannya sambil membersihkan bekas darah dari pakaiannya.

Tak lama berselang datang polisi menyusup masuk menahan Rudolph dan antek-anteknya,
"Anda kami tahan, atas kasus pembunuhan, korupsi, suap, nepotisme." Ujar polisi memborgol tangan Rudolph.

Mendengar itu Rudolph tidak terima, "Atas dasar apa anda menahan saya, siapa yang telah mengotori nama saya?" Teriak Rudolph ingin melepaskan diri.
"Jangan cari alasan, salah satu dari kalian telah melaporkan diri." Balas polisi memasukkan Rudolph ke mobil.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

matahari tengah malam Where stories live. Discover now