09. Andromed

84 22 2
                                    

Arel mengunjungi lokasi yang tertera di buku arsip pasien yaitu tempat dimana ia bertemu dengan Tero.
      "Permisi, saya Borealis ingin bertemu dengan Bapak Antony" ujarnya kepada salah satu karyawan kantor.
      "Baiklah, boleh tau hubungan anda dengan Bapak Antony?" Tanya pegawai itu.
       "Katakan padanya kalau saya dokter rumah sakit yang ia kunjungi kemarin."
       "Baiklah tunggu sebentar, saya akan mengabari bapak Antony anda bisa tunggu di sana."
       "Bailkah terimakasi."
(10 menit berlalu)
       "Permisi mbak, anda bisa keruangan Bapak Antony sekarang."
       "Baiklah terimakasi banyak." balas Arel menundukkan badannya.

DI RUANGAN ADVOKAT
Arel memasuki ruangan yang di penuhi desain ciamikk, semua interior bernuansakan modern classic  membuat matanya berlarian kemana-mana.
     "Permisii mbak.." Ujar pengacara itu pada Arel yang masi terbungkam melihat kemewahan ruang kerja itu, desainnya seperti rumah impiannya.
     "Ehhmm permisi Mbak, anda ada keperluan apa disini?"
     "Ohh ya maafkan saya, apakah anda Bapak Antony?" Tanya arel dengan pikiran yang masi berkeliaran
      " ya dengan saya sendiri"
      "Saya borealis salah satu dokter forensic dari rumah sakit yang anda kunjungi kemarin"
      "Ohh ya, saya sudah di beritahu tadi."
      "Begini pak, kenapa anda memberhentikan otopsi korban terbakar kemarin pak?" Tanya Arel dengan tatapan intograsinya.

Dengan wajah bingung, "Itu sudah menjadi pekerjaan saya menjaga rahasia klien saya, jadi saya tidak bisa mengatakannya." Ujar pengacara itu
       "Apakah klien bapak dari keluarga korban?"
       "Tidak bisa dijelaskan, saya ditugaskan untuk itu dan saya menyelesaikannya."
       "Apakah anda tidak tahu latar belakang klien anda sendiri?"
       "Sekali lagi tu adalah privasi, saya tidak bisa mengatakan begitu saja, saya ada rapat sekarang jadi saya tidak bisa berbicara lebih lama."
        "Ohh ya, baiklah pak." Arel yang tidak habis fikir dengan ucapan pengacara yang penuh tanda tanya, ia meninggalkan ruangan super tersebut.
        "Pantas saja ia memiliki ruangan gila ini, kalau ia bekerja hanya karna uang." Oceh arel keluar dari ruangan itu.

Arel menekan tombol lift untuk ke lantai dasar, ketika Arel keluar secara tak langsung ia bertemu dengan Tero yang ingin memasuki lift.
      "Haii, lama tak bertemu." ujar Arel kepada Tero.
Senyuman itu membuat Tero sulit bernapas. "Hhem, haii." Balas Tero canggung, kodisi yang sulit di percaya datang kembali.
      "Aku pergi dulu ya." Sahut Arel.
       "Tttunggu dulu bisa kita berbicara sebentar? sudah lama kita tidak berbicara." ujar Tero dengan gugup.
       "Tentu." Sambut Arel.

*****

Tanda pengenal yang ia tinggalkan di meja makan, menjadikan aku harus menyusul Tero ke kantornya.

Saat di koridor aku melihat Tero berjalan keluar dengan seorang wanita yang tak asing bagiku. Aku memutuskan untuk menghampiri mereka berdua
       "Terooo, ini tanda penngg." Kejut Kaltus melihat ke arah wanita itu.
       

     

      

matahari tengah malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang