10. Magellan

38 18 0
                                    

     "Tero ini tanda pengg, hee kau cewek tak tau diri itu?" Mengapa dia disini? Gumamku.
     "Kau cowok cabul itu ya?" Kejut Arel melihat wajah Kaltus.
     "Apa?? Kamu memang tak tau diri ya, seharusnya aku biarkan saja kamu di bunuh preman-preman itu."
     "Kalian udah pernah bertemu ya?" Tanya Tero yang kebingungan.
     "Kami memang pernah ketemu, saat dia menyelamatkan ku dari preman mabuk, maafkan aku saat kamu menggendongku malam itu, aku fikir kamu orang cabul jadi aku keceplosan tadi hehe." Balas cewek itu segan kearahku.
     "Lain kali jangan asal menilai orang!" Balasku pada wanita itu dan memberikan kartu identitas Tero ketangannya.
     "Kartuu kuu, pasti ketinggalan ya kamu baik banget jauh-jauh kesini hehe." Goda Tero padaku.
     "Aku pergi dulu, gak tahan aku lama- lama disini." Balasku meningglkan mereka berdua.
     "Ehh tunggu dulu, kamu harus mengenal wanita ini." ujar Tero yang menahan tangan ku.
      "Gak perlu aku sudah tahu."
      "Dia dokter forensik yang menyelamatkan bukti ibu kamu itu." balas Tero melihat kemataku.
       "Heeeh apa?? Apa benar dokter itu kamu?" Tanyaku menyoroti wanita itu.
        "Hoo jadi Katulistiwa itu kamu, kenapa harus kamu sih orangnya?" balas jutek Arel.
       "Haha kok jadi gini ya? Mendingan kita omongin dulu baik-baik biar makin jelas." Ajak Tero yang makin bingung sehingga tertawa tak jelas.

*****

Di kedai kopi terdekat, Tero menjelaskan semuanya pada aku dan Arel.

     "Ooo gitu ya, sorry ya aku cuman gak tau kamu dokternya." ujar ku pada dokter itu.
     "Udahh aku yang salah kok, jadi kita impas yaa, ohh ya namaku Borealis tapi panggil aja Arel." Balas Arel menyulurkan tangannya.
     "Namaku Katulistiwa bisa di panggil kaltus"
     "Hmm ya, aku mau kasi tau kalau aku sedang mengotopsi korban kebakaran tapi dapat surat pemeberhentian pemeriksaan persis saat aku mau mengotopsi ibu Kaltus dulu. Kamukan juga pengacara, kamu kenal gak sama bapak Antony ini?" ujar Arel yang memperlihatkan data diri dari pengacara kondang itu pada Tero.
      "Tentu aku mengenalinya dia atasan ku." Balas tero.
      "Bagus dong, kamu bisa tanyaain kasus ini soalnya aku gak punya wewenang untuk itu. Dan surat itu berasal dari klien yang sama saat kematian ibu Kaltus kemungkinan ini permainan politik deh, aku juga kurang paham sih."
      "Okee aku coba mencari tahunya." Balas Tero mengambil identitas korban terbakar dan klien itu.
      "Gimana bisa identitasnya sama ya?, siapa orang ini?" Tanya ku yang tidak habis berfikir melihat data diri yang di sungguhkan Arel pada kami.
    

matahari tengah malam Where stories live. Discover now