15. Lubang Hitam

45 14 0
                                    

"Arel kamu mabuk ya?"
"Tidak aku cuman sedikit minumnya, ini baru botol kedua" sambil menunjukan padaku botol yg terisi setengah
"Kenapa kamu mengajakku kesini?"
"Kal aku mau ngundurin diri dari kasus ibumu." ujarnya setengah sadar
"Kenapa? Aku sangat membutuhkan kamu."
"Tidaak, pengacara ular ituuu akan menyakitiku." Balas Arel yang sudah tidak menyadarkan diri.
"Heee tunggu dulu pengacara siapa?"

      Aku membawa arel menuju rumahnya, jutaan permasalahan membentuk galaksi di pikiranku. Sesekali befikir meninggalkan tubuh ini, remahan akal sehat menghentikanku. Andaikan aku menghabiskan semua akal sehatku dan tidak akan ada yang bersisa, aku akan pergi tanpa merasa bersalah.

     Sepulang dari rumah Arel, aku mecoba menghubungi Tero
"Tero bisakah kamu mencari informasi tentang pak Antony? Aku rasa ada yang tak beres antara dia dan Arel"
"Okee baiklah"

*****

Di apartment Tero
"Heii apakah kau benar-benar sudah sembuh?" ujar ibu tero menatap tajam pada Ayah tero.
"Menurut kamu bagaimana? Apakah aku masi terlihat mesum?"
"Kalau tidak di jodohkan tak sudi aku menikahi orang pedofil sepertimu, hanya untuk seminggu kau di sini ingat itu."
"Kita lihat saja nanti." balas ayah tero mengunyah cemilan di depan televisi.

     Tero yang sudah menyelidiki kebusukan dari pak Antony menemukan beberapa hal yang sungguh mengejutkan, bahwa pak Antony merupakan teman satu sekolah semasa SMA dengan Ayahnya sendiri.
"Tidak heran kenapa mereka sama-sama busuk." Gumam tero melihat data pribadi pak Antony.

     Keesokan harinya tero menemui Arel di kantornya,
"Hai Arel apa kabar? Aku membawakan pizza, maukah kamu makan denganku?" Tanya Tero dengan amukan detak jantung.
"Tentu, kita makannya di sana aja."
Tunjuk Arel ke taman di depan kantornya. "Hoo pizzanya sungguh lezat." Kagum Arel merasakan lelehan mozarella.
"Hmm bagus dong kalau begitu, aku juga bawa kopi ni. Mumpung kedainya gak jauh dari kantor kamu."
"Terimakasi ya, kerjaan yang menumpuk membuat perutku tak tahan lagi laparnya hehe"

     Dari kejauhan banyak wanita yang memerhatikan Tero,
"Kamu kayaknya banyak penggemar ya" ujar arel
"Hmm aku juga gak tau tu kenapa, ohh iya apakah kamu sudah menemukan informasi lanjut?"
"Beginii, aku sepertinya gak bisa lagi bantuin kalian."
"Kenapa??"
"Belakangan ini kerjaan ku sangat banyak, hmm aku harus masuk ni sekarang udah kelewatan waktu istirahatnya. Aku pergi dulu ya." Gegas Arel meninggalkan Tero
"Betul yang Kaltus bicarakan ada hal yang mengganggu Arel." Guman Tero melihat Arel dari kejauhan. "Semoga dia baik-baik saja"

Di Apartment tero
"Apakah Tero masi dekat dengan bocah tengil itu?" Tanya ayah Tero pada Ibu Tero
"Bocah tengil siapa kamu maksudkan?"
"Itu si Katulistiwa."
"Kamu yang tengil bilang anak orang tengil lagi."
"Hehh udah emaknya mati gantung diri, sekarang mati-matian nyelidikin kasusnya."
"Dari mana kamu tau, kalau ibunya mati gantung diri ha? Bukannya kamu udah duluan ke Amerikanya?"
"Kau tau tujuan aku kesini?" Ujar ayah tero yang menyoroti mata ibu tero "Untuk memeras orang, uang aku udah habis di sana jadi aku butuh pemasukan lagi."
"Maksud kamu apa? Siapa yang kamu peras?"
"Itu rahasia perusahaan jadi cukup sampe di situ saja bocorannya"
"Keluar kau dari sini gak sudi aku menolong orang bejat seperti kau."
"Usir saja aku kalau kamu mau anak mu menanggung hutang-hutangku. Akan ku beri tahu mereka dimana keluargaku jadi dia akan meneror tero."
"Beri tahu saja aku tidak takut, akanku laporkan kamu."
"Kamu tahu siapa saja mereka? Jendral-jendral besar. Aku menyimpan semua kotoran mereka, mereka takut jika aku kembali ke indonesia. Mereka mengancamku dengan membunuhku dan semua keluargaku"
"Benar-benar iblis, kau telah menjebakku." ujar Ibu tero mengepalkan jarinya sembari berteriak ke arah Ayah tero.



matahari tengah malam Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora