12. Lunar Eclips

52 17 0
                                    

      "Bibi apakah ada orang lain dirumah ini?"
      "Emm tidak kok, tadi Bibi lupa ngambil piring yang Bibi taruh di meja kamar Bibi. Sebentar bibi bereskan dulu ya."
      "Hoo baik Bi" iyasih gak pantulan suara orang di pendengaranku ku, "sudahlah" seketika aku melanjutkan makan siangku.

Beberapa saat kemudian Bibi kembali dengan memebawa beberapa belingan kaca,
     "Kenapa bisa jatuh bi?
     "Tadi bibi menaruhnya di tepi sekali makanya bisa jatuh"
      "Ooo, hati-hati luka Bii"
       " Iyaa nak kaltus"

****

Tidak lama setelah itu tero pergi menemui Arel ke kantor pusat forensic mencek korban karena terbakar sebelumnya.

Sesampai di rumah sakit Tero melihat Arel yang sedang berbincang dengan seseorang yang sepertinya sangat serius dan ternyata orang itu adalah atasannya tero Pak Antony,
      "Kenapa Arel meminta bantuanku kalau dia bisa saja langsung bertemu dengan Bapak Antony?" ujar Tero yang masi melihat mereka dari kejahuan sambil menunggu kapan perbincangan itu berakhir.

Tak lama setelah itu Tero melihat bapak Antony pergi meninggalkan Arel, dengan bergegas tero menghampiri Arel,
     "Dokter arel!" Lambai tero dari kejauhan.
      "Ohh hallo Tero." Balas arel.
      "Itu Bapak Antony kan?, kenapa dia  menemui mu?"
      "Ohh itu dia hanya datang bertemu dengan atasanku aku tidak sengaja bertemu, dia sibuk jadi gak bisa lama-lama."
      "Okeedeh, yang kamu pegang itu apa, apakah ada informasi lanjut?" tanya Tero yg melihat berkas yang di pegang Arel dibelakang punggungnya.
      "Inii, emm ini data korban yang lain."
     "Ohh ya aku bisa lihat data korban yang kebakaran yang kamu otopsi minggu lalu gak, soalnya aku mau memastikan keakuratan dari kasus ini."
     "Ohh itu, data itu lagi aku finalisasi lagi karena masi ada bukti pembaruan di sana."
     "Lohh kemarin kamu bilang udah akurat, kenapa masi ada perubahan?"
     "Iyaa aku ceroboh saat itu."

Saat itu juga Tero melihat hal yang mengganjal disana, Arel yang dia lihat sekarang bukan seperti arel yang ia kenal sebelumnya. Wanita dengan penuh keyakinan dan optimis yang pernah ia temui.
      "Jadi data yang aku temuin ini gimana dong?"
      "Hmm kamu bisa kasi aja ke aku biar aku yang urus nantinya"
      "Gimana ya, aku harus memastikan dulu keakuratan dari data korban kebakaran itu."
       "Iyaa aku tau, serahkan aja sama aku." ujar Arel yang tidak melihat kearah mata Tero.
       "Hmm baiklah inii." Tero menyondorkan data itu pada Arel
      "Okee baiklah aku pergi dulu ya, kalau ada informasi yang lain kabari saja aku." ujar Arel yang pergi meninggalkan Tero.
       "Ehh.. baiklah" balas Tero dengan sikap Arel yang tidak terduga

Tero yang tidak habis fikir memikirkan apa sebenarnya yang terjadi, saat itu juga Tero menggas mobilnya untuk menemuiku.
    "Kaltus kamu dimana?" Tanya tero meneleponku.
     "Aku di rumah mu."
     "Kapan kamu kerumah?"
     "Barusan, aku mau makan masakan lezat bibiku dulu baru aku kerja lagi mumpung lagi free hehe"
     "Hee enak aja tungguin aku dulu, aku juga laper nih"
     "Kagak bisa udah keburu habis."
     "Ahh bacot, aku kesana." Balas Tero yang kemudian mematikan handphonenya.
    "Dasar bocah tengil ini." Tawa ku melihat tingkah Tero. "Bibi Tero mau kesini, dia mau makan juga gimana dong?, sambalnya udah aku habisin semua ni."
      "Tenang aja nak Kaltus, Bibi udah siapin untuk tero kok tinggal di goreng aja." Balas Bibi menuju dapur.
      "Hmm baiklah Bi." Balasku dengan  senyuman.

Tero yang tidak ingin kelewatan jatah bergegas memakirkan mobil di basemen apartemen.

Tingnongg!!(suara bel)
     "Tero udah datang, aku bukain pintunya ya Bi."
    "Yaa, terimakasi nak Kaltus Bibi masi nyiapin nasi teronya dulu."

Aku membuka pintu, dengan kilat Tero menuju ruang makan dan menyantap hidangannya.
     "Untunglah masi kebagian" ujar Tero mengelus dada.
     "Wkwk, sebenarnya udah aku ludesin tadi, untung aja ibu kamu masi ada stok."
      "Kamu ini benar-benar maruk ya, sudahlah yang penting sekarang aku kebagian."
      "Lahh kamu kenapa keluar sekarang?, cabut ya?"
      "Enak aja emang sekolah apa, aku lagi kerja ini."
      "Kerjaa apanya?"
     "Iyaa, aku lagi mesiasati kasus Ibu kamu, jadi aku pergi ketemu arel di rumah sakit, tapi.."
  

   
      

    

matahari tengah malam Where stories live. Discover now