06. Nebula

59 29 2
                                    

Aku berlari menuju gang dimana suara itu berasal, sesampai disana aku melihat beberapa orang preman mabuk menyergap seorang wanita, aku mencoba menyingkirkan semua rasa takut dengan menendang bagian punggung salah satu dari mereka, melihat hal itu yang lainpun ikut menyerangku dengan belati yang mereka pegang.

Aku berlatih lebih banyak mengenai silat selama menjadi pasukan elit, intinya belajar mengontrol amrah dan nafsu saat kita mematikan. karena kondisi mabuk mereka tidak memiliki cukup tenaga untuk melawan sehingga aku bisa melumpuhkan mereka, melihat kondisi wanita itu aku berlari menghampirinya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku sambil melepas tali yang melilit tangannya.

"Ya aku baik-baik saja?" balasnya yang mulai tidak meyadarkan diri.

Aku memutuskan langsung membawa wanita itu ke rumah sakit dengan menggendongnya di punggungku, kondisi wanita itu sangat memprihatinkan kakinya terluka karena memberontak saat melarikan diri untung saja aku bisa menghentikan mereka sebelum mereka berbuat labih jauh lagi.

Saat di perjalanan aku merasakan sedikit pergerakan dari wanita itu yang ternyata sudah sadar.

"Heiii kau siapa, turunkan aku." sambil memberontak kemudian memukul kepalaku.

"Aduhh T_T" Pukulan wanita itu cukup kuat mengenai kepala belakangku "Aku menyelamatkan mu tau!" Tegasku meneriakinya dan melepaskan tanganku yang mengankatnya.

"ohh yaa? Maafkan aku." Balas wanita itu, "Kamu boleh pergi sekarang, aku bisa jalan sendiri kok syuah syuah." Dia mengusirku dengan kaki sempoyongan itu bahkan ia tidak sanggup menahan berat badannya sendiri sehingga membuatnya terjatuh di trotoar pinggir jalan.

Melihat hal itu aku tidak tega meninggalkan wanita itu sendirian malam-malam dengan kondisi seperti itu,

"Dasar wanita itu ya benar saja! Apakah itu ucapan terimaksihnya setelah aku menolongnya?" Gumam ku saat aku melihat wanita itu tergeletak. "Apa kau gila??" Teriakku tidak peduli apa yang akan dia gunakan untuk memukulku, aku menggendong wanita itu ke punggugku dan membawanya ke rumah sakit terdekat yang hanya berjarak sekilo dari lokasiku sekarang.

Sontak wanita itu mengamuk dipunggungku "Tidaak, kau orang gila turunkan aku cepat!" Teriaknya, tiba-tiba ada seorang paman yang mendekati ku dan menanyakan apa yang terjadi.

"Heii kau apakan dia?" ujar paman itu.

"Tidak paman saya saudaranya, dia sudah tidak waras kakinya terluka jadi aku membawanya ke rumah sakit dia memang suka berkeliaran saat malam." Jawabku yang sengaja berbohong agar tidak di hakimi warga nantinya.

"Hoo kalau gitu cepatlah lukanya terlihat parah" ujar paman itu khawatir.

"Iya baik Paman"

"Tidak paman, aku bukan gila paman selamat kan aku pamaaaan!" Teriak wanita itu di atas punggungku, langsung saja aku membawanya pergi dari paman itu

"Sungguh berat hidupmu nak, mana masi muda kehidupanmu sudah menyakiti mu." ujar pelan paman itu sambil menggelengkan kepalanya

Saat di perjalanan, "Kenapa kamu masi berkeliaran malam-malam begini ha? kamu fikir dunia ini punya bapak kamu?"

"Aku pulang kerja, apa peduli mu" jawab wanita itu kembali menjentos kepalaku.

"Sebaiknya kamu belajar tatakrama untuk berterimakasi!"

"Turunkan aku dulu dan aku akan ucapkan itu." Balasnya dengan sempoyongan.

"Kamu benar-benar tidak tahu diri ya, lihatlah tubuh daging tanpa tulang ini jalan aja gak sanggup sok berlagak kuat."

"hiih dasar kau ini, aku sudah mengaggap jasa kamu ini tau!" Teriak wanita itu.

"Yaaa bodo amat"

Suara demi suara pantulan, gesekan, ketukan aku dengarkan agar telingaku teralihkan dari ocehan wanita itu. Sesampai dirumah sakit aku memberikannya pada salah seorang perawat,

"Suster kalau kamu ingin membunuhnya bunuh saja dia, aku pergi dulu nadiku rasanya ingin pecah jika lama-lama bersama wanita ini." Aku langsung angkat kaki dari hadapan wanita itu.

"Tapi tungg.." ucapan perawat yang langsung di hentikan oleh Arel

"Tidak apa-apa aku yang bertanggung jawab penuh atas diriku" Ujar Arel yang menahan tangan perawat itu.

"Kenapa kamu bisa seperti ini?" Tanya perawat itu yang merupakan teman baiknya.

Eclipsia yang biasanya dipanggil El merupakan teman baik Arel semasa SMA yang merupakan seorang perawat di rumah sakit ini.

"Aku sungguh tidak baik, cepat ambilkan aku antiseptic aku udah gak tahan lagi nii huhu." Keluh Arel

"Iyaa, tapi dia itu siapa?" Tanya El sambil menggoda arel yang sibuk dengan P3Knya.

"Apa sii, ceritanya panjang nanti aku ceritain yang penting sekarang obati kakiku dulu!" Rengek Arel

Ketika El mengobati kaki Arel kemudian ia menceritakan semua yang terjadi padanya semalaman ini ke El.

"Apaaa?" sontak El menekan luka Arel yang ia obati, "Kamu gak apa-apa kan??" memegang-megang wajah Arel.

"Aduuh T_T" yang langsung menepuk tangan El.

"Sudah aku bilang telfon saja aku kalau kamu pulang malam lagi, biar sama-sama kita pulangnya dasar anak keras kepala." Oceh El yang mencubit-cubit Arel

"Iyaaa,,iya,, lain kali aku kabari deh."

"Heehh iyaa,,iya,, ngebacot lagi, dahla sekarang ayo kita pulang" ujar El yang mulai membereskan semua kotak obatnya.

matahari tengah malam Where stories live. Discover now