07.Lunar

56 31 3
                                    

    Saat perawat itu menanggani wanita itu, aku mencoba untuk melihat keadaan rumah sakit yang mengingatkanku akan mimpi buruk hanya saja itu nyata, sudah banyak perubahan pada rumah sakitnya, aku teringat di bangku itulah aku menangisi orang yang seharusnya aku tangisi atau tidak. Benar saja aku kehilangan daya untuk menahannya, aku memutuskan untuk cepat-cepat pergi dari sana.

DI KANTOR ADVOKAT

Setelah mengadakan pertemuan dengan kliennnya, Tero mendapat sebuah pesan dari orang yang tidak dikenali yang mengaku sebagai ayah kandungnya, ia mengatakan kalau ia akan kembali ke indonesia untuk bertemu dengan anaknya Asteroid.

"Bagaimana bisa ia tahu nomorku? kemudian Tero membalas pesan tersebut, "Kamu boleh sesuka hatimu ke sini tapi jangan temui aku!" Kemudian tero mematikan teleponnya dan pulang ke rumah.

Ayah Tero merupakan seorang yang tempramental ia sering memukul Ibu Tero bahkan ia pernah memukul Tero dengan ikat pinggang kulit miliknya karena itu Ibu Tero memutuskan untuk meninggalkan Ayah tero, karena tidak tega lagi melihat anak dan dirinya menjadi sasaran empuk kekejaman Ayahnya.

Sesampai dirumah Tero melihat Ibunya yang langsung mengakhiri panggilan setelah melihat dirinya,

"Mama telfon siapa tadi?"

"Bukan siapa-siapa, Mama hanya menelepon teman Mama tadi."

"Sini aku lihat." Balas Tero yang langsung melihat panggilan terakhir Ibunya.

"Kenapa mama masi bicara sama dia?" Tanya Tero yang merasa di khianati.

"Dengarakan Mama dulu Tero."

"Kenapa Mama sangat mudah di perdaya? Dia itu bukan pria baik Ma"

"Dengarkan Mama dulu!!" Sahut ibu Tero yang mulai memuncak.

Melihat itu tero mulai terdiam "Baiklah, sekarang jelaskan padaku yang sesungguhnya!" Pinta Tero dengan mata tajam indahnya.

"Sebenarnya Papa kamu sudah hubungi mama sejak 3 tahun pasca kita berpisah, ia memohon untuk memaafkan dirinya, awalnya Mama tidak ambil pusing tetapi lama kelamaan ia terus menghubungi Mama bahkan saat Mama memblokir nomornya ia bahkan rela terbang dari Amerika untuk menemui Mama di sini"

"Kenapa mama baru beritahuku sekarang?"

"Karena Mama gak mau kamu khawatir"

"Dia memberitahuku kalau dia ingin menemuiku, tapi kenapa?" Tanya Tero tak habis pikir..

"Hari itu dia mengatakan akan pergi jika Mama mengirimkan foto kamu tiap tahunnya, Mama menyetujuinya dan mengirimkan foto kamu beberapa kali setelah itu tidak lagi karena mama pikir itu tidaklah penting untuknya, apakah karena itu dia kembali, masak iya sih?" ujar Ibu Tero dengan raut kawatir.

"Tidak apa Ma dia tidak akan bisa menyakitiku lagi"

"Hmm baiklah, sekarang gantilah pakaianmu lalu isi perut itu." Ujar risau ibunda Tero

*****

Keesokan harinya di pagi hari aku memnelfon Tero dari markas untuk mengabarinya hari ini terakhir aku bertugas jadi aku akan mengajaknya hang out keluar.

Telfon Tero berdering "haloo?" balas Tero yang masih berbaring di kasurnya.

"Hari ini aku akan pulang jadi pegi main yuk!" Ajak kaltus yang kegirangan.

Tero melihat kearah jam yang menunjukan pukul 4 pagi "Apa perlu kau menelfonku sepagi ini?, dasar kau ini." Oceh Tero kesal yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Aku merindukanmu, apa kau tidak rindu aku? teman macam apa kamu ini"

"Apartemen kita bersebelahan kamu pulang kamu akan menemui malaikat ini, dasar lebay aku tunggu kamu di sini!"

"Kau gila setelah sekian lama aku di kerangkeng ini?, aku akan menuggumu di restoan padang dekat alun-alun kota jam 2 siang, aku akan kesana saat jam makan siang!"

"Iyaa baiklah, ada sesuatu yang juga ingin aku katakana padamu aku yakin kamu akan terkejut."

"Apaan tu?" Tanyaku kebingungan.

"Adaa dong, byee!" Tero langsung mematikan teleponnya.

"Dasar bocah ini." Aku menaruh handphonenya di atas bantal dan pergi mandi.

Jam Sembilan pagi di kantor pusat forensic Arel kembali mendapatkan tubuh jenazah yang tak utuh, kali ini korban meninggal akibat terbakar menurut saksi mata, jadi ia mengotopsi mayat itu apakah benar ia meniggal tebetulan atau pembunuhan berencana untuk menghilangkan jejak dengan membakar tubuh mayat.

"Dokter Arel aku menumukan batang korek api yang sudah terbakar di dekat korban." ujar salah seorang dokter baru yang dibimbing Arel.

"Yaa baiklah, kamu bisa taruh di sana aku akan mengecek luka yang ada di tubuh korban ini dulu." Arel mengamati seluruh tubuh mayat yang sudah tidak berbentuk itu bahkan baju yang ada ditubuhnya sudah menyatu dengan kulitnya.

"Dokter sepertinya kematian korban ini bukanlah kebetulan." tunjuk dokter baru itu.

"Benar ini bukan kebetulan terbakar tapi karena pembunuhan aku sudah mengumpulkan semua bukti pembunuhannya mulai dari luka tusukan di perut dan di leher, pelaku membakar hanya karena menghilangkan sidik jarinya, berikan Salinan berkas ini ke kantor pusat kepolisian."

"Baik dok"

Melihat dokter baru itu pergi, Arel mencek kembali kondisi mayat itu karena ia merasakan hal yang tidak wajar dalam kematiannya.

Tidak berapa lama setelah itu ia mendapatkan surat dari salah seorang petugas rumah sakit dimana surat itu berisi pemberhentian pemeriksaan terhadap mayat tersebut. Sontak saja kejadian mengingatkan ia akan peristiwa 6 tahun yang lalu.

"Berapa kali aku harus kecewa pada diriku sendiri, aku tidak akan membiarkan ini lagi."

matahari tengah malam Where stories live. Discover now