"Iya Bun," jawab Belva menatap Fagal yang juga melihat kearahnya ia menaikkan kedua alisnya yang di respon oleh tatapan malas milik Fagal.

Setelah selesai makan mereka Bunda tak berhenti bertanya kepada Elsa yang menceritakan pengalaman tinggal di negeri orang, sampai akhirnya gadis itu pamit pulang.

"Bun, aku pulang dulu ya udah malam." ujarnya pada Bunda Zara.

"Di anter Fagal ya," Bunda Zara memberikan kode pada Fagal agar mengantarkan Elsa pulang.

"Abang lagi Abang lagi," cibirnya.

"Kan kamu cowok, harus gantle!"

"Iya-iya," akhirnya Fagal mengalah mengambil kunci motornya dan mengeluarkannya dari bagasi.

Elsa menaiki motor besar itu sambil memegang pundak Fagal sebagai tumpuan, "modus!"

Fagal mulai menghidupkan mesinnya dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Bye Bun, Belva!"  Suara Elsa hilang dengan kecepatan motor yang di naikki.

"Elsa siapa Fagal ya, Bun?" tanya Belva.

"Temen kecil," ujar Bunda Zara menjawab pertanyaan Belva.

"Elsa modus banget," gumam Belva tampa sadar di dengar Bunda Zara.

"Cemburu ya?" kekeh Bunda.

"Engak!" tolak Belva cepat.

"Ngaku aja Bel," Bunda Zara masi gencar menggoda anak muda di sampingnya ini.

"Engak Bun, enggak. Belva masuk dlu Bun Uda ngantuk." alih Belva.

"Iya deh, Calon mantu." ujar Bunda Zara menekan kata calon mantu.

"Bunda," rengek Belva antara kesal dan malu menjadi satu.

"Iyaudah, masuk duluan nanti Bunda nyurul," ucapan Bunda Zara dibalas anggukan kepala oleh Belva.

"Semoga gada cinta segitiga disini." lirih Bunda Zara melihat punggung Belva mulai menjauh.

-o0o-

Sedangkan di atas motor yang melaju di tengah jalan dimalam nya hari yang dingin gadis tersebut memberanikan diri memeluk punggung tegap sang pengemudi.

"Maaf." ujarnya terus-menerus.

Tubuh Fagal memegang mendapat pelukan dadakan di belakangnya. Ia mencoba melepaskan tangannya yang memeluknya tersebut dengan sebelah tangannya.

"Lepas!" geram Fagal.

"Engak, sebelum kamu maafin aku." kukuh gadis tersebut sambil mengeratkan pelukannya.

"Elsa!"

Gadis tersebut tak menghiraukan suara Fagal ia masi setia memeluk erat Fagal menenggelamkan wajahnya pada punggung sang empu mencari kenyamanan.

Fagal menghela napas panjang membiarkan gadis dibelakangnya memeluknya lalu mempercepat laju motornya.

Motor besar Fagal berhenti di depan apartemen, "Turun." perintah Fagal yang masi tak di gubris oleh Elsa.

"Turun sa!" sentak Fagal membuat gadis tersebut terkejut lalu melepaskan pelukannya.

"Maaf Gal, maaf." kata tersebut trus menerus keluar dari gadis didepannya.

"Udah gue maafin." ujar Fagal.

Gadis itu mendongak menatap Fagal, "Jangan suru aku buat pergi, dunia ku hampa gada kamu Gal." Isak Elsa.

Fagal membuang wajahnya tak lagi menatap manik mata yang mulai memerah menahan air mata. "Senjata perempuan."

"Duniaku mati Gal," ujarnya lagi berharap penuh pada laki laki didepan.

"Engak ada gue bukan berarti lo ga bisa hidup." ujar Fagal tak suka.

"Tapi Gal, duni-"

"Stop ngomongin dunia lo!" potong Fagal cepat sebelum Elsa melanjutkan ucapannya.

"Dunia itu cuma ada tiga hari, kemarin, besok, dan hari ini. Lo cuma hidup di tiga hari ini." tekan Fagal.

"Kemarin,  dunia yang engak akan pernah terulang ceritanya. Jadi stop bahas masa lalu." tekan Fagal.

"Besok, dunia yang belom tentu lo temuin. Dan hari ini, lakuin segala hal yang lo suka karna hari ini ga akan pernah terulang dan belum tentu bisa lo lakuin besok."

"Hari ini, lakuin hal terbaik tempat menabung amal ibadah melupakan segala hal yang lalu memulai lembaran baru." ujar Fagal membuat gadis itu mendongak menemukan setitik celah.

Elsa langsung memeluk pria di depannya tanpa sadar Fagal membalas pelukan gadis itu. "Besok hal yang pasti belom pernah lo rasain."

-o0o-

TBC
Jangan lupa spam next disini.

Fagal Stef MorganDonde viven las historias. Descúbrelo ahora