XXIV: Narcissa Malfoy

6.1K 841 146
                                    

Narcissa Malfoy memainkan ujung kuku telunjuknya menggunakan ibu jari, tidak memperdulikan kalau kuku itu baru saja di cat dengan warna nude atau kondisi kukunya yang bisa saja rusak. Dia sama sekali tidak peduli karena uang bisa memperbaiki itu.

Ia punya masalah sekarang, yang tentunya tidak semudah itu diselesaikan dengan uang. Suaminya telah melakukan kesalahan, membiarkan keadaan ini semakin berlarut dan mengacaukan semuanya.

Keningnya berkerut, memikirkan beberapa jalan keluar yang agaknya tidak di setujui Lucius.

Anak mereka sudah bersikap irasional dengan menandai anak orang sembarangan, suaminya juga sama saja, tetap teguh untuk terus melanjutkan perjodohan.

Demi Tuhan, Narcissa bahkan tak setuju ketika membicarakan hal ini ketika Draco masih dalam tahap pembuatan. Yang ada di pikiran suaminya saat itu hanya melihat sebuah peluang bisnis yang cemerlang dengan The Greengrass.

Tapi di balik itu semua, ia juga ikut andil dalam mendekatkan Draco dan Astoria, tapi hasilnya apa? Tidak ada.

Tak ada sinyal rasa suka dari Draco untuk Astoria, padahal mereka bersama dari bayi hingga awal remaja. Mulai sana, Narcissa angkat tangan. Ia tak lagi mendekatkan mereka, sekarang ia menyerahkan pilihan kepada Draco.

Pernah sekali di suatu hari, Narcissa mengatakan kebenaran akan perjodohan, Draco diam saja lalu mengatakan sesuatu.

"I'm not match with her."

Ia sama sekali tidak marah atau memaksa Draco. Ia memberikan Draco haknya untuk memilih. Dan Draco memilih menjalani apa yang di katakan Ayahnya.

Seiring berjalannya waktu, ia tahu kalau anaknya sudah tak tahan dengan permainan ayahnya. Ia masih membiarkan Draco mendorong Astoria menjauh. Lalu ketika di suatu hari, Draco berkata bahwa dia sudah mengikat seseorang.

Lucius yang waktu itu sudah senang kalau itu Astoria, kemudian Draco menghancurkan persepsi Ayahnya. Lucius berubah marah, menarik Draco ke ruang kerja dan mengadili Draco habis-habisan.

Tidak ada bisa di benarkan sekarang, karena keduanya juga sama-sama bertekat kuat. Sama salahnya dan sama kerasnya.

Di malam itu, ketika memastikan suaminya sudah terlelap, ia pergi ke ruang kerja Lucius, mempelajari seluruh aset Malfoy. Jumlahnya cukup mengejutkan, bahkan untuk dirinya yang sudah menjadi menantu Malfoy selama belasan tahun. Totalnya hampir mencapai lima ratus enam puluh juta euro.

Di malam itu, ia tak habis pikir. Ia tidak menyebut Lucius pelit, bahkan suaminya itu cukup loyal, menghidupi kebutuhan materi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semuanya seharga mobil.

Ketika tiba waktunya ia bertanya kenapa tidak ingin kehilangan secuil asetnya, jawabannya tak mengejutkan. Lucius tak ingin mereka mendapatkan secuil harta Malfoy secara percuma, harus ada timbal balik. Di saat itu pun ia berceramah tentang bagaimana Draco kedepannya.

"Setelah pernikahan, Draco bebas menceraikan Astoria dan tidak ada kekayaan kita yang akan di berikan pada mereka. Tunggu saja, aku yakin kita pasti menang."

Ini bukan soal menang atau kalah, ini soal anak mereka, satu-satunya anak mereka.

"Draco pasti bisa, aku yakin itu."

Bagaimana tentang Astoria? Gadis dengan penyakit jantungnya yang semakin lama makin buruk.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan soal itu."

Intinya, Narcissa tidak setuju karena Astoria sudah bersikap kekanakan karena pernah menolak donor jantung dari orang kulit hitam. Lalu sekarang apa? Dia belum mendapat donor sedangkan kondisinya makin parah saja, belum lagi merepotkan Draco. Kalau dia sudah sakit-sakitan begitu bagaimana tentang penerus? Narcissa tak mau kalau rencana penerus akan terhalang oleh penyakit gadis itu.

Lalu hal lainnya yaitu Draco masih butuh pendidikan, sebagai Ibu ia tak mau anaknya menjadi budak orang lain.

Dengan kebenaran akan Harry yang terikat dengan Draco, menjadikan Narcissa semakin semangat merayu suaminya untuk melepaskan perjodohan.

Namun sekali lagi, permainan Tuhan yang berjalan, Harry sudah tidak di Inggris. Semalam sebelum berangkat, Lily Potter menelponnya agar Draco bisa melepaskan Harry, karena mereka akan kembali ke US tempat Harry di besarkan.

Setelah itu, keadaan agak berubah. Draco menolak keluar kamar selama ada Astoria kemari, menegaskan kalau ia benar-benar tak mau dengannya. Hingga keluarga Astoria datang dan meminta penjelasan terkait sikap Draco.

Sebagai ayah yang baik, tentu saja ia tak mau melihat Draco bersalah di depan orang lain, ia pun berdalih kalau sikap Astoria sudah sedikit berbanding dengn tata krama bangsawan dan masih meyakinkan mereka kalau rencana akan tetap berlanjut.

Setelah hari itu, ia sering menanyakan keseharian Draco di sekolah kepada Blaise Zabini atau Severus. Tidak ada yang aneh, kata mereka. Draco baik-baik saja, malah nilai hampir sempurna di seluruh mata pelajaran.

Narcissa tidak tahu apa yang sedang di pikirkan putranya, itu sudah menjadi salah satu gejala stres. Draco juga sering pulang terlambat, melewatkan makan malam dan pulang larut, katanya ia mampir ke rumah Blaise untuk mengerjakan tugas kelompok. Blaise membenarkan hal itu.

Ketika ia sudah tak tahan dengan Draco yang tak teratur begitu, ia mengultimatum suaminya untuk membatalkan kontrak, ini sudah menjadi salah satu tigas untuk menjaga rumah tangganya untuk tetap utuh tapi jika di biarkan akan berdampak buruk bagi kami semua.

Setahun sudah berjalan lamanya, waktu Draco selama di rumah hanya di gunakan untuk tidur dan mandi, sisanya ia habiskan di luar, bahkan saat hari libur. Ia khawatir kalau Draco masuk ke perkumpulan gangster.

Dari sini ia menyadari kalau Draco berbeda bukan karena Harry melainkan sebagai perlawan kepada Lucius. Sisi keibuannya sedih melihat anaknya sendiri seperti tak terurus dan punya suami yang tak kalah keras kepalanya. Tubuhnya lelah meski ia tak bekerja keras.

Entah bagaimana ini akan berakhir.

***

"Nyonya! Nyonya Malfoy!" Pelayannya datang dengan tergesa, "ini, telepon dari rumah sakit ..."

Ia mengambil telepon itu dan suara seorang wanita dari pihak rumah sakit mengabarkan Draco kecelakaan, entah bagaimana kronologinya ia tak tahu karena ia langsung bertanya lokasi Draco di bawa.

Tubuhnya gemetar hebat, pelayannya langsung memanggil supir dan yang lainnya mengambil mantel dan tas miliknya. Narcissa di iringi pelayan untuk sampai ke mobil, di dalam sana ia ratusan kali berteriak untuk segera sampai.

Ketika sampai di Lobby rumah sakit ia bertemu Blaise Zabini. Blaise yang mengantarnya ke kamar rawat Draco.

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

a/n: biar kuperjelas sekali lagi yaa Narcissa gak suka Asto karena Astoria itu ada penyakit jantung selain itu Astoria juga rasis 👌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n: biar kuperjelas sekali lagi yaa Narcissa gak suka Asto karena Astoria itu ada penyakit jantung selain itu Astoria juga rasis 👌

A.B.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang