XIV: Wanna Play?

8.2K 1.1K 58
                                    

Happy reading y'all
.
Happy independence day! Semoga Indonesia segera menjadi negara yang lebih baik.

Sekitar 1300 kata yaa

☆☆☆

"Maaf, ini sudah di tentukan. Saya tidak bisa merubah." Kata Mrs. Spencer selaku tour guide kelompok tiga.

Lalu Harry beralih ke Severus Snape, guru kimia mereka yang masuk ke dalam kelompok tiga.

"Profesor--"

"Potter, ikuti saja peraturannya! Ini liburan dan seharusnya akan menjadi liburan mu juga kalau kau mengikuti tanpa protes sedikitpun!"

Harry benar-benar naik pitam. Ini bukan nasib yang di gambarkan Tuhan untuknya tapi nasib yang di gambarkan seseorang untuknya.

Harry berlari masuk hotel dengan ritme nafas yang tidak teratur akibat amarah

***

"Apa ada yang salah?" Hermione mencoba bicara pelan-pelan.

Harry menggeleng, api amarahnya masih ada dan mungkin sedang di siram minyak tanah agar semakin besar.

"Seseorang membuatmu tak nyaman?"

Harry menatap Hermione, gadis ini pintar menebak.

"Bajingan sialan." Harry mengumpat dan secara perlahan matanya berkaca-kaca. Begini jadinya kalau ia terlalu emosional.

Setelah berdebat untuk yang terakhir kalinya dengan proffesor Snape dan berujung kalah telak, Harry kembali ke kamar dan mengurung diri.

"Kau bisa cerita padaku, Harry."

Hermione benar, sudah saatnya ia menceritakan tentang Malfoy pada Hermione. Harry menceritakan dengan detail dari awal hingga akhir. Lengkap dengan insiden di halaman belakang waktu itu.

"Bajingan sekali, bukan?" Hermione mengangguk setuju.

"Masalahmu ada pada Malfoy saja kan, kalau begitu hindari saja dia dan fokus pada liburan kali ini." Hermione memberi usul.

"Tidak bisa, aku membencinya."

"Dengar, Harry, semakin kau membenci, semakin dia ada di sekitarmu. Benci boleh tapi jangan berlebihan."

Harry merasa tenang, Hermione benar. Selama ini Draco selalu ada di pikirannya karena Harry membenci dan memikirkan betapa buruknya Draco.

"Terima kasih." Kata Harry tulus.

"Sama-sama. Lain kali jangan sungkan untuk bercerita, oke?"

Harry mengangguk setuju, mengusap butir air mata yang sempat lolos lalu berkata, "tapi kau jadi kan menyatakan cintamu pada Ron?"

Hermione yang bijak seketika menghilang, di gantikan dengan Hermione yang malu-malu.

"Dia harus mengajakku dansa lebih dulu."

Oke, tugas Harry memastikan Ron dansa dengan Hermione.

"Aku menunggu kalian sampai jamuran," Ron tiba-tiba datang dan mengeluh, "kau tidak apa-apa?"

"Aku sudah lebih baik. Berkat Hermione." Jawab Harry sambil mengerling pada Hermione.

"Aku sudah menemukan seseorang untuk di ajak dansa besok malam." Ron mengumumkan.

"Siapa?" Tanya Harry.

"Lavender."

Harry sweet drop, "dia yang mengajakmu?"

Ron mengangguk.

"Kau menerima?"

"Belum, tapi--"

A.B.OWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu