XXI: Draco Malfoy

5.9K 824 180
                                    

Happy reading y'all

⚠️perubahan jadwal update⚠️
Yang tadinya seminggu dua kali menjadi seminggu sekali

☆☆☆

Ia pikir makan malam yang akan menjadi awal yang baik berubah menjadi kacau. Astoria datang tak diundang dan langsung masuk begitu saja, perilakunya sangat disayangkan padahal Astoria adalah gadis baik dan cantik.

"Astoria, bukankah tak sopan langsung masuk begitu saja? Kami sedang kedatangan tamu saat ini." Ibunya berkata.

Astoria diam.

Draco merasakan Harry gelisah di sampingnya, ia pun mengatakan untuk tenang saja.

Draco berdiri lebih dulu dibanding gerakan mulut ayahnya yang ingin mengatakan sesuatu. Segera ia bawa Astoria ke sudut lain rumah ini.

"Ada perlu apa?" Draco bertanya langsung.

"Siapa dia?"

"Harry Potter."

"Kenapa dia di sini?"

"Sama sekali bukan urusanmu. Pergilah, Asto."

Tidak sekali dua kali ia mengusir si bungsu Greengrass. Astoria mengalah,  mereka sering berdebat akhir-akhir ini karena masalah sepele.

Tiba di ujung belokan, Astoria berbalik dan membisikkan sesuatu pada Draco.

"Aku mencintaimu. Jangan nakal ya." yang di akhiri sebuah kecupan singkat di pipi.

Draco melap pipinya, ia tidak suka lalu berjalan kembali ke ruang makan yang ternyata sudah kosong.

Salah satu pelayan menghampirinya, mengatakan pesan dari Mister Malfoy.

Ia bimbang antara mencari Harry atau pergi ke ruangan ayahnya, khawatir kalau Astoria bicara macam-macam pada Harry. Harry itu sensitif, mudah sekali terpengaruh akan hal kecil.

Namun, Draco percaya kalau Harry sedang bersama ibunya dan tidak akan membiarkan hal kecil bisa mengganggu Harry.

Draco mengetuk pintu ruang kerja ayahnya tiga kali lalu masuk, sebuah tata krama yang wajib di lakukan dalam keluarganya.

"Duduk." Ayahnya memerintah tegas sekali.

Draco duduk, ia melirik sebuah tali tambang yang di gantung dengan tegas di dinding. Ia pernah kena pukul, menyisakan satu luka yang sulit hilang di punggung.

"Minggu depan, kita akan bertemu Potters dan Greengrass agar masalah ini bisa secepatnya meneukan jalan keluar."

Tanpa pikir panjang Draco setuju, di bicarakan besok atau saat ini juga pun ia setuju. Makin cepat lebih baik, pikirnya.

Ia ingin memilih, hati kecilnya bersuara dengan lantang namun tidak ada suara yang terdengar dari mulutnya.

Draco setidaknya di berikan pilihan, pilihannya sendiri bukan menurut pada kertas kontrak. Kalau bisa, ia akan kembali ke masa lalu untuk memperingati ayah dan ibunya. Tapi tidak, karena tidak ada yang namanya mesin waktu.

Draco berjalan keliar ketika ayahnya sudah tak mengatakan apapun selama semenit. Ia mencari ibunya serta mencari Harry juga, ia sudah berjanji pada James Potter untuk menjaga Harry.

Benar saja, ia menemukan Harry dan ibunya sedang berada di gazebo, membicarakan sesuatu namun fokis Harry sering teralihkan dengan kolam koi di bawahnya.

Harry suka ikan, Draco mencatat di dalam otaknya. Waktu lalu, Harry tertarik dengan mobilnya dan sekarang ikan koi, lain kali ia akan mengajaknya keliling rumah untuk tahu apa yang lebih disukai Harry.

Beginilah Draco, ia sudah menemukan seseorang yang membuatnya jatuh hati, awalnya hanya pada aroma yang baunya cukup segar lama kelamaan ia suka dengan orangnya. Harry itu manis, matanya warna zamrud seperti batu liontin kesukaan Narcissa Malfoy dan Harry adalah orang yang sederhana menurut persepsinya selama ini.

Awalnya, ia tidak bermaksud untuk mengikat Harry, hanya berniat untuk mencicipi sedikit tektur bibir Harry tapi jiwanya mengambil alih, seperti mendapat aliran listrik kemudian berubah menjadi sebuah kepuasan diri karena telah merasa utuh. Draco mengerti resikonya, resiko kecilnya ia bisa putus dengan Astoria dan resiko besarnya ia akan sakit kalau Harry menolak. Draco sudah merasakan resiko besarnya, tidak apa-apa ia akan tahan karena tahu Harry akan mendekat padanya, suka atau tidak suka.

"Draco.."

Draco terkejut, Astoria memeluknya dari belakang. Tangannya melingkari perut Draco seperti ular.

Draco melepaskan tangan tersebut dan bertanya, "kau tidak pulang? Apa aku harus mengantarmu lebih dulu baru kau mau pulang?"

"He'em." Astoria mengangguk bersemangat.

Draco mendesah, tak kentara. Ia melirik Harry lalu jam tangannya. Masih jam delapan malam, butuh waktu setengah jam mencapai rumah Asto, bolak-balik menjadi satu jam.

Cukuplah kalau ia sedikit ngebut di perjalanan pulang.

Draco menarik tangan tunangannya, "ayo."

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

000 rupiah per chapternya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A.B.OWhere stories live. Discover now