XIX: Bound

6.2K 920 25
                                    

Happy reading y'all

☆☆☆

Ini salah! Apa yang di buktikan Hermione adalah salah! Buku-buku itu juga salah. Semuanya salah, aturan mate hanya mitos.

"Yah, 90% orang akan mempercayai jika mereka merasakannya sendiri."

Harry pergi, ke sudut lain di sekolah yang tidak pernah Harry kunjungi. Bagian gudang.

Di sana Harry bersembunyi dari apapun yang mengatakan kalau apa yang di rasakan Harry adalah nyata. Draco bajingan!

Harry mengelus kalenjar yang ia miliki, muncul sebuah bayangan di otaknya tentang Draco, semuanya di putar secara cepat dan berulang kali. Membuatnya pusing.

Harry terkejut merasakan sentuhan di sisi wajahnya, ia berteriak kaget dan segera menyuruh orang itu pergi. Dia lah orang yang telah mengikatnya, membuat dirinya menolak strata lain yang ingin mendapatkannya.

"Maaf." Draco berujar pelan, menatap mata Harry yang sudah berkaca-kaca.

"It's too late! Kau sudah mengikatku secara sepihak! Mana mungkin aku memaafkanmu, Draco!" Harry berteriak meluapkan semua emosi yang ia miliki, tangannya terasa sangat berat seperti ada beban puluhan kilo di telapaknya, ia bahkan tidak bisa mengangkat tangan untuk sekedar menamoar Draco, "aku membencimu, sangat membencimu."

Lalu Harry pergi, meninggalkan Alpha yang penuh penyesalan.

***

"Kau mau ke mana?" Ron bertanya khawatir ketika Harry kembali ke kelas dengan kemarahan dan membereskan seluruh isi kolong meja dan memasukkan dengan asal ke dalam tas.

"Pulang." Harry menjawab dan keluar kelas dengan menenteng tasnya.

Tidak ada yang menghalangi Harry hingga ia tiba di depan gerbang sekolah dan memesan taxi online.

"Arry, ada apa?"

Harry melewati ibunya seperti angin, tidak memberi salam atau sekedar melirik. Suasana hatinya kacau balau, salah kan pada Draco yang kesurupan apa hingga mengikat mereka berdua ke dalam suatu ikatan tak terpisahkan.

Tuhan, Harry masih muda, umur lima belas dan tidak ingin punya pasangan di umur sedini ini. Meskipun pasangannya adalah anak konglomerat paling kaya di Inggris Raya, Harry tetap tidak mau.

Ibunya mengetuk pintu dengan buru-buru dan memanggil-manggil nama Harry.

Harry akan aman di dalam, ia sudah mengunci pintu kamarnya, ibunya atau pengasuhnya tidak bisa masuk begitu saja. Ia butuh waktu untuk memproses semuanya.

Masalah tentang mate dan mate mu adalah tunangan orang lain.

What the fuck! Harry muak tentang aturan mate!

Tidak, bukan aturannya yang salah. Yang salah adalah dirinya sendiri, andai saja waktu itu Harry sakit dan tidak ikut pesta rumah, ia tidak akan bertemu si sialan Draco. Selamanya tidak akan!

Dan ketika semuanya sudah terjadi, menyesal saja tidak cukup. Harus ada win-win solution untuk pihak Harry dan Draco. Dan tentu saja menemukan win-win solution untuk kasus seperti Harry akan sia-sia. Tidak berguna dan buang-buang tenaga.

"Argh!"

Ia menarik seprei dan melemparkan ke sudut kamar, menarik gorden kamar hingga sobek. Setelah itu apa? Tidak ada, Harry akan menangis seperti kucing.

Entah bagaimana pintu kamar terbuka dan salah satu engselnya rusak, lalu poin pentingnya adalah ayahnya datang.

Harry tak bisa berbuat apapun, semuanya sudah terlanjur.

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

a/n: next chap ada POVnya Draco

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

a/n: next chap ada POVnya Draco

A.B.OWhere stories live. Discover now