Part 14 I Know You Will

303 12 0
                                    

“Alan...” ucap Ingga lirih. Ia butuh waktu beberapa detik untuk menyadarkan diri dari keterkejutannya.

“Arinnya nggak ada.”

Tanpa pikir panjang Ingga langsung menutup kembali pintunya. Tapi Alan dengan sigap menahan pintu tersebut dan membuat pintu tersebut terbuka sepenuhnya.

Ingga yang terkejut langsung berjalan mundur menghindari Alan yang berjalan maju. Kemudian ia teringat perkataan adiknya yang menyuruhnya untuk menghubunginya jika terjadi apa apa padanya. Tapi entah kenapa Ingga mengurungkan diri untuk melakukannya. Ia malah melihat kembali ke arah Alan.

“Kamu mau apa, Alan? Apa belum puas balas dendamnya sampai harus datang ke sini mencariku?” ucap Ingga sambil berjalan mundur.

“Ingga.. aku..”

Ingga tiba-tiba saja menabrak kursi ruang TV Arin.

“Baiklah.”

Ingga berlari ke dapur. Tapi Alan segera menyusulnya.

Ketika sudah menemukan apa yang dicarinya ia melihat ke belakang dan menemukan Alan yang berdiri tidak jauh darinya.

“Ini! Inikan yang kamu mau?? Iya, kan?”

Ingga sudah meletakkan pisau di lehernya sambil menatap tajam ke arah Alan.

“Dengan begini kamu tidak perlu bersusah payah menggunakan tanganmu untuk membunuhku.”

“Ingga! Aku datang ke sini buat minta maaf, Ingga. Ingga please. Turunin pisaunya.” Alan maju selangkah, sedangkan Ingga semakin menekankan pisaunya mendekat ke arah lehernya. Melihat apa yang dilakukan Ingga, Alan mengurungkan niatnya untuk maju selangkah lagi mendekati Ingga.

“Buat apa minta maaf Alan.”

“Aku minta maaf karena keluargaku lah yang ternyata salah.”

“Salah atau tidaknya, kamu tetap berniat balas dendam padaku. Dan hubungan kita selama ini Cuma main-mainkan? Semua Cuma bagian dari balas dendam kamu ‘kan? Jadi buat apa datang lagi!” Ingga tidak bisa lagi menahan tangisnya. Sudah terlihat jelas jejak air mata di pipinya. Dan Alan tahu itu.

Arin tiba-tiba saja datang. Melihat hal tersebut Arin langsung menjatuhkan belanjaanya dan menutup mulutnya yang ternganga akibat terkejut dengan kedua tangannnya.

Ingga yang tersadar akan kedatangan Arin langsung menoleh ke arahnya. Ketika menoleh ke arah Arin itulah Alan dengan segera meraih pisau yang ada di tangan Ingga. Ingga tentu memberontak awalnya, tapi Alan segera menjauhkan Ingga dari pisau tersebut dengan meletkakannya di meja dapur di belakang Ingga.

Ingga kemudian memukul Alan. "Kenapa baru nemuin aku sekarang ha! Kenapa??"

Alam langsung memeluk Ingga dan mendekapmya sehingga Ingga tidak bisa lagi mukulnya.

“Lepasin! Kamu pikir aku bakalan dengan mudahnya maafin kamu, huh??” ucap Ingga sambil menahan tangisnya. Tapi dengan kuatnya ia menahannya sambil menatap Alan yang.. Astaga, baru kali ini Ingga melihat betapa kacaunya seorang Alan yang ia kenal. Kumis tumbuh liar di dagunya tanpa dicukur, rambut tidak tertata rapi, dan matanya yang sayu benar-benar tidak mencirikan seorang yang bahagia.

Alan yang tidak tahan melihat Ingga sudah meneteskan air matanya segera mengangkat tangannya seakan ingin menyentuh pipi Ingga. Tapi ia kemudian mengurungkan niatnya.

Awalnya Alan menunduk, tapi setelah itu ia malah berlutut di hadapan Ingga.

Ingga yang melihat Alan berlaku seperti itu hanya bisa bereaksi mundur sedikit seakan tidak menyangka dengan apa yang akan dilakukan Alan.

Blown Away (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang