Part 1 Adaptasi

718 16 0
                                    

Seperti biasa, toilet selalu bisa menjadi tempat bergosip yang paling ampuh bagi kalangan wanita. Apalagi ketika toilet itu sedang sepi-sepinya. Contohnya saja saat ini.

“Kalian sudah dengar?” Ucap seorang wanita, yang sedang membubuhkan bedak pixynya yang berwarna agak coklat keputihan menggunakan spons yang ada di tangan ke wajahnya, memulai percakapan dengan teman sekitarnya yang tak kalah sibuknya dengan hal yang lebih kurangnya serupa, membenahi kelopak mata.

“Dengar apa??” kata teman wanitanya yang baru saja selesai mebenahi kelopak matanya dan mencuci tangannya dengan keran yang telah tersedia.

“Katanya beliau seorang perempuan, masih muda lagi??” lanjutnya karena hanya mendapat respon yang biasa saja, seolah temannya itu tidak perduli dengan apa yang diucapkannya.

“Yang benar kamu?? Yah, aku memang tidak terlalu tahu menahu soal siapa presdir kita. Karena kan aku baru di sini. Kalian juga bukan?” ucap temannya yang lain yang baru saja keluar dari salah satu kolom toilet dan berniat untuk membasuh tangannya di wastafel.

 “Iya, karena kita baru makanya harus tahu. Semua orang juga lihat kok tadi, beliau berjalan bersama para jajaran eksekutif perusahaan. Aku cuma dengar dari resepsionis yang sedang berjaga tadi ketika beliau datang.”

Kedua teman yang menjadi lawan bicara wanita yang memulai gosip tersebut pun saling bertukar pandang.

“Kenapa? Ada yang aneh?”

“Tidak, hanya saja.. Hal itu agak sedikit tidak masuk akal. Seorang perempuan muda membangun sebuah kerajaan hotel raksasa dalam waktu kurun beberapa tahun dan sudah memiliki cabang yang tersebar luas. Cerdas juga gak gitu-gitu amat kali?” ujar wanita yang telah selesai mencuci tangannya di wastafel tadi.

“Tunggu, kamu bilang tadi sedang berkunjung. Bagaimana kalau ternyata beliau sedang ada di ruangan ini?” Setelah mendengar ucapan terebut, wanita yang sedari tadi hanya menyandarkan pinggangnya ke meja wastafel sambil meunggu rekan-rekannya selesai berbenah dengan penampilan mereka masing-masing menyuarakan pikirannya.

“Ya tidak mungkin, lah. Ini kan toilet..” toilet yang sedang mereka gunakan tersebut memang mewah, jadi tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang sedang mereka bicarakan itu ada di sana.

“Tunggu sebentar.” Dengan was-was, ia pun mebungkukkan badannya dan melihat ke bagian bawah setiap kolom ruangan toilet. Dan kosong. Tidak ada satu kaki pun di sana. Jadi mereka berasumsi bahwa tidak ada orang di sana selain mereka.

“Tidak ada siapa-siapa. Udah yuk. Aku lapar nih.  Mau makan siang di mana?”

Tidak lama setelah ketiga wanita itu keluar dari toilet, Ingga pun bisa menghembuskan nafas lega. Karena tadi, ketika salah satu dari wanita itu memeriksa toilet tersebut, ia mengangkatkan kakinya ke atas tong sampah yang ada di dalam kolom toilet yang sedang ia tempati untuk bersembunyi. Yups, Ingga memang tidak sengaja berada di toilet tersebut. Tadi, ketika ia ingin membenahi make-upnya. Ia mendengar suara beberapa wanita yang sedang berbincang-bincang sambil tertawa tengah berjalan menuju toilet yang sedang ia gunakan. Karena ia merasa tidak ingin menampakkan diri kepada orang-orang itu, ia pun segera berlari ke kolom toilet paling ujung, bersembunyi dan menguping pembicaraan tersebut. Ia memang tidak suka bertemu dengan orang asing.

Tadi setelah selesai meeting, ia ingin turun ke bawah dan pergi makan siang. Tapi ia meminta sekretarisnya itu untuk duluan saja ke loby untuk mempersiapkan mobil yang akan mereka gunakan karena ia ingin ke toilet dulu membenahi make-upnya. Tapi tidak di sangka bahwa di toilet tersebut ia malah mendengar percakapan para karyawan hotel. Memang, tidak jarang ia mendengar sesorang berkomentar tentang keberhasilannya yang terlampau spektakuler. Tapi di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga, wajar saja ia bisa seberhasil sekarang. Mari kita hitung kalau tidak percaya.

Blown Away (Fin)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ