Part 8 Proposal 2

230 8 2
                                    

"Ciee yang baru dilamar." Nindi berdiri di depan pintu kamar Ingga menatap Ingga yang sedang duduk di kursi depan meja riasnya, persiapan sebelum tidur. Ingga yang digoda seperti itu hanya senyum-senyum malu senang. Gitu dah pokoknya.

"Kenapa? Pengen?"

Nindi berjalan menghampiri mbaknya sambil memegang bonekanya.

"Hahaha.. Nggak lah, belum cukup umur. Lagian akukan harus mandiri dulu kayak mbak baru nikah. Aku sih nggak mau ntar kalo nikah cuma diam di rumah."

"Bagus deh kalo kamu mikirnya gitu. Berarti nggak perlu dinasehatin panjang lebar lagi dong. Dewasa juga? Belajar darimana?? Hayo kamuu.." tunjuk Ingga sambil menggoyangkan telunjuknya ke arah Nindi.

Nindi yang diperlakukan seperti itu hanya memanyunkan wajahnya.

"Mbak, malam ini aku tidur sama mbak ya. Pengen cerita."

"Ulta juga." Ulta masuk ke kamar Ingga dengan membawa boneka juga, boneka yang bahkan lebih beaar dari pada badannya. Haha

"Aku juga pengen cerita, kak Ingga. Hihi."

"Iihhh, kamu tidur di kamar kamu aja. Kamu kan udah gede. Malam ini kak Nindi dulu yang tidur sama mbak Ingga." Ucap Nindi yang kemudian dilanjutkannya lagi dengan nada pelan. "Lagian aku kan mau cerita sesuatu."

"Mbak Ingga, aku tidur sama Mbak Ingga ya malam ini?" Ingga mengangguk tanda setuju denga perkataan Ulta kemudian berkata,

"Kita todur bertiga ya sama Kak Nindi. Nggak papa ya Nin, kapan-kapan aja ceritanya.

"Emang kak Nindi mau cerita apa?"

"Bukan urusan anak kecil."

Dengan malas Nindi beranjak ke tempat tidur Ingga dan merebahkan badanya ala-ala anak malas. Blab.

"Pasti soal cowo. Aku pernah dengar kok Kak Nindi ketawa-ketawa sendiri pas lagi sms-an sama temannya. Kalau bukan pacarmya siapa lagi?"

Nindi berpura-pura mendengkur keras pertanda dia tidak menghiraukan kata-kata adiknya itu.

Seketika hening. Nindi bingung, ke mana Ulta dan Mbaknya. Lalu tiba-tiba...

"Aw geli geli.. hahaha..." tawa Nindi yang dikelitiki oleh Ulta dan Ingga.

"Mbak Ingga, jangan ikut-ikutan ah. Haha.."

Akhirnya malam itu mereka hanya menghabiskan waktu bersama dengan tertawa dan main lempar-lemparan bantal. Ulta lupa untuk bercerita dan Nindi malas bercerita karena ada tuyul kecil.

Setelah puas bermain, akhirnya mereka merebahkan badan mereka di kasur Ingga dan tidur.

***

Keluarga Ingga tengah menikmati makan malam. Seperti biasa di sana ada orangtua  Ingga, Nindi, dan Ulta. Mereka makan dengam santai. Sesekali mereka bersuara membicarakan sekolah Ulta dan Nindi, taman belakang ayah, masakan yang sudah di masak ibu, dan Alan.

Tadi siang Ingga memang bertemu Alan. Dia  bilang besok malam orang tuanya akan ke rumah Ingga untuk melamarnya. Dan sebelum orang tua Alan ke rumah, Ingg ingin membicarakan soal apa yangv di katakan oleh ibunya Alan kemarin. Sebenarnya tadi pagi ia ingin membicarakan masalah ini, tapi sepertinya waktu paginya tak cukup untuk membicarakannya.

Setelah makan, Ingga menghampiri ayahnya yanh sedang duduk di halaman belakang bersama Ibu.

Setelah makan malam selesai, Ulta dan Nindi langsung naik ke lantai atas. Awaknya Nindi masuk ke kamar dulu untuk mengambil buku. Ia ingin mengerjakan tugasnya sambil menemani Ulta yang  menonton kartun kesauangannya. Ibunya memang bepeaan unruk menemani Ulta dulu sementara ibunya mengemasi meja makan. Walaupun sudah punya pembantu, tapi kalao soal dapur, ibunya lebih senang turun tangan langsung. Benar-benar ibu sejati.

Blown Away (Fin)Where stories live. Discover now