Part 5 Sinkronisasi

352 8 0
                                    

Setelah makan siang, Alan, Ingga, dan Nindy pergi meuju rumah Ingga yang kira-kira hanya berjarak 15 menit dari rumah makan tempat mereka makan tadi.

Sampailah mobil Ingga dan Alan di halaman rumah Ingga yang luas itu. ketika mereka sampai, rumah kelihatan sepi. Maklum, biasanya Ibu sedang masak di dapur dan ayah pasti asyik berkebun di halaman belakang rumah.

Nindy mempersilahkan Alan masuk. Ingga hanya berlalu masuk tanpa terlalu menghiraukan Alan.

“Cari apa?” Alan tampak celingak celinguk seperti sedang mencari sesorang. Dan Ingga sadar akan hal itu.

“Suami kamu di mana?”

“HA???? Suami??? Suami siapa??”

“Hahahahaha.. Suami? Mbak Ingga?? Mbak Ingga itu perawan tua. Cantik sih cantik. Tapi sayang gak laku. Mana ada yang mau sama cewek kuper kayak Mbak Ingga. Banyak milih sih.”

“Aku mau kok.”

“O’ow.”

“Tapi, anak kecil yang kamu jemput kemarin di sekolah kemarin siapa?? Kalau bukan anak kamu, terus siapa??”

“Aku kan udah bilang dia siapa. Kamu masih ga percaya?? Ya ampun, apa sih yang ada dipikiran kamu Alan???”

Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil memanggil Ingga.

“Kak Inggaaaaaa..” Ulta dengan baju terusannya hingga di bawah lutut datang memeluk Ingga.

“Udah pulang, kak? Tumben cepat? Sama kak Nindy lagi. Dan itu siapa kak?? Pacar kakak ya???”

Muka Ingga agak sedikit memerah ketika mendengar ucapan Ulta. Tapi untung Alan tidak sadar, sepertinya ia masih shock dengan apa yang baru diketahuinya.

Akhirnya Alan sadar. Ternyata anak kecil yang ia maksud itu adiknya Ingga.

“Mas pacarnya kak Ingga ya??” tanya Ulta polos.

“Ehm?? Bukan. Mas temannya kak Ingga.”

“Yahhh.. sayang dong.” Respon Ulta.

“Hush..! Masnya ‘kan udah nikah, jangan digurain kayak gitu, dek.” Ucap Ingga.

“Siapa yang udah nikah??”

“Kamu lah, Tuan Putra Pralana Sidarta..”

“Aku belum nikah kok.”

“Terus kemarin jemput anak siapa kalo bukan anak kamu?”

“Emang kalo jemput anak kecil itu harus anak sendiri ya?? Gak boleh anak adik?”

“Anak adik???”

“Aku jemput keponakan aku, anaknya Neri. Adik aku. Kamu gak lupakan aku punya adik?”

Ingga masih terdiam menccerna setiap informasi yang diterimanya secara beruntun dan mendadak.

“Iya, aku dilangkahin sama dia. Soalnya suaminya itu udah kepala tiga, jadi pengen cepet-cepet nikah sebelum terlanjur makin tua.”

“Jadi mas sama mbak sama-sama ngira kalau kalian masing-masing udah nikah??” Nindy Cuma bisa geleng-geleng kepala.

“Kenapa bisa lost contack gini sih?? Katanya teman dekat?”

Alan dan Ingga pun sibik dengan pikirannya masing-masing. Tidak perduli dengan sekitar. Tidak dengan Nindy, juga tidak dengan Ulta.

Lalu tiba-tiba muncullah Ibu Ingga di ruang tamu karena tadi ketika di dapur, salah satu pembantunya membri tahu bahwa kedua putrinya datang bersama seorang pria.

Blown Away (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang