Part 7b Proposal 1

189 6 0
                                    

partnya aku bagi 2 ya, tapi nggak ngerubah jalan cerita kok.

***

Hari sudah sore. Ingga sudah bisa pulang. Sesuai janjinya kepada ibunya Alan, Ingga akan mampir ke rumah setelah pulang dari kantor. Jadi di sanalah Ingga di dalam mobil yang akan mengantarkan ia ke rumah orang tua Alan, tempat di mana ayah dan ibunya dulu bekerja, tempat di mana Ingga dan Alan dulunya menghabiskan masa kecilnya.

Ntah kenapa rasanya saat ini benar-benar berbeda saat ia akan ke rumah orang tuanya Alan saat malam senin kemarin. Mungkin karena ada Alan yang menemaninya makanya ia tidak terlalu memikirkan seperti apa bentuk rumah orang tua Alan dulu.

Mobil yang dikendarai oleh supir Ingga berhenti di pekarangan rumah orang tua Alan. Saat mendengar adanya suara mobil, pelayan langsung keluar dan mempersilahkan Ingga untuk duduk dulu di sofa ruang tamu. Selang beberapa menit, Ibu Alan keluar dan menyapa serta mencium kedua pipi Ingga. Tentu Ingga merasa aneh. Wanita yang dulu mengusir orang tuanya mau menerimanya apalagi menyambutnya, rasanya benar-benar aneh.

 “Maaf ya Ingga, tante tadi lagi dari dapur. Biasa, nyiapain makanan bukat makan malam papanya Alan.”

“Nggak apa-apa kok tante. Saya juga baru datang kok.”

“O iya, mau minum apa? Hangat atau dingin? Ntar tante suruh Mbok Ra ngebuatin minuman buat kamu.”

“Ah, ga usah repot-repot tante.”

Ibu Alan tersenyum sebentar dan langsung memanggil Mbok. Ia pun meminta dibuatkan Es jeruk untuk tamunya.

“Hmm.. Kita ngomongnya di taman belakang aja ya. Biar enak. Santai aja. Anggap aja rumah sendiri. Kan nanti kamu bakalan nikah juga sama Alan. Jadi secara nggak langsung, rumah ini nantinya juga akan jadi rumah kamu.”

“Iya tante. Om mana tante?” Ingga mulai berbasa-basi.

“Oh, papanya Alan lagi keluar. Mancing sama temannya. Tapi mungkin sekarang udah dalam perjalanan pulang.”

Wow, benar-benar berbanding terbalik dengan wanita yang dilihatnya berbelas tahun yang lalu. Benar-benar.. sulit ditebak. Terlalu baik padanya malah menurut Ingga. Terlalu ramah.

***

Ingga dan Ibunya Alan sudah berada di taman belakang rumah Ingga. Sepertinya taman belakan ini baru di renovasi. Dan sebenarnya tidak bisa hanya disebut taman belakang juga sih, karena buktinya ia dan ibunya Alan sekarang duduk di tepi sebuah gazebo yang menghapa ke kolam berisi berbagai jenis ikan. Dan lagi di sekitarnya banyak sekali jenis tanaman. Seketika Ingga jadi teringat ayahnya. Ayahnya memang snang berkebun. Jadi tidak heran jika ia pernah jadi tukan kebun. Dan mungkin karena sudah tidak bekerja lagi ayahnya hanya menghabiskan waktunya untuk mengutak-atik yang ada di halaman belakang rumah mereka sekarang ini.

Ibu Alan yang sadar bahwa Ingga seperti sedang memperhatikan taman, mulai berbicara tentang hal sama dipikirkan oleh Ingga.

“Kalau ayahmu masih bekerja di sini sampai sekarang, mungkin akan berbeda ceritanya.”

Ibu Alan tersenyum menatap Ingga.

“Dulu tante tidak bermaksud untuk mengusir kalian dari sini.”

“Maksud tante apa?”

“Sebelum tante  bertemu dan menikah dengan ayahnya Alan, Tante bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan tante sekarang ini. Tante harus berjuang untuk bisa sampai pada tahap untuk menjadi seseorang. Tante tahu kalau kamu dan Alan sangat dekat waktu kecil. Karena itulah, tante tidak mau nanti ketika kalian sudah besar kalian susah nantinya karena status sosial. Makanya tante berharap sekali dengan mengusir kalian, orangtuamu dan kamu, bisa membuatmu belajar untuk mandiri. Dan lihat, tante sampai speechless lo liat kamu. Tapi setelah melihat kamu bisa sampai pada tahap ini, tante rasa tante berhasil.” Ibu Alan tersnyum bangga pada Ingga.

Blown Away (Fin)Where stories live. Discover now