Part 6a You and I

339 6 0
                                    

Hari berganti hari. Minggu berganti Minggu. Tak terasa 5 bulan telah berlalu. Ingga dan Alan semakin dekat. Mereka menghabiskan makan siang dan makan   malam bersama. Tidak jarang juga Alan makan malam bersama keluarga Ingga di rumah Ingga. Makan siang bareng Ingga dan adik-adiknya. Nonton bareng. Terkadang juga, ketika mereka berada di kota yang sama untuk urusan bisnis, Alan dan Ingga akan pulang bersama jika memungkinkan. Atau hanya sekedar menghabiskan waaktu luang bersama di kota tersebut. Dan semakin hari, Ingga pun semakin percaya pada Alan. Dan Alan semakin dekat dengan tujuannya.

Pernah sempat terpikir untuk menghentikan tujuannya. Toh dia merasa bahwa ia merasa nyaman dengan Ingga. Tapi perasaan tidak yakin muncul ketika mengingat bagaimana sakit hatinya ketika di tinggalkan oleh Ingga. Akhirnya ia tetap melanjutkan rencananya, mendapatkan hati Ingga dan kemudian mencapakkanya tanpa alasan apapun dengan cara menghilang, sama seperti yang dilakukan Ingga dahulu.

Tiba saatnya, Ingga merasa sudah bisa menerima Alan. Ya, hatinya sudah menerima Alan. Tanpa ragu ia telah memberikan seluruh hatinya pada pria itu.

Tapi, bukankah ia belum pernah bertemu dengan keluarga Alan. Alan belum pernah mengajaknya bertemu dengan adiknya apalagi ayah ataupun ibunya. Terkadang ia ragu, apakah Alan serius padanya. Dan apakah yang akan dikatakan oleh orang tua Alan tentang dirinya. Ia takut orangtua Alan akan berpikir negatif terhadapnya. Ia juga takut orang tua Alan tidak mau menerimanya.

Tapi bukankah itu hanya persepsinya saja. Ia bahkan belum bertemu dengan orang tua Alan. Jadi bagaimana ia bisa menyimpulkan apakah orang tua Alan menyukainya atau tidak.

Hari ini adalah hari sabtu. Dan kantor tentu saja tutup. Jadi, untuk mengisi waktu luang, Ingga dan Alan sarapan di sebuah cafe yang secara tidak langsung dimiliki oleh Ingga juga. Selain itu juga mereka berniat untuk menjemput adik dan keponakan mereka. Ya, Ingga akan menjemput Ulta, dan Alan akan menjemput Adina, anaknya adik Alan, Neri. Setelah menjemput Adina dan Ulta, rencananya Alan akan mengajak Ingga untuk menemui Neri, adik Alan. 

Jam sudah menunjukkan waktunya pulang Ulta dan Adina. Tidak di sangka, ternyata Adina dan Ulta seumuran dan berada di kelas yang sama. Hal tersebut di ketahui Alan ketika Alan bercerita kalau dia punya keponakan, namanya Adina. Dan Ulta langsung mmengatakan kalau dia juga punya teman sekelas yang namanya sama dengan yang dikalatakn Alan, Adina. Maka, ketika Alan menjemput Adina, ia tidak sengaja bertemu dengan Ulta yang belum dijemput dan sadar kalau Adina dan Ulta saling kenal. Jadi sejak saat itu, Alan selalu menghabiskan akhir pekannya bersama Ingga sambil menjemput keponakannya maupun adiknya Ingga. Hanya saja, Alan belum pernah mengajak Ingga untuk menemui Neri, adik Alan.

“Mama, Adina pulang.”

Selang beberapa detik Adina memanggil mamanya, muncullah neri dari balik pintu menyambut anak semata wayangnya pulang sekolah.

“Eh, anak mama udah pulang. Siapa yang jemput?”

“Tuh, Om Alan sama pacarnya.”

“Hai, Ner.” Sapa Alan pada adiknya.

Ingga yang tidak siap tunjuk sebagai pacar Alan hanya tersenyum ketika Neri menatapnya setelah menatap Alan.

“O iya, Ma. Kenalin. Ini Ulta, adiknya pacar Om Alan. Dia teman sekelas aku, lho.”

Ulta yang tau kalau ia sedang diperkenalkan pun menyalami Neri. Ingga bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh adiknya. Benar-benar menunjukkan kalau ia benar-benar dididik dengan baik.

Setelah bersalaman, Adina langsung mengajak Ulta masuk ke dalam ruma untuk bermain bersama, meninggalkan Ingg, Alan, dan Neri bertiga di depan pintu.

“Gak disuruh masuk nih tamunya?” menegur Neri yang sedang melamun.

“Ah ya. Silahkan masuk, Kak. Dan..”

Blown Away (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang