Part 6b You and I

234 6 0
                                    

part nya aku bagi 2 ya.

tenang, gak diubah sama sekali kok jalan ceritanya ^^

***

Keesokan harinya, sore haripun tiba. Alan mengatakan pada Ingga bahwa ia akan mengajaknya untuk makan malam di rumah orang tuanya. Malam hari sebelum pertemuan Ingga dan orang tua Alan, Ingga tidak bisa tidur. Ia benar-benar takut. Apa yang akan dikatakan oleh ibu Alan padanya. Akankah ia ditolak mentah-mentah?

Ah, Entalah. Jika memang tidak diterima, maka aku akan...

Arrrgghhhh apa yang harus aku lakukan jika tidak diterima... pikir Ingga.

“Siap?” tanya Alan pada Ingga di depan rumah Alan ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. Malam ini Alan memang menjemput Ingga ke rumahnya dari apartemennya. Alan memang sudah tidak tinggal dengan orang tuanya.

“Bisakah aku mengatakan tidak?”

Alan hanya tersenyum. Kemudian ia mencium bibir Ingga kilat.

“Ayo.”

Alan keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang tempat Ingga duduk.

“Neri?” neri sudah berada di depan pintu menyambut kedatangan Ingga dan Alan.

Rumah orang tua Alan memang tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dulu, masih dengan rumah bergaya mediterania.

“Malam ini memang makan malam keluarga. Jadi Neri dan suaminya serta anaknya juga hadir di acara makan malam ini. Tidak apa ‘kan?”

“Tentu saja tidak apa.” Ucap Ingga cepat, memang tidak merasa keberatan.

Mungkin Neri bisa sedikit mencairkan suasana nantinya.

“Hai, Mbak Ingga. Kita ketemu lagi.”

Saat sudah hanya berjarak setengah meter dengan Ingga, Neri langsung memberikan ciuman pipinya pada Ingga.

“Ayo masuk. Mama sama Papa udah nunggu tuh. Papa sama Arya lgi ngomong-ngomong di ruang keluarga. Mama lagi nyiapin makan malam.”

Ingga dan Alan hanya mengikuti langkah Neri. Malam itu Ingga memang bisa sedikit mengatur keresahannya. Semoga semoa bisa berjalan olancar sampai akhir.

“Pa, Kak Alan udah datang ni sama Mbak Ingga.”

“Hai, Pa. Hai, Arya.”

“Hai.”

“Ah, Alan sudah datang.”

“Selamat malam, Om. Selamat malam, Arya.”

“Selamat malam, Ingga.”

“Selamat malam. Ingga dari Line Hotel??”

“Iya, Om.”

“Alan pintar sekali memilih. Ternyata ini yang selama ini dia tunggu. Alan belum pernah bawa perempuan buat ketemu sama om. Kamu hebat bisa mendapatkanya.”

“Haha.. Om bisa aja.”

“Papa.” Ucap Alan.

“Papa tau gak kalau Ingga ini dulunya anak dari pembantu di rumah kita?”

“Apa?”

“Iya, Om. Saya Ingga anak Pak Munaf yang dulu mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai tukang kebun di rumah ini.”

“Alan, bisa kamu jelaskan yang sebenarnya terjadi?”

Ingga mulai takut dengan apa yang akan terjadi. Ayah Alan sepertinya mulai menunjukkan hal yang selama ini Ingga takutkan.

Blown Away (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang