○pesta yang berakhir...○

2.3K 306 74
                                    

Yeay, aku kembali!
Tolong hargai karya seseorang dengan cara vote dan komen setelah selesai baca.

Maaf banyak typo.
Kalo ada kata typo yang gak dimengerti, komen yah.

****

"Ayok masuk, Cel. Udah rame tuh." Windi menarik begitu saja tangan Celsa. Sudah cukup sedari tadi Celsa diam saja di depan gerbang.

Celsa menggeleng kuat, sengaja menghentikan langkahnya. Otomatis membuat Windi menoleh karenanya.

"Lihat deh pesta nya," ujar Celsa pada Windi. "Pakaiannya brand semua, gak ada yang diskonan sembilan puluh persen kaya punya gw. Banyak juga yang pake baju rapi, pasti orang kaya semua yang diundang. Gw balik lagi aja," putusnya hendak berbalik, namun dihentikan oleh Windi.

Celsa sedari tadi diam di depan gerbang memang memikirkan pesta itu. Pesta yang digelar di dalam ruangan super duper besar itu sudah ramai. Banyak yang berpakaian rapi, semuanya serbah mewah. Kentara sekali yang diundang memang orang berada.

"Itu pendapat lo sendiri. Jangan ber-ekspektasi jelek pada diri sendiri, nanti jadi kikuk sendiri,"

"Hmm, tapi..."

"Yaudah, gimana kalo kita balik lagi ke asrama? Lo ganti baju yang udah dibeliin Adil," saran Windi memberi sedikit semangat pada Celsa.

Celsa menggeleng. "Gw gak mau dikira manfaatin kekayaan Adil. Nanti para tamu sama temen Sma pada ngomong 'eh, kok samaan, pasti Celsa yang minta, pasti cewenya yang minta'. Gw gak mau kayak gitu, Wid." terangnya diangguki Windi.

Sadar. Celsa sadar jika dia dan Adil memang berbeda, sangat berbeda. Sma Uranus adalah Sma elite sekaligus favorit di Kota Jakarta. Diterima dengan mengandalkan biaya siswa sangat menguntungkan bagi Celsa. Tapi baginya datang kepesta orang kaya kalli ini tidak.

Windi diam sejenak, mencerna baik-baik ucapan Celsa. Hingga ia tak sadar genggamananya pada sahabatnya itu lepas. Yang diucapkan Celsa memang ada benarnya, namun sebagai sahabat harus mendukung dikeadaan apapun itu.

"Bon, ayo masuk." Adil menarik tangan Celsa pada genggamannya, membawa gadis itu masuk, "gw udah nunggu lama di dalem, eh babonnya malah diem di luar. Nanti dikira gak diurusin lagi sama pacarnya," lanjutnya terkekeh.

Celsa hanya menyengirkan giginya sesaat, tak merespon ujar-an Adil.

"Udah ditungguin, masuk kepestanya sama pacar. Tau ah, aku jomblo bisa apa!" cibir Windi melihat dengan jelas genggaman itu di hadapannya, "terus, gw sama siapa?"

"Hay!"

Suara seorang lelaki itu berhasil membuat Windi menoleh. Windi meneguk salivanya perlahan, tertegun. Di hadapannya adalah cowok yang sudah ia traktir sejak zaman Sd. Dan sekarang menyapanya? Ah, jelas ini kebetulan yang benar-benar tak akan terlupakan.

"Ha... hay juga, Ren!"

Saat di dalam, Adil dan Celsa cukup menyita perhatian. Banyak yang memandang mereka karena Adil yang ber-ulang tahun dan lelaki itu membawa gandengan seorang gadis. Namun Celsa hanya menundukkan kepalanya saja.

Baju, baju gw diskonan sembilan puluh persen! Sementara Adil sembilan puluh juta.
Astaghfirullah, Cel. Gak boleh insecure, ayok percaya diri! Jangan ber-ekspektasi jelek.
Batin Celsa.

Adil menarik kursi berwarna pink tua di dekat meja bulat dengan nuansa warna sama. Hanya saja warna itu lebih terang.

"Silahkan duduk my princes..." ujar Adil pada Celsa sedikit menggunakan nada anggun.

Pacar Koplak [TERBIT]Where stories live. Discover now