○Danau○

2.3K 313 10
                                    

Yeay, update><
Maaf untuk part sebelumnya ada nama Reynald dan Renata. Jadi sebenernya, sebelum aku publish cerita tentang Adil dan Celsa, aku sempet buat cerita tentang Reynald dan Renata yang aku beri judul Naughty Girls. Tapi... aku putusin buat unpublish. Jadi, dipart sebelumnya, aku copy paste dari ceritaku yang Naughty Girls. Gimana yah, rasanya kaya rugi atau gimana gitu. Udah capek nulis, mikir, tapi gak digunain. Dan akhirnya aku putusin biat digunain dicerita Pacar Koplak ini.

Dahlah, kepanjangan. Jadi curhat, kan:v

Happy Reading<3

****

Bibir kecil Celsa mencebik kesal mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Bisa-bisanya dia disamakan dengan orang gila. Tanpa niatan untuk berkata, Celsa langsung meletakkan mangkoknya ditangan Adil yang langsung melirik padanya.

Adil geleng-geleng kepala melihat sifat kekanak-kanakan gadisnya. Dia memutuskan tak meladeni dan berlalu masuk dengan kedua tangan membawa bekasan makanannya.

Bener bener yah, Adil hari ini super duper ngeselin! Sok dingin, sok dingin!
Batin Celsa.

"Lama banget, buruan!" gerutu Celsa sudah memakai helm.

"Babonku kenapa, sih? Lagi Pms?"

Celsa memutar bola matanya malas. "Iya! Emang kenapa?!"

"Pantesan ngeselin," umpat Adil bersuara pelan, namun masih terdengar oleh Celsa. Lelaki itu memakai helm nya.

"Siapa yang ngeselin?" Celsa menghentakkan kakinya pelan di atas tanah, berhadapan dengan Adil.

"Gw. Iyah Adil yang ngeselin. Bukan babonku, bukan Celsa,"

Adil menghela nafasnya pelan, tangan kanannya menggapai pinggul Celsa untuk membopong tapi gagal, gadis itu segera naik saat tangan Adil ingin menggapainya.

"Buruan!" gerutu Celsa menatap kesal ke arah Reynald.

"Iya, iya. Sekarang juga jalan," putus Adil mengalah. Jika Celsa sedang pms, apalah dayanya. Ia bagaikan kucing yang tak ada nyali, dan Celsa adalah singa yang banyak kuasa.

***

Celsa tersenyum lebar saat Adil benar benar menuruti kemauannya. Begitu motor Adil berhenti, Celsa langsung turun dari motor seraya melepas helm dan memberikannya pada Adil.

Danau.

Tanpa basa basi Celsa segera berlari dengan girang layaknya bocah yang melihat perosotan. Tak peduli pada Adil yang menatapnya sambil terkekeh.

"Jangan lari, nanti jat--- tuh kan, babon susah dibilangin, siniin tangannya," Adil mencoba memperingatkan Celsa, tapi telat. Gadis itu sudah keburu jatuh karena tersandung ranting pohon.

Tangan Adil dihempas begitu saja, ternyata gadis itu benar benar marah padanya saat kejadian tadi di warung bubur. Tanpa ada niatan lagi untuk berkata, Celsa langsung bangun sendiri lalu melanjutkan lariannya tanpa menatap sedikitpun manik mata Adil.

Adil hanya geleng kepala, lelaki itu langsung berjalan menyusul larian Celsa. Gadis itu sepertinya sangat senang berada di danau, senyuman terus terpancar indah di bibirnya. Sesekali ia dapat melihat Celsa membuka tangannya dengan lebar dan mata yang sengaja dipejamkan.

Adil tak mau kehilangan kesempatan ini, dia berdiri di sebelah Celsa, lalu mendekatkan bibirnya.

Cup.

Celsa tersentak kaget, dia segera menoleh dan menatap penuh intimidasi pada kekasihnya. Bisa bisanya mencium dirinya di tempat umum seperti ini, jelas bikin mood nambah anjlok. Satu kata, menyebalkan.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang