○mewakili?○

2.6K 324 26
                                    

Aww, Adil dan Celsa nongol lagi.
Author sayang deng sama yang suka komen-komen. Beneran sayang pake banget. Apalagi kalo komennya spam, uwwu<3

SPAM KOMEN UNTUK NEXT CHAPTER

****

Adil lansung ngacir maju ke depan dengan tangan menggenggam tiga lembar kertas ulangan. Membuat seluruh pasang mata murid di kelas menatapnya, meneguk salivanya perlahan. Jika sudah ada yang mengumpulkan, hati mereka benar-benar nyut-nyutan.

Bu Karin membetuli posisi kaca matanya yang ia pikir pemandangan di depannya adalah salah. Namun ini benar, ada Adil yang meletakkan kertas ulangan dengan asal, lalu ngacir keluar kelas.

"Ini baru beberapa menit, bahkan bisa dihitung baru lima menit ulangan harian ini berlangsung," ujar Bu Karin berhasil membuat Adil berbalik badan dan berdiri di ambang pintu, "kamu mengerjakan dengan asal pasti!" sambungnya dengan nada makin meninggi.

Adil mengendikkan bahunya acuh. "Ya gak tahu lah,"

"Kamu ini gimana sih?!" Bu Karin mulai murka mendengar jawaban Adil yang acuh padanya. Ia tak terima.

Adil mengendikkan bahunya lagi. "Kan Adil udah bilang, Adil gak tahu."

Bu Karin nyata sekali murka. Ia bangkit dan menyodorkan lembaran ulangan itu lagi pada Adil.

"Kalo ada guru nasehatin, jangan jawab. Buru balik lagi, kerjain lagi!"

"Astaghfirullah, tadi ibu kan nanya, yaudah Adil jawab sebagai murid terganteng dan teladan di kelas ini," Adil mengendikkan tangannya, blagu. Sok kecakepan.

"Iya juga yah!" Bu Karin garuk kepala, "ah, sudahlah! Seberapa persen kamu yakin dengan jawaban ini?" Bu Karin mengangkat alisnya sebelah seraya menujukkan kertas ulangan.

"Seribu persen yakin!" jawab Adil yakin.

"Sudah, sudah! Terserah kamu, sana keluar," putus Bu Karin mengalah dan ia kembali duduk.

"Woi," bisik Malik agak mendorong tubuh Andri yang duduk di sebelahnya.

"Hmm," Andri berdehem sebagai jawaban, membuat Malik berdecak kesal.

"Elo was-was gak sih?" tanya Malik ambigu, "sumpah kalo udah ada yang selesai, otak gw rasanya kaya udah tersumbat. Gak mengalir sampe jauh," imbuhnya.

Andri melirik. "Lo kita lo doang. Seragam gw udah penuh keringat dingin bangsad! Was-was bener, pengen cepet selesai!"

"Terus gimana caranya Adil bisa cepet selesai?" tanya Malik curiga, "jangan-jangan dia liat brinly di kolom meja. Secara brinly adalah website sejuta umat,"

"Bocah koplak kurang otak seper empat itu pake teknik ngitung kancing kemeja sama teknik cap, cip, cup, tolol!"

"Terus esay pake teknik apa?" tanya Malik semakin kepo. Karena jujur setelah mendengar jawaban Andri, ia akan mengisi lembar jawaban menggunakan teknik Adil.

"Pake teknik hanya tuhan yang tahu," cetus Andri membuat Malik nepuk jidat. Benar-benar jawaban tak masuk logika.

"Ibu! Itu bu! Andri sama Malik contek-contekan!" Adil malah berteriak dari jendela luar. Mengompori Ibu Karin.

Pacar Koplak [TERBIT]Where stories live. Discover now