○Maaf○

5.3K 523 9
                                    

Hwaa, update!
Yang nulis amatiran,
Tyypo bertebaran, ga tepat PUEBI.

Dahlah,
Happy Reading><

***

Celsa mencebik bibirnya kesal, dia benar benar tak percaya dengan pantulan dirinya di kaca. Matanya sembab, kantong mata benar benar terlihat jelas.

"Ish, kenapa gini sih!" Celsa merutuki dirinya sembari melebar lebarkan matanya tak percaya.

Memang tadi malam selepas pulang dari cafe, Celsa langsung mengunci dirinya di kamar, tak memperdulikan ayahnya yang terus menanyakan ada apa sebenarnya.

Entah kenapa rasanya benar amat sakit melihat secara langsung Adil sedang berduaan dengan Amel malam itu. Padahal sebelum Celsa berangkat, Adil masih terus mengirim pesan chat pada Celsa romantis, tapi tak disangka.

Drt... drt ...

Celsa menoleh, dia langsung duduk lalu menggapai ponselnya yang sedang tersambung charger di atas laci. Begitu melihat dilayarnya, Celsa langsung membuang ponselnya. Tertanda 523 pesan belum terbaca.

"Sok manis!" Celsa menatap sengit kearah ponselnya, seakan ponsel itu adalah Adil.

Drt... drt...

Ponsel Celsa bergetar lagi, Celsapun segera mendongak, tak mau ambil pusing, Celsa langsung menolak panggilan telpon dari Adil.

Kambeng!

Jangan telpon gw
Jangan jemput gw
Jangan temuin gw di sekolah
Jangan ke kelas gw

Dan jangan bales chat gw

Read.

Ish, beneran ga dibales.

Katanya ga usah dibales, ya aku nurut sebagai cowo terganteng di dunia ini.

Dibilangin jangan dibales.
Read
Bener bener lu yak,

Cowo emang selalu salah.
Katanya ga usah bales ya ga bales.
Giliran diread malah ngambek.

Dibilangin ga usah bales juga.
Emang iya ga usah bales tapi jangan diread juga.

Celsa melepar ponselnya kesembarang arah, tak peduli ponselnya rusak ataupun pecah, yang jelas keadaan sekarang benar benar rumit, tak ada yang membuat senang bagi Celsa.

Celsa melangkahkan kaki menuju jendela pojok kamarnya, menampakkan indahnya kota Jakarta dipagi hari. Memang benar Celsa miskin, tapi untuk rumah Celsa masih tinggal di rumah dulunya. Rumah yang masih bertingkat, hanya saja keadaannya tak semewah dulu.

Celsa menghembuskan nafasnya pelan, mencoba mencari ketenangan dari kehidupannya yang rumit. Mencoba menghilangkan bayang bayang Adil yang tengah bersama Amel malam itu.

"Cel, ayah boleh masuk?" tanya Ridwan dari sebalik pintu.

Celsa menoleh, mengalihkan pandangannya menuju pintu. "Eum... Celsa lagi ga enak badan, ayah mendingan berangkat sekarang aja,"

"Kamu sakit yah? Kalo gitu ayah ga usah kerja, ayah beli obat sekarang yah?" tanya Ridwan cemas.

"Ga usah yah, Celsa cuman pegel pegel aja badannya. Bentar lagi juga sembuh, ayah semangat aja kerjanya,"

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang