○Rencana○

2.3K 279 88
                                    

Kambeng

|Bon
Babonku

Hmmm|

|Hari ini  gw gak sekolah
Ada keperluan keluarga
Berangkat sendiri yah

Tiap hari gak dijemput juga gak papa|

|Harus dijemput sebenernya.
Kambeng mau belajar jadi calon suami yang baik
Maaf juga gw ngingkarin janji

Nikah mulu pikiran lo|
Janji apasih? Gak ada janji juga

|Hari ini seharusnya kita nikah, bon!

Jangan mendramatis|
Dahlah, gw mau school ini

|Harus ada dokomentasi  pokoknya
Yang pertama, keluarnya sama temen asrama
kedua, jalan kakinya
Ketiga, pas di sekolah jangan deket-deket cowo .
Jaga jarak aman 10 meter
Gak usah protes, gak boleh bohong
Harus foto asli
Kalo boong kena azab

Ya Allah|
Aman pak

|Dengan nama Allah harus amanat

Siap pak, aman

*****

"Aduh..." Celsa mengelus kepalanya yang ditoyor begitu saja tanpa adanya aba-aba, lalu menoleh pada si pelaku yang tak lain adalah Windi. Sahabatnya itu dengan santai malah duduk di bangku sebelah dengan menyerupus teh poci ditangannya.

"Pagi-pagi gini udah bikin orang kesel, dateng main toyor-toyor aja," protes Celsa melirik es poci di tangan Windi, "bagi dong!"

Windi menyedot es itu sebentar, lalu memberikannya pada Celsa. "Lagian kata siapa pagi-pagi udah senyum geje gitu? Gila banget kaya orang gila. Apalagi sendirian," balas Windi, "eh iyah, kayaknya ada yang kurang," Windi mendongak, menatap sekeliling kelas yang masih sepi.

"Ah, iyah gw belum denger celotehannya Adil," sambungnya.

"Kenapa pada hafal, yah?" tanya Celsa terlihat tak main-main. Namun begitu terdengar cengi bagi Windi.

"Siapa yang gak hafal sama kalian berdua? Baru masuk gerbang sekolah aja udah riuh banget gila. Adil teriak-teriak gw mau nikah, gw pacarnya Celsa, terus pas nyampe lapangan malah nyanyi-nyanyi lagu kalau cinta sudah membara!" Windi geleng kepala bila mengingat hal itu, "lo gak pusing apa sama Adil?" tanyanya.

"Emang suka malu-malu in sih, suka bikin malu juga, tapi gw jadi suka..." ujar Celsa dengan nada makin mengecil, lalu menyengirkan giginya.

Memang setiap pagi Adil selalu melakukan rutinitas itu. Berteriak-teriak dari gerbang, lapangan, hingga koridor kelas lain, lalu di kelas sendiri. Ini memalukan, tapi bagi Celsa yang sudah terbiasa, yah sudah. Adil tak bisa dilarang, lagian yang pegel Adil sendiri pikirnya. Ini menyebalkan, tapi terkadang menyenangkan.

Windi malah menangkup kedua pipi Celsa, lalu menepuknya beberapa kali. "Wah parah sih ini! Mana hp lo? Mana?" Windi malah histeris sendiri, membuat Celsa memberikan hpnya.

"Tumben yah kelas sepi, Del?" tanya Reva yang baru saja masuk kelas bersamaan dengan Adel.

"Tuh, jawabannya karena Adil gak ada," Adel menunjuk pada meja Celsa. Tempat yang biasanya pagi-pagi sudah diapeli oleh Adil.

Pacar Koplak [TERBIT]Where stories live. Discover now