○first kiss?○

7.7K 614 40
                                    

Update dong yah><

Jangan sider,
Vote&coment guys!
Minimal coment Next lah biar tambah semangat.

Dahlah,
Happy Reading><

***

Suara perdebatan dipagi hari berhasil membangunkan Celsa. Suara wanita yang jelas sudah dia hafal setiap pagi. Celsa berdiri lalu melangkahkan kaki menuju pintu, menarik knop pintu sedikit agar memberi akses untuk mengintip.

"Sarapan pagi yang mantab," gumam Celsa lirih. Siapa lagi jika bukan ibunya, Rina.

Sebenarnya Celsa ingin sekali memiliki keluarga yang utuh, bahagia, sejahtera. Apalagi kemarin dielus oleh Lina, jelas Celsa ingin sekali mendapat elusan dari mamahnya sendiri.

Tapi beda, Rini seperti tak sayang sedikitpun pada Celsa. Bahkan tersenyum pada Celsa pun tak pernah. Pulang pagi, itupun karena ingin membersihkan diri dan berganti baju lalu pergi lagi. Setiap hari, selalu begitu. Entah apa yang terjadi, Celsapun tak tahu.

"Sudahlah mas, aku mau mandi!" Rina memberontak dengan tak ada tenaga. Matanya liyap liyep. Yap, Rina adalah kupu kupu malam.

Sebenarnya Ridwan, ayah Celsa sudah tau semuanya. Hanya saja jika Celsa bertanya soal pekerjaan mamahnya dia hanya menjawab bekerja 24 jam. Jika sampai putrinya tau, pasti dia akan lebih membenci mamahnya, Ridwan tak mau.

"Dahlah, mendingan mandi dari pada nanti telat," gumamnya lagi sembari menutup pintu sepelan mungkin, kemudian menggapai handuk di casstook pinggir lemari.

Drt ... drt ...

Celsa menoleh lalu kembali duduk di ranjang miliknya, menggapai ponsel di atas laci. Celsa berdecak pelan mendapati pesan whattsap yang tertulis di layarnya Kambeng!

"Gw kira Bright sama Daniel notifin gw!" Celsa segera meletakkan ponselnya lagi tanpa membaca pesan dari Adil. Dia langsung menuju kamar mandi. Pesan dari Adil tak penting pikirnya.

Celsa keluar dari kamar dengan seragam sekolah yang sudah melekat ditubuhnya. Menggendong tas biru bermotif totol totol putih.

"Maafin ayah yah, kemarin bengkel sepi, jadi ayah ga bisa beli sarapan," lirih Ridwan debgan tatapan sendu menatap gadisnya. Dia merasa gagal menjadi ayah, dari dulu tak pernah memberikan yang terbaik untuk putrinya.

Celsa tersenyum tipis lalu memeluk Ridwan erat. "Celsa ngerti kok, sepuluh ribu juga udah cukup. Apalagi dengan kasih sayang yang udah ayah beriin sama Celsa udah lebih, seharusnya Celsa yang minta maaf,"

Tak terasa air mata Ridwan jatuh. "Ayah yang salah, dari dulu ayah ga pernah ngebahagiin kamu ..." lirihnya.

Tangan Celsa terangkat mengusap air mata ayahhnya. "Ayah jangan ngomong gitu. Ayah selalu kasih yang terbaik buat Celsa. Celsa bangga banget punya ayah yang kuat kaya gini. I love you ..."

Ridwan kembali memeluk putrinya, putrinya ini selalu mensuportnya. "Love you too," lirihnya sembari melepas pelukan, "udah, sekarang berangkat nanti telat. Belajar yang bener yah? Banggain ayah!"

Celsa mengangguk lalu menyadongkan tangannya untuk bersalaman. "Salaman dong yah, jangan diem aja!" hardiknya memecah lamunan Ridwan.

"Eh iyah, yaudah hati hati!"

Celsa segera keluar dari rumahnya, lalu melambaikan tangan yang langsung di susul lambaian ayahnya sembari tersenyum.

"Baru aja tadi pulang, udah ga ada lagi," gumam Celsa.

Pacar Koplak [TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя