○Sial○

2.8K 357 43
                                    

SPAM KOMEN
UNTUK NEXT CHAPTER><

GA KOMEN, GA PREND LAH.

***

"Yeay, nilai rata-rata gw 85!" Windi bersorak dan melompat girang saat mendongak dan mendapati nilai nya yang tertera di mading.

Celsa tersenyum tipis dan mengangguk. Nampak jelas gadis itu sedang tak bersemangat. Wajah yang lusuh sekaligus wajah datarnya sudah mengartikan jika gadis itu sedang tak baik-baik saja. Gadis itu menjinjitkan kakinya, mencoba membaca berapa nilai miliknya setelah uts selama 5 hari itu.

Sejak kejadian kemarin, dimana Adil mendapati Celsa bersama Adam, lelaki itu menjauh. Hatinya ingin mencoba menjelaskan pada lelaki itu, tapi bibir terasa terkunci. Ia ingin menjelaskan jika semuanya hanya salah paham, tapi seakan Adil menjauh. Celsa selalu menyapa lelaki itu, melambaikan tangan, tapi Adil tak merespon. Dia malah membuang wajahnya dan enggan menyahut.

Sebenarnya Celsa tak ingin memikirkan ini, tapi pikirannya selalu saja berisi lelaki itu. Hatinya terasa berbeda saat tak ada keberadaan lelaki itu. Terasa kosong dan sunyi.

Celsa menghela nafas dalam. "Yang penting udah ngerjain." monolognya pasrah. Ia sebenarnya tak percaya, mengapa nilainya bisa turun drastis seperti ini?

Reva menepuk bahu Celsa, membuat gadis itu menoleh. "Nilai gw tinggi!" ujar Reva, "ngomong-ngomong nilai lo berapa? Parti seratus, kan?" tanyanya pada Celsa. Gadis itu merentangkan tangannya, mengusir kerumunan yang tengah membaca berapa nilai mereka. Mata Reva terbelalak begitu melihat nilai Celsa. Apa ini? Kenapa jadi 79?

Reva berbalik, menepuk nepuk keras pipi Celsa. Mencoba menyadarkan gadis itu. Akhir-akhir ini ia sering melihat Celsa menjadi murung dan tidak bersemangat.

"Kenapa sih? Ada masalah apa?" tanya Reva pada Celsa, "akhir-akhir ini gw sering liat lo murung, jarang makan, jarang nimbrung juga kalo lagi nge gosip. Coba cerita?"

Celsa menggeleng. "Gak pa-pa, gw baik."

Adel yang tadi tersenyun lebar dan girang, wajahnya jadi murung ketika menatap Celsa. Ia juga merasakan perbedaan gadis itu akhir-akhir ini. Sewaktu uts pun kadang-kadan Celsa malah melamun.

Padahal sosok Celsa yang sebenarnya adalah orang giat, cepat, pintar, dan fast respon. Tapi sekarang gadis itu seperti terlihat oon, lemot, dan slow respon. Yang ia ketahui adalah terakhir saat permasalahan di kantin 5 hari yang lalu.

"Apasih yang lo pikirin? Kenapa nilai nya jadi turun drastis kaya gini?" tanya Adel seraya menggenggam tangan Celsa, "gw gak suka! Pokoknya gw pengen lo 5 hari yang lalu!" Adel memberi tuntutan.

Celsa lagi dan lagi menggeleng. "Gw baik." nadanya terdengar datar.

"Gila! Pacarnya Adil berapa sih?"

"Sekali turun lagi buat nge goda cewek, langsung dapet lima!"

Suara berbisik bisik dan riuh di sekeliling Celsa berhasil membuat ujung bibir gadis itu terdapat garisan. Ia tahu jika banyak yang berbisik seperti sekarang adalah tanda-tanda kedatangan Adil. Setidaknya hari ini dia ingin melihat wajah lelaki itu.

Celsa menoleh. Benar saja yang ia pikirkan, namun senyumnya meredup saat mengingat kelakuan Adil akhir-akhir ini. Lelaki itu sekarang jadi bermain perempuan. 5 hari terakhir saja dapat Celsa lihat Adil selalu menggandeng cewek berbeda setiap tiap harinya.

Pacar Koplak [TERBIT]Where stories live. Discover now