19. Bertabrakan

26 4 2
                                    

Chapter 19
Bertabrakan

***

Fina merasa kepalanya berdenyut, dia mencoba membuka mata namun nihil. Rasanya begitu berat sehingga dia memilih untuk memejamkan mata. Mungkin setelah beristirahat beberapa menit lagi dia akan membaik. Akan tetapi, baru lima menit Fina ingin beristirahat suara langkah kaki terdengar semakin dekat menghampiri Fina, bukan hanya satu pikir Fina.

“Bagaimana keadaan Fina, Bang?” Fina mengenali suara itu, tidak salah lagi itu suara Reyhan.
“Menurut  pemeriksaan dia mengalami dehidrasi dan kelelahan, sepertinya dia terlalu memaksakan tubuhnya untuk tetap bertanding, tetapi mengabaikan asupan tubuhnya. Bukankah itu tindakan tidak profesional?”

Fina meringis dalam hati, bisa-bisanya orang itu mengatakan dia tidak profesional? Lagi pula mengapa orang itu harus menyinggung sesuatu yang bukan bagian dari pekerjaannya sebagai dokter.

“Kapan Fina akan sadar?” tanya Reyhan lagi.

Dokter itu melihat jam tangan yang dipakainya. Sudah hampir dua jam Fina pingsan, seharusnya sebentar lagi Fina sadar.

Dokter mendekati ranjang Fina, mencoba memeriksa keadaannya sekali lagi. Namun disaat sang dokter akan menyentuh tangan Fina untuk memeriksa denyut nadinya, seketika itu Fina langsung membuka mata. Fina tersentak saat pertama kali yang dilihatnya adalah dokter Rasya, begitupun Rasya yang terkejut saat Fina tiba-tiba membuka mata. Mereka tak sengaja saling menatap saat suara Reyhan membuat mereka tersadar dan mengalihkan pandangan satu sama lain.

“Fina, lo baik-baik aja?” tanya Reyhan khawatir. Mendengar  Reyhan khawatir membuat hati Fina menghangat, dia suka saat Reyhan memberikan perhatian kecil meskipun itu hanya sekedar mengkhawatirkannya sebagai sahabat.

“Gue baik kok, pertandingannya gimana?”

Reyhan dibuat gemas saat Fina malah mempertanyakan pertandingan dibanding dengan kesehatannya, tak tahukah dia membuat satu ruangan heboh karena Fina tiba-tiba pingsan saat wasit akan mengumumkan pemenangnya.

“Selamat Alfina Maharani, Anda memenangkan pertandingannya dan terpilih sebagai perwakilan kampus ke pertandingan nasional.” Reyhan membuat Fina menatap tak percaya, apakah Fina tidak salah dengar? Dia menang?

Reyhan yang melihat Fina hanya diam dengan ekspresi yang sangat konyol, menyentil kening Fina membuat Fina mengaduh dan mengusap keningnya pelan. Alih-alih memarahi Reyhan, Fina malah menatap Reyhan lalu mereka tertawa.

“Reyhan, ada yang harus kita bicarakan, kita bertemu di ruangan abang. Untuk kamu Nona Alfina Maharani, saya sarankan dipertandingan selanjutnya jangan sampai pingsan, apalagi saat pertandingan berlangsung, permisi.”  Rasya pergi keluar meninggalkan ruangan

Melihat reaksi sang kakak, Reyhan mengerutkan kening “Sejak kapan bang Rasya bisa bersikap dingin?” batin Reyhan.

***

Yasna jalan terburu-buru saat mendapatkan pesan dari  Reyhan bahwa Fina sudah sadar. Yasna  yang mendaptkan pesan itu langsung bergegas menuju ruangan Fina karena Reyhan bilang bahwa Reyhan harus menemui kakaknya.

Dengan membawa jus alpukat kesukaan Fina, Yasna yakin Fina akan segera membaik. Kerena bagi Fina alpukat adalah mood booster-nya. Namun betapa malangnya Fina karena mood booster-nya telah terjatuh dan berceceran dilantai.

Sayang sekali, padahal Yasna sudah mengantre lama untuk mendapatkan segelas jus alpukat ini. Namun takdir tidak mengizinkan Fina meminumnya.

"Ah, uangku terbuang percuma kalau begini caranya," ucap Yasna lirih. Menatap lantai putih yang berubah warna.

Ingin sekali merutuki diri sendiri. Hanya itu tidak masuk akal bagi Yasna, terlebih setelah mendengar suara laki-laki yang tidak asing di indra pendengarannya.

“Jadi hobimu adalah menabrak orang huh?”

Yasna yang masih meratapi jus alpukat Fina seketika mendongkak menatap tajam pria yang memakai  jas dokter. Sialnya terlihat begitu tampan sekaligus arogan secara bersamaan, membuat Yasna sebentar lagi akan meledak.

Kalau menonjok wajah tampan itu dibolehkan, sudah seratus pukulan Yasna layangkan padanya. Tetapi semua itu tidak mungkin bisa dilakukan. Pasti akan berdampak buruk untuk dirinya. Sebab, bagaimana pun juga, good looking akan dibela oleh orang-orang yang tidak tahu apa masalahnya.

Beberapa derik diam. Yasna jengah kalau laki-laki itu mengeluarkan kata-kata. Sebab ucapannya membuat telinga panas. Seperti tidak ada rasa prihatin melihat jus miliknya jatuh.

“Jadi hobimu adalah menjadi alasan orang lain menabrak huh, dokter Farhan?”  Yasna menatap kesal pada  Farhan, pria yang paling ingin dia hindari saat ini.

***

Reyhan perhatian banget sama Fina, cieeee

Vote, komentar, follow. Thanks.

Tertulis UntukkuWhere stories live. Discover now