4. Kesepakatan

130 18 17
                                    

Chapter 4
Kesepakatan

***

Hari Minggu yang cerah ini membuat siapapun malas untuk beranjak dari tempat tidur yang nyaman. Apalagi setelah melalukan berbagai aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran selama lima hari dalam seminggu,maka tempat tidur  adalah pelampiasan terbaik untuk beristirahat.

Namun berbeda dengan laki-laki yang memiliki wajah tampan berusia 26 tahun ini. Sejak tadi pagi Farhan sudah bangun untuk lari pagi di kompleks perumahannya.

Profesinya sebagai dokter membuat dia mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh.  Setelah selesai lari pagi Farhan segera melakukan ritual mandi. Kemudian  turun untuk sarapan.

"Pagi Farhan, ayo sarapan dulu, Nak," ucap seorang wanita paruh baya yang masih cantik berbalut gamis hitam dan kerudung lebar sambil tersenyum ramah.

"Pagi, Ma." Farhan balik tersenyum, duduk di kursi.

"Farhan, kamu tidak ada jadwal praktik hari ini? " tanya Aisyah sambil mengambilkan sarapan untuk anak laki-lakinya.

"Enggak ada kok, Ma.  Insyaa Allah hari ini Farhan libur," jawab Farhan sambil menerima piring yang diberikan Aisyah.

"Alhamdulillah kalau gitu. Kamu jangan lupa hari ini datang ke acara om kamu, ya." Kali ini Aisyah mengambil sarapan untuk dirinya sendri.

"Iya, Ma. Farhan inget kok," jawab Farhan dengan senyuman seadanya.

"Kalau bisa ajak Salma, ya." Farhan yang sedang menikmati sarapannya tiba-tiba berhenti dan langsung menatap Aisyah.

"Ma, sudah berapa kali Farhan bilang, Farhan tidak bisa menikah dengan Salma!" jawab Farhan dengan tegas. Hilang sudah senyuman Farhan, yang ada hanya wajah kaku dan dingin.

"Kenapa tidak bisa?" Suara tegas itu membuat Farhan dan Aisyah menengok ke sumber suara.

"Mas?"

"Papa?"

Secara bersamaan mereka menyebut laki-laki yang sedang melangkah menuju meja makan.

"Bukannya sudah Papa bilang. Kamu dan Salma sudah dijodohkan!" Tegas Aryan kepada Farhan.

Farhan hanya menghela napas kasar. Dia paling tidak suka berdebat dengan sang Papa. Sikap tegas dan otoriter yang Aryan miliki kerap membuat Farhan jengah. Sehingga Farhan memutuskan ingin punya apartemen sendiri sejak lulus kuliah. Dan Farhan akan pulang jika Aisyah memintanya atau tidak ada Aryan di rumah.

Karena jika ada Aryan, Farhan yakin akan terus berselisih  paham. Dan benar saja, saat ini Aryan  mulai bersiap membuat Farhan untuk menuruti perjodohan yang selama ini dia buat. Jika Farhan tahu sang Papa akan pulang dari perjalanan bisnis pagi ini, maka Farhan tidak akan pernah menerima ajakan Aisyah untuk menginap tadi malam.

"Farhan sudah sering katakan kalau Farhan menolaknya!" teriak Farhan tidak ingin kalah.

Bukan Farhan namanya jika dia menyerah. Lagi pula dari mana sikap keras kepala yang dimiliki Farhan jika bukan dari Aryan. Jadi jangan salahkan Farhan jika dia juga mampu mempertahankan keputusannya seperti dia mempertahankan keputusan menjadi seorang dokter dari pada pebisnis seperti yang Aryan inginkan dulu.

"Papa harap kamu punya alasan yang bagus untuk menolak perjodohan ini." Aryan masih mencoba untuk menekan Farhan.
Sedangakan Aisyah yang melihat suami dan anaknya berselisih paham hanya bisa diam mendengarkan.

Hancur sudah rencana sarapan Aisyah bersama Farhan. Sangat sulit untuk mempunyai kesempatan makan bersama anaknya selain karena kesibukkan. Farhan enggan untuk bertemu jika ada Aryan. Dan sekarang Aisyah harap tidak akan ada masalah serius yang akan membuat hubungan diantara keduanya semakin renggang.

"Farhan tidak mencintai Salma," jawab Farhan jujur dengan wajah dinginnya.

Aryan yang mendengar  anaknya mengatakan hal itu hanya terkekeh meremehkan. "Tahu apa kamu tentang cinta, Farhan?"

"Pa, Farhan mohon jangan buat Farhan seolah jadi anak durhaka karena menentang, Papa." Farhan berharap Papanya akan sedikit mengerti. Bukan tanpa alasan Farhan menolak perjodohan ini.

"Baiklah, Papa tidak akan memaksa kamu menikah dengan Salma." Pernyataan Aryan membuat Farhan dan Aisyah mengerutkan kening. Seolah bingung dengan perkataan tiba-tiba Aryan.

Tapi seketika Farhan paham pasti ada harga yang harus dibayar untuk mengubah keputusan Aryan.

"Apa syaratnya?" tanya Farhan to the point. Seolah tahu tidak mungkin Aryan akan mengalah dengan mudah.

"Bawa perempuan yang kamu cintai kehadapan Papa dalam waktu satu bulan." Sudah Farhan duga, laki-laki yang berstatus Papanya ini akan melakukan berbagai cara agar Farhan kalah.

Bukan Farhan namanya jika dia menyerah. Dari dulu Farhan terbiasa untuk selalu membuktikan bahwa keputusan yang dia ambil adalah yang terbaik untuknya.

"Dan jika kamu gagal, bersiaplah untuk menikah dengan Salma!" ungkap Aryan sambil tersenyum.

"Deal?" Tangan Aryan menjulur ke depan. Sebagai tanda kesepakatan.

"Deal." Tanpa menyambut uluran tangan Aryan, Farhan naik dan masuk kamarnya untuk mengambil dompet dan kunci mobil. Lalu turun kembali menemui kedua orangtuanya.

"Farhan pamit, Ma." Farhan mencium punggung tangan Aisyah.

"Tapi Sayang, kamu belum selesai sarapan." Aisyah begitu sedih karena acara sarapan yang dia nantikan malah berantakan.

"Udah gak nafsu, Ma." Farhan melirik Aryan dengan tatapan tajam.

"Assalamualaikum," ucap Farhan sambil berlalu tanpa pamit dengan Aryan.

"Good luck!" Farhan menoleh karena perkataan Aryan. Dan Aryan hanya tersenyum penuh arti. Tidak ada bedanya dia menolak atau mencoba bernegoisasi tentang kesepakatan ini. Intinya Farhan harus kembali berjuang untuk membuktikan keputusannya ini benar.

***

Kira-kira Farhan bisa bawa perempuan yang dia suka gak ya?

Vote dan comment. Terima kasih.

Kamis, 9 Juli 2020

Tertulis UntukkuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu