12. Kepulangan Zhulaika

36 5 1
                                    

12. Kepulangan Zhulaika

***

Suara ketukan pintu terdengar, membuyarkan lamunan laki-laki yang menatap kosong pemandangan. Entah sedang memikirkan apa laki-laki yang memiliki gelar pemilik salah satu perusahaan properti ternama di Indonesia.

"Maaf Pak. Tuan Aditama ingin bertemu," kata seorang wanita berkemeja putih yang tak lain adalah sekretarisnya.

"Persilakan dia masuk," jawab laki-laki itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Wanita berkemeja putih itu mengangguk tanda dia mengerti  dan keluar ruangan. Lalu bunyi langkah kaki kembali terdengar memasuki ruangan tersebut.

"Apa yang menarik dari pemandagan ibu kota Aryan, sehinga kau tak menyambut calon besan sendiri?" Laki-laki itu masuk dan menjatuhkan dirinya ke sofa.

Aryan menoleh lalu duduk di kursi kebesarannya. Menatap tajam laki-laki yang ada dihadapannya.

"Apa yang membuat Anda datang  kemari  Tuan Surya Aditama?" tanya Aryan dengan nada dingin.

Surya tertawa "Ayolah Aryan Rendra . Jangan tertalu formal, ini masih pagi."

"Aku tida punya waktu untuk bersikap basa basi, Aditama," kata Aryan masih dengan sikap dingin dan angkuh.

Aditama bangkit, melangkah menuju meja Aryan. Sekarang mata mereka saling menatap tidak suka. Dua orang yang memiliki uang dan kekuasaan itu saling pandang dengan tatapan permusuhan.

"Aku datang hanya untuk mengingatkan akan janjimu," ucap Surya dengan seringai yang mebuat Aryan ingin sekali merobek mulutnya.

"Apa kau pikir aku sepikun itu untuk tidak mengingt janjiku?" tanya Aryan datar, masih duduk dikursinya.

"Aku tahu kau tidak mudah melupakan janjimu. Tapi aku juga tahu seorang Ayah tidak ingin membuat anaknya menderita." Surya melihat foto di meja Aryan. Foto seorang anak laki-laki yang tersenyum bahagia memegang sebuah bola ditangannya.

"Aku peringatkan sekali lagi padamu Aryan. Pernikahan Salma dan Farhan harus terjadi!" Tegas Surya dengan tatapan tajam." Kau tidak ingin kejadian sepuluh tahun lalu terulang,kan?"

Aryan mengepal tangannya, menahan amarah. Menghadapi orang licik dihadapannya bukan dengan kekerasan, tapi dengan kecerdikan. Pikir Aryan.

"Kau tak perlu mengancamku dengan masa lalu ,Surya. Akan kupastikan Salma menikah dengan Farhan," ucap Aryan dengan tenang.

***

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya seorang pria berusia tiga puluh tahun, bernama Adi.

"Alhamdullilah, dari hasil lab insya Allah besok Dimas sudah bisa pulang," ucap Farhan setelah memeriksa keadaan Dimas dan melihat hasil laporannya.

"Terima Kasih dokter Farhan," ucap Dimas yang tersenyum senang karena besok bisa pulang.

"Sama-sama. Lain kali jaga makannya. Kasihan usus kamu," perintah Farhan, menasihati sambil mengusap kepala Dimas.

Farhan melangkah keluar dari ruangan. Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Perut Farhan sangat lapar. Farhan berniat untuk makan dikantin rumah sakit, namun niatnya terhenti saat seseorang yang hampir seminggu tak bisa di hubungi berdiri dengan senyum tak berdosa dihadapannya. Farhan hanya melirik, kembali berjalan melewati Rasya.

Merasa diabaikan, Rasya mencoba menyusl Farhan.

"Siang dokter Farhan," sapa Rasya sambil terus mengikuti Farhan di sampingnya.

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang