18. Atlet Silat

26 5 2
                                    

Chapter 18
Atlet Silat

***

Seorang perempuan menarik napas, mencoba meredakan debar jantungnya. Meski ini bukan pertama kali untuknya, tapi dia tak bisa mengelak, rasa gugup itu hadir. Wajar sudah hampir 2 tahun dia baru merasakan sensasi ini lagi. Seulas senyum terpatri dari wajah manisnya tanpa polesan make up, bahagia. Hingga debarnya semakin menggila saat terdengar namanya dipanggil.

Perempuan itu berdiri merapikan pakaian, sorot matanya berubah tajam penuh keyakinan. Dia siap untuk hari ini apa pun hasilnya.

Sorak gemuruh tepuk tangan bagaikan melodi yang membara, membuat semua orang yang berada di ruangan itu begitu antusias. Tak sabar menyaksikan siapa diantara jagoan mereka yang akan menang. Namun berbeda dengan  laki-laki yang sedari tadi melihat jam ditanganya, duduk dengan gelisah di tengah kerumunan orang yang bersorak hingga matanya menatap sesosok perempuan yang berlari terengah-engah mencoba melewati kerumunan sambil melambaikan tangan menandakan bahwa dia telah sampai. Laki-laki itu mengeleng-geleng. “Akhirnya,” gumamnya.

"Pertandingannya belum mulaikan?” tanya perempuan itu dengan terengah-engah.

"Hampir,” jawab laki-laki itu sambil memberikan sebotol minuman.

Perempuan itu tersenyum dan mengambil minuman itu.

Thanks, jadi, kapan giliran Fina?” tanya  perempuan itu sambil mendudukan dirinya.

"Sebentar lagi, Yas,” jawab Reyhan. Melihat Yasna begitu antusias membuat Reyhan menghela napas tak percaya.

"Jadi, kenapa gue baru tahu kalau Fina itu atlet silat?” tanya Reyhan dengan pandangan tajam membuat Yasna hanya tersenyum kikuk menampilkan deretan gigi putihnya.

“Ya kerena, lo gak pernah nanya kan?” jawab Yasna seenaknya sambil tetap mempertahankan senyum khas polos andalan Yasna.

“Terserah.” Pasrah Reyhan, dia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Hanya saja dia cukup terkejut bahwa Fina ternyata pandai bela diri, sepertinya akan ada kejutan lain yang akan menunggu Reyhan setelah ini.

Suara gemuruh semakin terdengar membuat Reyhan dan Yasna menoleh ke arah lapangan, Yasna tersenyum dan Reyhan menatap tak percaya. Di sana Fina memasuki tempat pertandingan lengkap dengan pakaian silatnya serta atribut untuk melindungi diri. Fina terlihat  percaya diri menatap lawannya di sebrang gelanggang. Ini adalah babak Final untuk bisa menjadi perwakilan kampus dikejuaran nasional dan Fina siap untuk memenangkannya.

"khirnya setelah dua tahun lamanya, gue bisa liat Fina tanding lagi.”  Yasna begitu antusias membuat Reyhan menautkan alisnya.

“Sehebat itukah Fina?” tanya Reyhan mencoba menggoda Yasna dengan senyum mengejek.

Yasna tersenyum miring menatap Reyhan, tak kalah meremehkan membuat Reyhan penasaran.

“Jika saja taruhan itu tidak dosa, gue siap  untuk jajanin lo selama sebulan dikantin untuk kemenangan Fina." Yasna tersenyum puas melihat ekspresi terkejut Reyhan.

Wasit terlihat memasuki area pertandingan dan bersiap memanggil para peserta setelah melakukan laporan kepada ketua pertandingan. Tepuk tangan semakin gemuruh saat wasit memanggil kedua pesilat untuk memasuki gelanggang dari sudut masing-masing. Fina memasuki gelangang dari sudut biru, kemudian Fina melakukan rangkaian gerakan khas perguruan silatnya. Lalu dengan sigap kembali ketempatnya bersiap untuk bertanding. Wasit menyuruh kedua pesilat berjabat tangan.  Fina mengamati lawannya sepertinya dia berhadapan dengan lawan yang cukup seimbang dalam segi postur tubuh dan juga kekuatan. Namun  Fina juga bukan lawan yang mudah, Fina tersenyum saat dia mendapati tatapan meremehkan dari lawannya.

“Ini akan mudah,” guman fina pelan.

Babak pertama dimulai, Fina bersiap waktunya hanya 2 menit untuk membaca permainan lawan. Fina masih tenang mempertahankan kuda-kudanya saat lawan mulai mencoba  menyerang, kali ini sararan pertamanya adalah rusuk kanan Fina, dan berhasil. Sang lawan tersenyum karena berhasil mengenai Fina tanpa ada tangkisan, Serangan kedua Fina yang memulai mencoba memukul bagian perut lawan namun ditangkis membuat sang lawan semakin tersenyum meremehkan. Babak pertama selesai dengan lawan Fina yang mendominasi permainan.

Fina kembali kesudut, memejamkan matanya guna  mencoba menetralkan napasnya.

"Fina, semangat. I believe you can do it.” Fina membuka mata mencari sumber suara yang dia hafal betul milik siapa. Dan Fina tersenyum melihat Yasna melambaikan tangan sambil meneriaki namanya

“Dasar cerewet,” gumam Fina.

Namun tatapan Fina kembali sendu saat Fina melihat Reyhan di sana, menatap Fina sambil tersenyum.

“Dasar lemah, harusnya lo bahagia Fin, sahabat lo ada disini.” Fina menghela napas, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. 

Babak kedua dimulai kedua pesilat kembali kegelanggang. Fina memasang kuda-kuda. Menatap tajam lawannya, kali ini akan Fina buat lawannya tak tersenyum.

Lawannya kembali memulai menyerang rusuk kiri Fina dengan kakinya  namun ditangkis oleh Fina, Fina dengan cepat menarik kaki lawan ke samping membuat tubuh lawan kehilangan keseimbangan, lalu Fina dengan cepat mengunci kaki lawan dengan kakinya sendiri. Kemudian mendorong tubuh lawannya hingga terjatuh.

Tepuk tangan gemuruh menghiasi area pertandingan. Reyhan menatap tak percaya, sedangkan Yasna bertepuk tangan ria.

“Ingatkan gue untuk tidak membuat Fina kesal.” Yasna tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Reyhan.

***

Wow Fina bisa silat.

Pembaca di sini asalnya dari mana?

Makasih udah baca :)

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang