39

2K 287 30
                                    

Alex segera mendorong dada Joshua menjauh dari dirinya saat bibir pria itu makin terasa nyata di bibirnya. Ia juga membuang muka sembari menutup mulutnya menggunakan punggung tangan, tidak sanggup melihat wajah Joshua yang penuh penyesalan. Tanpa ba-bi-bu gadis itu berlari masuk ke kamar dan mengunci pintunya rapat.

"Alex!" Joshua menyahut. Ia mengetuk pintu kamar Alex pelan. Rasa penyesalan itu membesar hingga dadanya terasa sesak.

"Alex! Maaf!" Serunya sekali lagi tapi tidak ada suara Alex di sana.

"Alex!! Maaf! A‐ku..."

"Jangan katakan!!" Alex berteriak dari dalam kamar. "Jangan katakan apa pun!"

"Tap--"

"Please, Josh." Pinta Alex dibalik pintu. Gadis itu bersandar di sana, memegang bibirnya dengan pikiran yang berkecamuk. Jantungnya sudah siap untuk meledak dan dadanya sesak luar biara.

Ia jelas tidak sanggup memahami kejadian tersebut. Alex tidak tahu mengapa Joshua harus menciumnya dan sepengetahuannya Joshua bukan tipe pria yang akan melakukan pelecehan seksual kepadanya. Bahkan ia yang lebih dulu melakukan hal buruk kepada Joshua, saat ia mabuk di malam laknat itu.

"Alex." Joshua memanggilnya lembut, pria itu mengetuk pintunya pelan. "Biar aku jel--"

"No." Alex menggelengkan kepala. "Tolong, jangan katakan apa pun."

"Ale--"

"Qu'est-il arrivé??"

Alex dan Joshua terperanjat di tempatnya masing-masing. Sebelum Hélène bertanya lebih lanjut, Alex membuka pintu kamarnya. Ia tersenyum kikuk kepada perempuan itu lalu menggelengkan kepala dengan sigap. "Tidak ada apa-apa."

"Kau yakin?" Tanya Hélène sembari menyipit. Ia tentu saja heran, apalagi ketika mendengar Alex berteriak dari dalam kamarnya.

"Kami hanya bercanda." Jawab Alex dengan tawa yang dipaksakan. Ia menyikut Joshua, menyuruh pria itu mengatakan sesuatu. Tapi sayang, Joshua tidak paham apa yang tengah dibicarakan dua perempuan itu. Ia tidak tahu Bahasa Perancis sama sekali!

"Kalian berdua mencurigakan." Kata Hélène sekali lagi.

"Perasaanmu saja itu Hélène."

"Semoga. Aku tidak akan tinggal diam kalau kalian berdua benar-benar bertengkar."

"Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku janji!"

~~~

"Al--"

"No." Alex menahan Joshua yang ingin sekali membuka mulut atas kejadian yang mereka alami beberapa menit yang lalu di apartemen. "Jangan katakan apa pun sekarang. Anggap saja kejadian itu tidak terjadi, oke?"

"Tidak bisa begitu." Joshua mengerutkan dahi.

Angin sepoi-sepoi di Promenade Derrière-Bourg tidak kunjung membuat emosi keduanya mendingin. Karena ada Hélène datang bersih-bersih di apartemen, Alex memutuskan untuk ke taman itu untuk menyegarkan kepala, tapi Joshua malah mengikutinya sehingga tujuannya tidak terpenuhi. Malah sekarang Joshua memaksanya untuk mendengarkan penjelasan yang tidak ingin diketahui Alex.

Tentu saja Alex tidak mau tahu. Pasalnya ia takut mendengar penjelasan klise yang bisa membuat dadanya mencelos. Jadi lebih baik untuk tidak mengetahui apa-apa dan membiarkan kejadian itu seperti tidak pernah terjadi.

"Kau juga pernah menciumku, Alex." Joshua berkata dengan frustasi membuat Alex kesal luar biasa. Sekarang ia tidak peduli lagi siapa seorang Hong Joshua yang dulu ia puja-puja.

"Beda, Josh! Aku mabuk! Apa yang kau harapkan dari orang mabuk, hah?"

"Makanya dengar penjelasanku dulu." Pinta Joshua sembari menahan lengannya.

"Tidak." Geleng Alex keras-keras. Ia mencoba melepaskan tangan Joshua dari lengannya, tapi sulit sekali karena genggaman Joshua lebih kuat.

"Dengarkan aku, Alex." Kata Joshua pelan. Ia melirik ke sekeliling, beberapa orang menatapnya sinis. Mengira ia melakukan sesuatu yang buruk kepada gadis di hadapannya itu.

"Tidak perlu dijelaskan. Aku tahu kau melakukannya karena suasananya tidak tepat. Iya, kan? Kalau kau mau bilang seperti itu men--"

"Tidak, Alex." Joshua menggelengkan kepala. Tatapannya dalam dan intens ke mata Alex. Kedua tangannya sudah bergerak memegang kedua bahu Alex agar gadis itu diam. "Dengar, aku tidak menciummu karena suasana itu."

Air muka Alex berubah. Dengan sedikit takut ia membalas tatapan Joshua. Pria itu tersenyum tipis, mengusap bahunya lembut. Sebuah perilaku yang mengherankan.

"Aku rasa, aku menyukaimu, Alex."

Dunia Alex seakan runtuh. Gadis itu mematung di hadapan Joshua, menatapnya dengan pandangan kosong. Kini Alex merasa tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia imajinya sendiri. Bahkan angin sepoi-sepoi terasa sangat nyata menerbangkan rambutnya sekarang.

"Alex?" Joshua memanggil.

"Hah?" Alex mengerjapkan mata. Ia lalu mencubit pipinya dengan kencang. "Ah... sakit ternyata." Gumamnya membuat Joshua tertawa pelan.

"Kau ngapain?"

"Sepertinya aku sedang berada di dunia imaji. Gila! Sepertinya aku benar-benar harus ke Psikater." Ujar Alex makin membuat perut Joshua tergelitik. Alex menatapnya penuh tanya. "Apa ada yang salah?"

"Alex, aku benar-benar menyukaimu." Kata Joshua kini dengan senyum yang teramat lebar. Ia mengelus salah satu pipi Alex yang sempat dicubit oleh gadis itu sendiri.

"Ya Tuhan! Aku benar-benar harus ke Psikiater!!" Alex menghela napas panjang lalu berlari kecil ke jalan setapak di hadapan mereka.

"Alex!!"

"Alex!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Where stories live. Discover now