28

2K 279 21
                                    

Alex buru-buru menelpon manager restoran tempatnya bekerja setelah Mamie Manola menelponnya beberapa menit yang lalu. Telepon yang membuat dirinya kalang kabut memesan tiket kereta menuju Bern sembari menyiapkan barang-barang untuk dibawa ke kota itu untuk menemui Joshua dan Vernon yang tertahan di kantor Kepolisian karena paspor Vernon hilang setelah tas pinggangnya dibobol copet.
Mamie Manola menyuruhnya mewakili dirinya yang terlalu tua untuk melakukan perjalanan ke Bern sebagai wali Joshua yang tinggal di apartemennya. Sebuah permintaan yang tidak mungkin ditolak Alex karena Joshua juga teman seapartemennya.

"Oui. Saya minta maaf." Kata Alex di telepon, meminta maaf atas izinnya yang tiba-tiba.

"Iya, tidak apa-apa. Mamie juga sudah menelponku." Jelas Managernya membuat Alex merasa lega. Untung saja Lausanne bukan kota yang teramat besar. Orang-orang di sana hampir saling kenal semua, salah duanya Mamie Manola dan managernya itu.

"Oui, terima kasih, Pak." Ucap Alex lalu menyudahi panggilan setelah sang manager membalas ucapannya.

Dengan cekatan Alex segera meraih tas ransel lalu keluar kamar mengambil kunci sepeda. Secepat mungkin ia harus ke stasiun agar tidak terlambat menaiki kereta yang paling cepat menuju Bern. Tidak lupa ia mengirim pesan untuk Joshua agar ia tetap tenang dan menunggu pihak Kedutaan Korea Selatan yang akan mengurus hilangnya paspor Vernon.

"Ei! Alex! Mau ke mana?" Tanya Hélèna tampak terkejut melihat Alex buru-buru keluar kamar.

"Bern!"

"Eeh? Untuk apa?"

"Nanti aku jelaskan!" Seru Alex yang kemudian menghilang di balik lift.

"Hah... bikin penasaran." Hélèna menghela napas lalu mendorong troli alat-alat kebersihannya dengan perlahan. Memang ada saatnya ia tidak harus tahu segala hal tentang orang lain pikirnya.

~~~

Alex

Tenang, Joshua.
Sebentar lagi aku akan ke sana
Make sure untuk minta kabar
orang kedutaan!

Bukannya tenang. Joshua malah merasa deg-degan setelah tahu Alex akan menyusulnya ke Bern. Kalau kecupan itu tidak terjadi, mungkin ia akan bergembira, merasa Alex bisa menjadi guide-nya di Bern. Sayangnya kecupan itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Ia tidak tahu harus bagaimana saat melihat Alex kelak.

"Jadi, kalian tidak tahu paspornya hilang di mana?" Tanya seorang polisi dengan Bahasa Inggris agak terbata-bata.

Joshua dan Vernon kompak menggeleng. Keduanya tampak tenang meski pikiran mereka sedang bergerumul dengan banyak hal. Kalau Joshua memikirkan Alex, lain halnya dengan Vernon yang merutuki keteledorannya menyimpan tas pinggang agak menyamping hingga tidak sadar dompet dan paspornya telah diambil orang tak bertanggungjawab.

Untung saja ia tidak memegang banyak uang cash. Yang jadi permasalahan hanya ID Card, SIM, dan paspor. Seluruh kartunya pun sudah ia blokir agar tidak terjadi penarikan besar-besaran oleh orang tak dikenal.

"Kau yakin, paspormu paspor Korea Selatan?" Tanya polisi itu lagi kepada Vernon dengan mata yang menyipit tajam.

Vernon mengangguk.

"Tapi kau tidak sipit." Kata si Polisi setelah menyoroti wajah Vernon yang terlalu berbeda untuk dikategorikan sebagai orang Korea Selatan. Vernon hampir tertawa mendengarnya, tapi buru-buru ia tahan karena takut melukai perasaan si polisi yang agak menyeramkan itu.

Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Where stories live. Discover now