2

5.1K 502 1
                                    

Bunyi alarm memaksa Alex untuk bangun dari tidurnya. Dengan agak kesal gadis itu terduduk, mematikan jam weker dan terdiam di atas kasur sembari mengumpulkan nyawa. Ia bangun lebih pagi karena Mamie Manola menyuruhnya untuk menyambut sang roomate baru, karena perempuan itu sedang berada di Jenewa, mendatangi cucunya tersayang yang selalu ia lakukan di hari minggu. Hélèna, pengurus apartemen yang disewa Mamie untuk bersih-bersih sudah mewanti-wanti Alex untuk menciptakan first impression yang baik kepada roomate barunya. Sama halnya dengan Mia, Hélèna sangat excited dengan roomate-nya yang kali ini seorang pria.

Kalau bukan karena tugasnya untuk membersihkan apartemen di lantai tempatnya tinggal, Hélèna mungkin sudah siap daritadi untuk ikut menyambut, sekaligus melakukan jurus flirting agar mendapatkan cowok baru. Perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi tantenya itu memang sangat ganjen. Tidak heran melihatnya dekat dengan beberapa penghuni laki-laki di gedung apartemen itu.

Lepas mandi pagi, karena itu kebiasaan Alex, ia segera membuat sarapan dan menyiapkan satu sachet minuman cokelat yang akan disiapkannya begitu sang roomate datang. Akhir-akhir ini cuaca Lausanne menghangat dan ia tidak tahu apakah roomate barunya itu akan merasa dingin atau kepanasan begitu tiba di Lausanne. Pasalnya presepsi orang atas cuaca Swiss berbeda.

Sembari menyantap sarapannya, Alex menunggu. Kata Mamie Manola, roomatenya akan datang pukul 10 pagi. Sekitar beberapa menit lagi dan ia tidak ingin bersikap awkward karena kedapatan sarapan sendiri. Apalagi Alex tidak menyiapkan sarapan lebih--dan untuk apa? Membiayai hidupnya sendiri saja sudah sulit, bagaimana bisa ia membuatkan orang lain sarapan?

Tidak lama setelah sarapannya tandas, pintu apartemen terbuka, seorang pria dengan koper besar masuk ke apartemennya. Dengan cekatan Alex berjalan menghampirinya.

"Selamat Pagi." Sapanya terdengar ramah, meski dalam hatinya Alex mencak-mencak ingin mengusir pria itu.

"Pagi." Sapa orang itu dengan senyum super ramah.

Saat melihat orang itu Alex terdiam. Kedua matanya membesar, ia bahkan diam-diam mencubit lengannya untuk memastikan dirinya tidak sedang bermimpi.

"Kau... Alex, ya? Mamie Manol--"

"Joshua Hong!?"

~~~

"Joshua Hong!?"

Pendengarannya tidak salah. Gadis bernama Alex itu memekik keheranan melihat dirinya di depan pintu apartemen. Dengan cepat Joshua menutup pintu, ia tidak ingin orang-orang tahu keberadaannya di sana. Dan... bagaimana bisa perempuan itu mengenalnya? Maksudnya, Joshua tidak pernah mengira ketenaran Seventeen akan sampai ke distrik kecil bernama Vaud yang ada di bagian barat Swiss itu.

"K-kau mengenalku?" Tanya Joshua agak takut. Mereka masih berdiri di dekat pintu, sama-sama merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"A-aku mengenalmu." Jawab Alex mencoba untuk tenang, tapi di mata Joshua gadis itu malah gemetaran. Seperti melihat fans yang ingin memekik kesenangan. "Ah! Shoot." Alex tiba-tiba mendesis, ia menepuk dahinya pelan sampai Joshua makin heran dibuatnya.

"Kau mau cokelat panas atau dingin?"

"Tidak perl--"

"M-Mamie Manola akan marah kalau aku tidak membuatkanmu minuman." Alex menotong tolakan Joshua cepat. Ia gugup bukan main melihat salah satu personil boyband kesukaannya secara langsung sekarang.

"Cokelat hangat." Kata Joshua kemudian, ia beringsut duduk di atas sofa yang tak jauh dari dapur. Mencoba tenang meski jantungnya berdegup kencang karena takut mengetahui Alex mengenalnya. Bahkan gadis itu bersikap seperti seorang fans!

"Kau benar mengenalku? Apa kau fans...ku?" Sahut Joshua ragu membuat Alex menggigit bibirnya. Ia ingin sekali memekik, 'iya' tapi tidak ingin membuat pria itu ketakutan.

"Hmm... a-aku... suka dengan lagu Seventeen? Aku sudah mengikuti Kpop dari tahun 2010, jadi... ya... kau tahu."

Tahu apa!? Joshua memekik dalam hatinya. Ia makin frustasi. Harusnya ia mendengar saran Vernon. Mau bagaimana pun juga sekarang Kpop sudah dikenal di mana-mana, bahkan mungkin sampai ke Kutub Utara sekali pun! Tapi ia tidak bisa berbuat banyak, kalau pun ingin kembali, ia harus menunggu 2 hari untuk bisa membeli tiket pulang.

"K-kau tidak perlu khawatir. Di sini tidak banyak yang mengenal Kpop." Kata Alex sembari menyodorkannya gelas berisi cokelat hangat, seakan tahu apa yang sedang dipikirkannya. Gadis itu duduk di sampingnya, cukup jauh sehingga Joshua bisa menahan rasa histerisnya.

Ia sebenarnya tidak masalah orang-orang Lausanne mengenal Kpop atau tidak. Yang jadi masalahnya adalah mengapa ia harus memiliki roomate yang mengenalnya sebagai Hong Joshua Seventeen? Dari ribuan manusia yang ada di Lausanne kenapa harus dia!?

Saat Joshua menyesap cokelat hangatnya, Alex diam, gadis itu menatapnya sangat intens sampai Joshua takut untuk melirik atau pun membuka pembicaraan. Sadar dengan kelakuannya yang tidak sopan, Alex menepuk dahinya pelan.

"Oh iya, kamarmu yang itu." Kata Alex bergerak cepat menunjuk kamar Joshua yang berada di seberang kamarnya. Ia bahkan berdiri dari duduknya untuk menjelaskan lokasi dapur, kamar mandi khusus untuk Joshua--karena Alex memiliki kamar mandi sendiri di dalam kamarnya, tempat laundry, balkon, dan dapur.

Alex bahkan menjelaskan pembagian spot kulkas dan aturan kebersihan yang dibuatnya sendiri meski ada Hélèna yang siap sedia membersihkan apartemen nereka setiap minggu.

"Aku jarang berada di apartemen, jadi aku harap kau bisa menjaga kebersihan apartemen ini dan menjaga privasi satu sama lain. Oh ya, jadwalku untuk mencuci baju setiap hari minggu, aku harap kau memiliki jadwal lain karena mesin cuci hanya ada satu." Jelas Alex sedikit ngos-ngosan, mau seorang Joshua Hong atau Brad Pitt sekali pun, aturan itu akan tetap berlaku tanpa pandang bulu.

Joshua mengangguk-angguk paham meski di kepalanya sekarang penuh dengan skenario untuk pindah apartemen atau pulang kembali ke Seoul. Ia agak senang saat tahu Alex akan jarang di apartemen, tapi itu tidak menjadi alasan kuat untuknya tetap bertahan dan tinggal di Lausanne lebih lama.

"Apakah ada pertanyaan?" Tanya Alex.

Segera Joshua menggeleng. Pria itu tidak memperlihatkan ekspresi yang bisa didefinisikan Alex jadi ia tidak tahu apakah Joshua paham atau tidak. Tapi karena takut awkward, Alex segera diam dan bergegas ke dapur untuk meneguk air mineral.

"Oh ya, namamu Alex, kan?"

Alex menepuk jidatnya. Sangking kagetnya melihat Joshua ia lupa untuk berkenalan. "Alexandra. Panggil saja Alex."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Where stories live. Discover now