44

2.4K 281 33
                                    

Sudah beberapa hari terakhir ini Alex merasa lebih sering menjauh dari Joshua. Padahal pria itu akan pergi ke Annecy, Kota di Perancis Tenggara yang dijuluki sebagai Permata Alpen selama beberapa hari. Alex tahu, apa yang dilakukannya disadari oleh pria itu. Bahkan Joshua beberapa kali harus memaksanya keluar kamar hanya untuk menemaninya ke Coop. Pria itu juga sering sekali memancing dirinya untuk berbicara--yang selalu gagal karena Alex cepat sadar.

Pokoknya hati Alex sedang porak-poranda. Ia berusaha memahami apabila Joshua hanya mengungkapkan perasaannya saja dan ia tidak boleh berharap lebih.

"Alex?"

Pintu kamarnya diketuk. Siapa lagi kalau bukan Joshua. Sembari mengumpulkan oksigen banyak-banyak, Alex berdiri dan membuka pintu kamarnya. Di sana Joshua berdiri menatapnya dengan senyuman yang sangat tampan. Kalau Alex tidak sadar, mungkin ia akan memeluk pria itu dengan erat. Selain Joshua, ia juga melihat keluar balkon, Kota Lausanne sudah gelap gulita dan seharusnya ia sudah tidur sekarang.

"Ya?"

"Mau temani aku nonton?" Tanya Joshua, ia sedikit bergeser untuk memperlihatkan layar TV yang sedang menayangkan serial netflix favorit mereka.

"Ak--"

"Ayolah! Kapan lagi kau bisa menonton dengan seorang Joshua Hong?"

Alex mendengus dan Joshua sudah terkekeh di hadapannya. Tanpa banyak omong, pria itu menariknya untuk duduk di atas sofa. Alex hanya bisa pasrah. Ia bergeser agar posisinya tidak begitu dekat dengan Joshua, takut jantungnya tiba-tiba meledak.

"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan di Annecy?"

"Hem... aku belum pernah ke sana sebenarnya." Alex mengakui. Memang ada beberapa temannya yang berasal dari Annecy, tapi Alex sendiri belum pernah ke sana. Selain malas mengurus visa, ia juga lebih mengutamakan ke kota-kota lain di sekitar Lausanne saat berlibur.

"Makanya kau harus ikut."

"Kalau kau bisa uruskan visaku secepat mungkin, akan ku pertimbangkan." Ujar Alex membuat kedua bola mata Joshua membesar. Pria itu mengangguk, "Oke, beritahu aku bagaimana caranya."

"Joshua, I'm joking."

"Kalau kau serius aku bisa melakukannya untukmu." Kata Joshua sekali lagi, wajahnya serius sekali sampai Alex meringis.

"Ada ban--"

"Kerjaan, kuliah, tugas... apa lagi?"

Kesal, Alex menepuk lengan Joshua yang sudah tertawa di sampingnya secara pelan. Pria itu tahu saja apa yang akan dikatakannya, atau mungkin memang ia selalu beralasan seperti itu kalau diajak ke mana-mana oleh Joshua.

"Kau harus sedikit lebih murah hati kepada dirimu sendiri, Alex. Kalau nanti aku kembali, ketika kau sakit siapa yang akan mengurusmu?"

"Mamie Manola, Hélène?"

"Alex," Joshua menegurnya. Ia kesal karena Alex selalu menggampangkan segalanya. Padahal pria itu khawatir kepada diri Alex yang selalu bekerja terlalu keras. Bahkan ia jarang sekali melihat gadis itu beristirahat.

"Doakan aku selalu sehat makanya."

"Kau yang harus menjaga kesehatanmu." Kata Joshua teramat serius. Ia bahkan sudah tidak peduli dengan tontonan mereka yang masih bermain di layar TV, matanya menjurus ke Alex yang mendekap bantal sofa di dada agar suara degup jantungnya tidak kedengaran. Gadis itu  bahkan tidak berani menatap balik ke arah Joshua.

"Alex?"

"Iya, Josh. Aku akan menjaga kesehatanku, jangan khawatir."

"Kau serius?" Tanya Joshua sembari menyandarkan kepalanya di atas punggung sofa, tubuhnya kini benar-benar berbalik menghadap Alex.

Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora