18

2.3K 328 28
                                    

Ternyata Alex benar masuk angin. Sepulang kerja ia merasa badannya makin lemas hingga akhirnya ia hanya bisa terbaring di atas kasur setelah meminum obat yang selalu ia sediakan dalam rak mejanya. Ia pun sempat memberitahu Ella dan managernya kalau besok ia tidak akan pergi ke kampus juga bekerja. Untung saja kedua orang itu cekatan membalas pesannya. Managernya bahkan dengan baiknya menawarkannya untuk membawanya ke rumah sakit, tapi segera dibalas Alex kalau ia sudah meminum obat dan akan beristirahat seharian di kamar.

Pagi harinya, Alex merasa Déjà vu, pintunya terketuk beberapa kali dan ia menduga Joshua pasti bingung melihatnya tidak kunjung ke kampus. Sembari menahan pening, ia berusaha bangun dan membuka pintu kamarnya.

"Alex?" Joshua menganga, dengan sigap ia memegang lengan Alex padahal gadis itu hanya sedikit membungkuk karena matanya berkunang-kunang. "Kau sakit?" Tanyanya lagi sambil memapahnya kembali ke atas kasur.

Joshua kini tambah khawatir. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Alex dan menyibak rambut gadis itu untuk menyamakan suhu tubuh mereka. Benar panas. Saat Joshua ingin beranjak ke dapur untuk memasak air hangat, gadis itu menahan tangannya.

"Aku hanya sedikit lelah, Josh. Besok aku sudah baikan." Kata Alex sambil tersenyum kecut.

"Badanmu panas, Alex. Kau demam."

"Kalau sudah diselimuti begini, nanti aku akan berkeringat dengan sendirinya. Jangan khawatir. Aku sudah biasa seperti ini." Jelas Alex berusaha membuat Joshua tidak bertindak lebih karena demam yang ia alami.

Tapi Joshua tidak peduli. Meski baru mengenal Alex beberapa minggu ini, ia tetap harus melakukan sesuatu apalagi Alex adalah roomate-nya. Pria itu segera memasak air dan menyiapkan handuk kecil yang ia miliki untuk mengompres dahi Alex. Ia bahkan mengirim pesan ke Ibunya, menanyakan beberapa obat herbal yang bisa ia gunakan untuk mengobati demam Alex. Joshua juga tidak lupa memberitahu Mamie Manola soal hal itu dan Mamie akan membawakan Chicken Soup lewat Hélène.

Alex tertidur lelap begitu Joshua sudah siap dengan kompresannya. Tubuh gadis itu bergetar karena kedinginan dan Joshua berkeliling di kamar gadis itu untuk mencari selimut tambahan--yang didapatkannya di sebuah lemari kecil dekat meja belajar. Hari ini sebenarnya Joshua ingin pergi ke Yverdon-les-Bains untuk melihat Istana Pestalozzi sembari menikmati sisa musim panas di tengah kota yang lalu lintasnya sengaja ditutup untuk masyarakat Yverdon yang ingin menikmati bir di cafè yang tersebar di sana. Tapi melihat Alex yang tidak berdaya membuatnya enggan dan memilih untuk tetap di apartemen.

"Hallo, Mom?" Joshua mengangkat telepon setelah melihat nama Ibunya terpampang di sana. Ia segera keluar kamar agar suaranya tidak mengganggu Alex yang terlelap.

"Siapa yang sakit? Kau baik-baik saja, kan?" Ibunya terdengar khawatir apalagi mengingat anaknya berada di belahan dunia lain.

"Aku baik-baik saja. Temanku demam, jadi aku harus bagaimana, Mom?"

"Buatkan bubur saja dulu. Kalau kau punya Jahe, kau bisa buatkan campuran teh dan serutan jahe untuk diminum temanmu."

"Ah... akan ku coba. Sebenarnya pemilik apartemenku akan membawakan Chicken Soup." Jelas Joshua sembari membuka-buka rak dan lemari pendingin di dapur. Mencari Jahe yang mungkin terselip di antara botol-botol bumbu yang dimiliki Alex.

"Itu juga sudah cukup. Yang penting suhu tubuhnya bisa cepat menghangat."

"Ah! Apa Alpine Tea bagus, Mom?" Joshua menemukan dua sachet Alpine Tea, minuman herbal yang cukup terkenal di Swiss.

"No!" Ibunya berseru cepat. "Teh jasmine atau yang biasa saja. Kalau pun tidak ada Jahe ya tidak apa-apa. Jangan kasih Alpine Tea, nanti dia makin pusing."

"A... okey. Thanks, mom. Gonna call you later."

"Yeah, jaga dirimu, ya. Kalau sudah puas berkeliling Swiss jangan lupa pulang ke LA."

"Baik, Mom. Aku tutup, ya."

"Eo. Take Care, my lovely son."

~~~

Alex sebenarnya sudah merasa agak lebih baik. Matanya tidak terlalu berkunang-kunang meski kepalanya masih sedikit pening, tapi Joshua tampaknya masih cekatan mengurusinya dari pagi tadi sampai pria itu belum mandi. Alex tahu karena Joshua masih memakai baju yang sama dan selama ia terjaga, ia tetap bisa mendengar apa yang dilakukan Joshua.

"Ayo, makan dulu." Kata Joshua sambil menepuk bahunya pelan. Alex menggeliat, ia membuka matanya pelan-pelan. "Kau masak sendiri?" Tanyanya dengan suara serak.

"Mamie Manola. Tadi Hélène yang mengantarnya." Jawab Joshua dengan gelengan kepala.

Di tengah panas yang menyerang tubuhnya, Alex malah tertawa kecil. Ia membayangkan bagaimana Hélène yang menggombali Joshua dengan Bahasa Perancis. Dan Joshua menyipitkan mata, ia tahu benar apa makna tawa itu.

"Bagaimana? Hélène?"

"Sakit begini kau masih berpikir tidak-tidak, ya, Alex."

"Bukan begitu." Alex berdehem, kerongkongannya kering sekali hingga ia cepat terduduk di atas kasur dan Joshua segera meraih gelas berisi air hangat untuk diminumnya.

"Thanks." Sahut Alex. "Maaf, tapi, Hélène selalu mengincar pria yang tinggal di apartemen ini dan kau salah satunya. Ia memang terlalu ganjen."

"Dan kau menertawaiku." Joshua mendecakkan lidah. Matanya masih menyipit dan Alex tidak tahan untuk terkekeh.

"Aku terpaksa bertemu dengannya untuk Chicken Soup ini, loh, Alex. Bukankah kau harus berterima kasih kepadaku?"

Alex menggaruk tengkuknya. "Hemm... akhir minggu ini aku bisa ke La Terrasse."

"Serius?"

"Ya." Jawab Alex sembari menganggukkan kepala. Wajah Joshua merona, ia tidak lagi melemparkannya tatapan tajam seakan ingin menguliti Alex hidup-hidup, ia puas dengan 'bayaran' Alex akan usahanya merawat gadis itu selama sakit--meski ia sebenarnya melakukannya secara sukarela.

"Ya, tunggu kau sembuh juga."

"Besok aku sudah sembuh." Kata Alex sembari terkekeh kecil.

Joshua menghela napas. "Bilang begitu kalau memang panasmu sudah turun, Alex."

"Setelah makan panasku akan turun. Sini, Chicken Soup-nya." Alex membuka kedua telapak tangannya, meminta Joshua menyerahkan mangkok berisi masakan Mamie Manola yang diharapnya bisa membuat badannya lebih baikan dan sedikit berenergi.

"No." Joshua menggelengkan kepala, ia menjauhkan mangkok dari gapaian Alex. "Biar aku suap, tanganmu masih tremor."

"Tap--"

"Kapan lagi kau disuapi oleh seorang Joshua Hong?" Tanya Joshua dengan congkaknya.

Alex tertawa. "Kau tidak takut, Josh? Aku fansmu, loh."

"Bagaimana aku takut kepada orang yang hanya bisa berbaring lemah di atas kasur?"

Kalah telak. Alex menghela napas panjang sedangkan Joshua tersenyum penuh kemenangan. Pria itu segera mengambil masakan Mamie Manola menggunakan sendok soup dan menyuruh Alex membuka mulutnya lebar-lebar.

"Ayo, fansku, buka mulutnya." Kata Joshua sedikit geli hingga tawa kecilnya tidak tertahankan.

Alex ikut tertawa. Sebelum membuka mulut ia melempar canda. "Wow! Seorang Joshua Hong menyuapiku! Fantastis!"

 "Wow! Seorang Joshua Hong menyuapiku! Fantastis!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Where stories live. Discover now