20

2.3K 324 7
                                    

Kondisi apartemen gelap gulita saat Alex pulang dari restoran. Ia menyalakan lampu dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan yang dibuat oleh chef restoran spesial untuknya yang baru saja sembuh dari sakit. Alex melakukannya secara perlahan agar tidak ribut dan mengganggu penghuni lainnya, apalagi ia baru ingat bahwa Vernon baru saja sampai dari Seoul hari ini. Pantas ia melihat sebuah sepatu asing di dekat pintu.

Saat makanannya siap setelah dipanaskan di microwave, Alex menuju sofa dan menyalakan TV sebagai teman makannya agar tidak terlalu menakutkan. Ia sengaja mengecilkan suara TV dan menonton episode One Piece yang sudah lama tidak ia lanjutkan.

Asyik menyantap makan malamnya, Alex tidak sadar pintu kamar Joshua terbuka dan Vernon keluar dengan santainya mengambil minuman di dapur. Gadis itu tersadar saat suara gemercik air memenuhi telinga dan ia hampir berteriak saat melihat Vernon di sana.

"Gosh." Alex mengusap dadanya.

"Oh... hai... Alex? That's your name, right?" Tanya Vernon dengan suara pelan. Ia berjalan menghampiri Alex yang segera menaruh piringnya ke atas meja dan berdiri untuk memperkenalkan diri.

"Ya, aku Alex." Kata gadis itu sembari menyodorkan tangan kanan. Vernon menerima lalu mereka bersalaman selama beberapa saat.

Setelah itu keduanya berdiri berhadapan dalam keadaan kikuk. Alex mendapati Vernon melirik makanannya, pria itu seperti baru bangun dari tidur yang cukup lelap dan sekarang tengah kelaparan.

"Hmm... agak aneh untuk menawarkanmu, tapi, kalau kau mau... kau bisa ambil piring dan kita berbagi makanan." Alex berusaha menjelaskan meski agak terbata-bata. Tanpa banyak omong, Vernon segera melipir ke dapur untuk mengambil piring dan sendok. Pria itu sepertinya tidak memikirkan hal lain lagi selain ingin makan. Persetan dengan rasa malu.

"Maaf, aku terkena jet lag yang parah sampai tidak sadar sudah tidur seharian ini." Kata Vernon menatap Alex yang membagi makanannya menjadi dua porsi ke atas piring yang diambilnya.

Alex terkekeh pelan. "Déjà vu. Joshua juga begitu saat pertama kali sampai di Lausanne."

"Apa dia juga meminta makananmu?"

Alex memiringkan kepala, mencoba mengingat hari kedatangan Joshua. Ia lalu menggeleng. "Kau beruntung hari ini aku dikasih makanan oleh chef restoran tempatku bekerja. Waktu itu Joshua hanya bisa makan Ramyeon instan yang ku punya."

"Ah... jangan cerita soal hal ini padanya, ya." Kata Vernon menahan malu. Pria itu sudah duduk di samping Alex, menyantap makanannya dengan lahap. Sedangkan Alex hanya bisa tertawa di sampingnya--dengan suara yang kecil tentu saja.

"Aku dengar, kau suka dengan Seventeen, ya?" Tanya Vernon di tengah suapannya.

Ditanya seperti itu membuat Alex hampir tersedak. Cepat-cepat ia meminum air yang sempat ia ambil dari dapur. "Bagaimana?"

"Kau, Carat, bukan?"

Napas Alex terhembus kencang. Ia menghentikan kegiatannya makannya sekejap lalu mengangguk pelan. "Ya, bisa dibilang seperti itu."

Vernon mengangguk-anggukkan kepala. Ia melirik TV yang menampilkan salah satu anime ternama asal Jepang dengan minat yang kurang--pasalnya ia lebih fokus dengan kepalanya yang punya ribuan tanya mengenai Alex yang selalu diceritakan Joshua saat ia masih di Korea.

"Anggota favorit?"

"Hmm... semuanya?"

"Eii..." Vernon melirik Alex tajam. "Jujur saja." Katanya menahan senyum. Ia tahu Alex pasti hanya ingin merasa aman dengan menyebutkan jawaban itu.

"Oke. Oke. Aku suka Joshua."

"Serius?"

Alex menganggukkan kepala. Ia kembali menyuapi dirinya sendiri dengan makan malamnya itu sembari melirik Vernon yang sempat terdiam setelah ia menjawab pertanyaannya dengan jujur. Toh, tidak ada gunanya berbohong dengan Vernon jadi lebih baik jujur saja. Lagipula ia bukan tipe fans yang melakukan sesuatu secara seenaknya. Ia hanya fans biasa yang menikmati lagu-lagu Seventeen dan ketampanan para anggota secara 2D lewat layar laptop.

"Bagaimana menurutmu menjadi roomate Joshua dan menjadi fans yang beruntung?"

Kening Alex berkerut. Gadis itu mencoba menelaah pertanyaan Vernon dan ia terhenyak begitu paham maksudnya.

"Kalau boleh jujur, aku merasa tidak seberuntung itu. Memang lebih nyaman menjadi fans biasa." Jawab Alex dengan jujur.

"Kenapa?"

"Karena... menyukai seseorang yang jauh, yang tidak pernah menyadari kalau kau hidup di dunia ini... ternyata lebih menyenangkan."

~~~

"Alex, kenalkan, ini Vernon." Kata Joshua sambil menarik Vernon untuk menghampiri ia dan Alex yang tengah sarapan di meja makan. Vernon tampak berantakan, ia baru saja bangun setelah Joshua memaksanya untuk sarapan dan bergegas memulai perjalanan mereka hari ini.

Vernon dan Alex saling bertatapan. Keduanya menahan tawa lalu bersikap seakan belum berkenalan sebelumnya.

"Vernon."

"Alex."

"Kenapa kalian kaku sekali? Alex, kau tidak excited melihat Vernon seperti saat kau bertemu denganku? Kenapa?" Rentetan pertanyaan itu muncul dari Joshua yang menyipitkan mata kepada Alex.

Alex menggaruk tengkuknya. "Aku sedang menahan rasa excited-ku, Joshua. Lagipula aku tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi, bisa-bisa Vernon ketakutan tinggal seapartemen denganku."

Mendengar pernyataan itu membuat Joshua tertohok. Alex seakan menyentil sikapnya dulu dan bahkan Vernon sudah menahan tawa dengan menyuapi dirinya dengan roti panggang yang tersedia di hadapannya. Ia tidak ingin mood Joshua pagi ini memburuk.

"Omong-omong, kalian mau ke mana hari ini?" Tanya Alex segera merubah topik. Ia baru sadar kata-katanya menyentil Joshua, padahal ia tidak bermaksud demikian.

"Yverdon-les-bains." Jawab Joshua berusaha untuk tersenyum meski ia merasa cukup malu pagi ini.

"Waktunya pas. Kota itu punya banyak bangunan kuno."

"Lusa kau libur, tidak? Apa kau mau ke Perancis bersama kami?" Ajak Joshua tiba-tiba. Vernon sampai membelalakkan mata, ia tidak tahu kalau Joshua bisa bersikap seberani itu. Padahal kalau dipikir-pikir mengajak Alex ke Perancis cukup berbahaya pula.

"Sayangnya aku tidak bisa ke Perancis semudah kalian." Ujar Alex lirih. Ia sudah menghabiskan seporsi roti panggang buatan Joshua itu dan kini menyeruput susu dari gelasnya.

"Kenapa?" Kali ini Vernon menyahut.

"Aku butuh visa kalau mau ke sana. Kalian punya Passport US dan Korea, kan?"

Vernon dan Joshua refleks mengangguk.

"Nah, kalian bebas masuk Perancis tanpa Visa. Berbeda denganku yang berasal dari Indonesia. Aku harus mengurus Visa dulu di Kedutaan." Jelas Alex lalu berdiri dari duduknya. Ia mengambil piring dan gelasnya lalu membawanya ke westafel untuk dicuci.

"Ah... kalau begitu, besok kau bisa ke La Terrasse, kan? Aku dan Vernon bisa ke Perancis lusa." Kata Joshua mengedarkan pandangan ke arah Alex yang membelakanginya untuk mencuci piring.

Gadis itu terdiam cukup lama sampai akhirnya Joshua mengeluarkan jurus andalan. "Kau sudah berjanji padaku, Alex."

"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz