Padahal Galen sudah diperingatkan oleh laki-laki itu agar tidak datang menjenguk Key. Namun, rupanya Galen mengabaikan ucapan Zoe. Perlu kalian ingat baik-baik sifat Galen yang benar-benar keras kepala.

"Udah gue bilang jangan ke sini. Kuping lo nggak berguna atau gimana?"

"Kalau nggak berguna nggak mungkin gue bisa denger suara lo," sahut Galen. "Gue cuma mau jenguk Key sebentar."

"Gue bilang pergi, ya, pergi!" kata Zoe dengan nada sedikit membentak.

Refa yang menyadari situasinya sudah tidak bersahabat pun langsung menarik lengan Galen untuk menjauh. Tak lupa berpamitan pada Zoe.

"Jangan bikin masalah tambah lebar bisa nggak, sih, lo? Udah gue bilang nggak sekarang. Lo, sih, ngeyel," cerocos Refa.

"Iya gue ngeyel. Puas lo?!" Galen berlalu meninggalkan Refa yang masih diam di tempat.

•••

"Mang Kijan, bakso dua mangkok. Campur,ya, Mang. Masing-masing bakso gedenya dua!" seru Galen saat tiba di tukang bakso yang berada di pinggir jalan.

Tempatnya terlihat sederhana. Hanya bakso gerobak pinggir jalan, tetapi memiliki cita rasa yang benar-benar luar biasa. Tidak ada meja dan kursi bagus. Hanya ada selembar tikar dan juga beberapa kursi plastik.

"Es teh manisnya dua, Mang. Jangan lupa air mineralnya juga dua botol," timbrung Refa.

"Kira-kira kenapa tadi kita nggak di izinin masuk, ya, Fa?"

Refa memutar bola matanya malas. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Galen. "Gue rasa pertanyaan lo nggak harus di jawab," kata Refa.

"Oke, mending kita makan," ucap Galen saat melihat Mang Kijan dateng dengan nampan yang berisi dua mangkok bakso.

Galen menarik satu kursi plastik yang akan ia jadikan sebagai meja, sedangkan mereka memilih duduk dengan beralas tikar.

Galen menggosokkan tangannya kala melihat semangkok bakso sudah tersaji di depannya. "Serbu!" seru Galen.

Dengan cekatan, ia mulai meracik sendiri bakso pesanannya. Dengan memasukkan sedikit kecap, sedikit cuka dan sedikit garam untuk menambah kenikmatan baksonya. Tak lupa, lima sendok sambal cabai dan saus yang semakin membuat bakso itu terlihat pedas.

Refa juga tak kalah cekatannya. Laki-laki itu juga mulai meracik baksonya sendiri. Berbeda dengan Galen yang menyukai asin, Refa tidak berniat menambahkan sedikit garam ke mangkok miliknya. Menurutnya, racikan Mang Kijan sudah pas di lidahnya.

Setelah berdoa, mereka langsung menyantap pesanan mereka dengan lahap. Terlebih, Refa yang memang sudah kelaparan sejak tadi.

"Uh, nikmat!" ucap Galen di sela-sela makannya.

"Racikan Mang Kijan emang paling juara." Refa ikut bersuara seraya menyeruput kuah baksonya.

Mang Kijan hanya tersenyum sembari melayani para pembeli lainnya. Dua remaja itu memang sudah menjadi langganannya sejak beberapa tahun terakhir.

Semilir angin sore seakan ikut menemani dua laki-laki itu yang tengah asyik menyantap bakso Mang Kijan.

•••

"Princess, kok udah bangun?"

"Key dengar suara Galen," ujar Key pada Zoe yang berjalan mendekatinya.

"Udah kakak suruh pulang," sahut Zoe.

"Kenapa, Kak?"

"Mereka dateng di saat jam besuknya udah abis, Key," papar Zoe.

Key hanya mengangguk. "Kak, Mommy sama Kak Zie mana?"

"Mommy di rumah, nanti malam baru ke sini. Kalau Kak Zie lagi ke kantin. Beliin kakak makanan," kata Zoe.

Lagi-lagi Key mengangguk. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sedari kemarin mengganjal di pikirannya.

"Kakak jangan marah sama Kia, ya?"

Senyum Zoe perlahan memudar kala mendengar nama perempuan yang kini ia benci. Ia berjalan sedikit menjauh dan memilih duduk di sofa yang berada di ruangan itu.

Key tahu kakaknya tengah dalam mode marah. Bersama-sama sejak mereka masih menjadi embrio membuat ia paham betul bagaimana tabiat kakaknya itu.

"Kia nggak ada sangkut pautnya, Kak. Dia juga nggak bakal nyangka kalau papanya ikut andil. Kalau—"

"Cukup, Key. Kakak lagi nggak pingin bahas tentang dia," potong Zoe cepat.

"Key mau jus mangga, Kak," pinta Key.

Zoe berjalan mendekati ranjang Key. Tangannya terulur mengelus pucuk kepala Key. "Biar kakak telepon Kak Zie biar sekalian."

"Maunya Kak Zoe yang beliin," kata Key seraya mengedipkan matanya beberapa kali.

Zoe tersenyum manis. "Baiklah, apapun kakak belikan untuk Princessnya kakak," kata Zoe.

POSSESSIVE BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang