Renjun yang baru sadar pun lantas menyengir "hehe..."

"Nyengir lu, udah sono balik gue mau langsung ke bengkel" haechan kembali mendorong motornya membuat jeno, jaemin dan renjun pun ikut mendorong motor mereka masing-masing.

"Lo seriusan gak papa gue tinggal?" tanya jeno.

"Gak papa elah, gue bukan anak perawan. gak usah takut gue dijegat mamang ojek" celetuknya.

"Serius?" tanya jeno lagi.

Haechan berhenti, menatap jeno datar "pergi gak lo? Atau gue banting nih motor lo" katanya sembari merebut stang motor jeno.

Jeno kembali merebut stang motornya "iya iya gue pergi, yuk jaem" ajaknya pada jaemin.

Jaemin tak banyak bicara hanya mengangguk dan kembali menaiki motornya seperti yang jeno lakukan.

"Kita duluan ya, ketemu lagi entar dirumah jaemin" pamit jeno.

Haechan dan renjun hanya berdehem serta mengangguk kecil saat jeno dan jaemin berlalu pergi menuju rumah sakit untuk menjemput mama una— yang sudah diperbolehkan pulang hari ini.

Haechan kembali mendorong motornya melewati gerbang sekolah, dan saat sudah cukup jauh haechan baru tersadar akan sesuatu. lantas, haechan segera menoleh kebelakang.

"Lah! Lo ngapain??" tanyanya.

Renjun ikut berhenti menatap haechan polos "apa?" katanya.

"Elo ngapain disitu" tanyanya gemas.

Renjun celingukan "dorong motor"

"Ya ngapain???"

"Nemenin lo lah apa lagi"

Haechan mengusap wajah frustasi "tadi gue nyuruh lo apa?" tanyanya.

Renjun diam sesaat "balik, minta duit sama tante jess buat biaya bengkel motor"

"Terus ngapain masih disini?"

Renjun kembali diam, hingga kemudian matanya membulat baru tersadar "lah iya anjir, gue ngapain ngikutin lo dorong motor" pekiknya.

"Nanya lagi si setan"

Renjun buru-buru menaiki motornya dan melesat pergi begitu saja tanpa berpamitan pada haechan.

Haechan menghela nafas kembali mendorong motornya "untung aja ini jalan datar coba kalo naek turun. Bisa gempor gue" ucapnya sendiri.

Bengkel hampir sampai membuat haechan semakin mempercepat dorongannya, namun haechan mengernyitkan keningnya saat dirasa dorongannya pada motor terasa lebih ringan seperti ada yang membantu mendorongnya dari belakang.

Langkah haechan terhenti seiring dengan kepalanya yang menoleh kebelakang, dan benar saja dibelakangnya ada seorang pria paruh baya tengah tersenyum canggung begitu tatapan keduanya beradu.

Haechan sedikit tersentak bola matanya agak membulat, satu tangannya menunjuk pria tersebut yang kini menyengir canggung persis seperti haechan.

Dear Dream ✔Where stories live. Discover now