10. TOPI DAN UPACARA

Start from the beginning
                                    

"Bulan gak ngapa-ngapain? Kenapa Ratu marah?" Tanya Bulan dengan nada pelan. Bulan selalu megalah pada Ratu, walaupun perlakuannya kasar. Karena kalau tidak, Sandi dan Erika bisa turun tangan.

"Bulan gak ngapa-ngapain? Kenapa Ratu marah?" Kesal Ratu menirukan gaya bicara Bulan yang menurutnya seperti anak kecil yang lugu dan polos.

"Lo gak usah sok deh! Jadi cewek yang suka tebar pesona aja bangga! Ngaca lo! Mikir! Gara-gara lo gue berantem sama Gehan?!" Ratu mendorong bahu Bulan ke tembok dengan kencang hingga gadis itu meringis.

"Bulan kan--"

"Gehan belain lo! Selalu aja belain lo dari pada gue!" Tatapan Ratu tidak meluluh, melainkan semakin emosi.

"Gue udaha bilang sama lo yaa, jauhin Gehan dan jangan cari muka sama dia! Ngerti gak sih lo!" Ratu menekan pelipis Bulan seolah meminta gadis itu berfikir.

"Bulan enggak minta Gehan belain Bulan, lagian juga kenapa kalian bisa ngomongin Bulan?" Tanya Bulan berusaha sabar dan tenang. Jika ia emosi, Ratu bisa semakin menjadi.

"Karena lo caper! Sok sedih lah, sok paling tersakiti kayak enggak ada yang belai lo! Udah tau Gehan punya gue! Masih aja mau lo deketin lewat ekting murahan lo? Biar dapet perhatian? Gitu?" Tanya Ratu menyilangkan tangan menatap Bulan remeh. Selalu saja ada alasan Ratu untuk melawan Bulan. Mengatainya seolah ia memang paling benar.

"Sekali lagi, Bulan nggak pernah caper sama siapapun! Termasuk sama Gehan! Bulan nggak ada tuh--"

"Bacot lo basi!" Ratu membuang muka sambil menghela napas kasar. Mencoba tidak melayangkan tangan pada saudarinya.

"Emang niat jadi perusak hubungan orang ya lo? Mau jadi bibit perusak kayak ibu lo dulu?!" Cukup. Bulan muak jika Ratu sudah membawa-bawa Ibunya. Bulan tidak masalah jima Ratu menghinanya seberat apapun, tapi jika Ibu... Bulan tidak akan diam.

"Kamu... gak usah bawa-bawa Ibu aku! Aku gak masalah kalau kamu hina atau apapun sama aku." Bulan akan menggunakan aku-kamu jika ia mulai marah. Menurutnya, panggilan nama tidak lagi diperlukan karena itu terlalu halus jika untuk melawan seseorang.

"Tapi kalau kamu ucap Ibu kayak tadi aku bakal--"

"Apa?! Bakal apa?! Emangnya lo bisa apa lawan gue?! Hah?! Cewek murahan dan cupuk kayak lo gak akan pernah menang lawan gue!" Hardik Ratu mengerlingkan mata pada Bulan.

Bulan mengepalkan tangannya, ia tidak boleh sampai seemosi Ratu. Akan semakin sulit nantinya.

"Gue ingetin yaaaa, pokoknya lo harus jauhin Gehan! Jangan sampai gue liat lo deket apalagi ngonbol! Ngomong atau nanya juga gah boleh!" Ratu menunjuk wajah Bulan dengan wajah emosi.

"Sampai lo berani ngelanggar---inget, disini gue yang lenih dipandang dan berkuasa di banding lo! Dan gue gak akan segan ngelukain lo di rumah atau di sekolah!" Ucapnya ketus lalu melangkah pergi dengan emosi yang menggebu.

Bulan menarik napas panjang lalu menunduk, padahal Bulan tidak pernah ada niatan caper atau minta perhatian pada Gehan. Memang pada dasarnya, Gehan dan Bulan dekat.

Lagi pun, semenjak Ratu dan Gehan berpacaran, Bulan sudah sedikit renggang dengan cowok itu. Jangan tanya kenapa, ya jelas saja karena Ratu yang melarang, baik pada Bulan ataupun Gehan.

WIIL YOU BE MY LIGHT?Where stories live. Discover now