14. Harapan

4.4K 671 530
                                    

Aku tak berencana 'tuk jatuh cinta
Mengapa aku merindukanmu?
Daripada melihat bintang di langit
Aku ingin menatap matamu

Jika nanti kita bertemu
Ingin aku sampaikan
Aku menyayangimu
Apakah engkau tahu?

Aku percaya pada keajaiban
Kau 'kan mencintaiku
Lebih dariku mencintaimu

Mungkin kita terlalu jauh berbeda
Kau manis dan aku menyedihkan
Tapi perasaanku untuk dirimu
Tidak sempurna namun sangat indah

Jika nanti kita bertemu
Ingin aku sampaikan
Aku menyayangimu
Apakah engkau tahu?

🎼Ghea indrawari - keajaiban🎼

Hargai aku sebagai penulis yang begadang cuma demi nulis ini. Aku rasa kalian juga tau bagaimana caranya.

***

Kelopak mata itu terlihat sesekali bergerak kekanan dan kekiri. Diikuti tangan yang memegang kening karena pusing. Perlahan, Bulan membuka mata.

Bau-bauan obat yang menyengat udah tercium. Bulan sudah tidak asing dengan UKS. Tempat ini adalah tempat hampir setiap hari ia kunjungi.

Bulan menoleh karena mendengar suara nafas yang beraturan dari samping. Terkejut. Bulan terkejut mendapati Bintang tengah tertidur dengan posisi tangan yang bertumpu pada dagu.

Bulan kembali menoleh pada arah lain, melihat jam yang menempel di dinding. 15. 30. Sudah sore, dan harusnya mereka sudah pulang lima belas menit lebih awal. Tapi.... Bintang rela menunggunya lebih dari dua jam. Bahkan sampai ketiduran begini.

Bulan sedikit tersenyum seraya memiringkan badan agar bisa melihat Bintang lebih mudah. Ganteng, teduh dan damai. Bulan suka jika Bintang tertidur seperti ini. Bulan juga ingin, melihat wajah Bintang yang tidak sangar saat bersamanya.

Harapan Bulan ingin... suatu saat nanti Bintang mau menerimanya seutuhnya. Semua kekurangan yang ada, sifat dan sikap Bulan apa adanya.

Bulan menyentuh alis Bintang dengan telunjuk. Mengusapnya sesuai bentuk. Bulan ingin sedikit lebih lama wajah Bintang yang seperti ini, yaa setidaknya... sebelum kembali sangar.

"Gemes," gumam Bulan pelan seraya terkekeh.

"Coba aja, raut wajah kamu kayam gini kalau sama aku." Gumam Bulan.

"Aku pengen kamu liat aku dengan tatapan teduh. Aku pengen kamu bisa nerima aku dengan tulus, Bintang."  Setelah ucapan itu, Bintang lantas membuka mata. Membuat Bulan segera menurunkan tangannya dari alis Bintang.

"Hai!" Sapa Bulan menyengir menatap Bintang yang sedang mengerjapkan mata.

Bintang hanya diam dengan wajah datar, melihat Bulan yang tengah cengengesan gak jelas.

"Masih pusing?" Tanya Bintang.

Bulan bangkit dari posisi rebahan menjadi duduk. Lalu menyengir polos di hadapan Bitang.

"Nggak kok," Bintang tau Bulan berbohong. Terlihat dari matanya. Apalagi, wajah gadis itu tidak terlihat segar seperti biasanya. Pucat dan sayu.

"Ayo, pulang," ujar Bintang lalu berdiri.

"Bintang mau antarin Bulan?" Tanya Bulan menatap Bintang berbinar.

"Hm," Bintang mengangguk lalu mengulurkan tangannya agar gadis itu bisa lebih mudah untuk bangkit dari posisinya.

WIIL YOU BE MY LIGHT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang