Lima Puluh Dua

161K 15.3K 3.5K
                                    

Melly menatap datar lelaki paruh baya yang sekarang berstatus sebagai ayah tirinya,sejujurnya ia tak setuju mamanya menikah lagi,namun apalah daya jika dengan menikah mamanya akan mendapatkan lagi kebahagiaannya setelah beberapa tahun lalu sempat berduka karena meninggalnya ayah kandungnya,ia rela.

"katanya kamu mau berangkat lagi"celetuk ayah melly pada mamanya,sekarang hatinya risau jika memang nanti mamanya akan berangkat bekerja lagi berarti ia akan tinggal dirumah bersama dengan ayah tirinya itu.

Melly menggeleng cepat,ia harus berpikir keras supaya ia juga bisa keluar dari rumahnya bersamaan dengan mamanya nanti.

"kamu kenapa deh?"tanya mama melly yang melihat anaknya bertingkah aneh

gadis itu menoleh lalu menampilkan cengirannya guna menutupi rasa khawatirnya "gak papa ma,nanti melly juga mau keluar sama kak arfan"kilahnya

mama melly mengangguk paham tapi tidak dengan papa tirinya yang justru menampilkan raut tak suka "keluar kemana kalian?"tanyanya judes

"mau ke rumah syifa pa"jawab melly pelan,gadis itu terus memilin ujung bajunya karena takut,meskipun terkesan dingin pada papa tirinya,tapi percayalah gadis itu akan merasa takut di situasi tertentu,seperti sekarang ini misalnya

"ya udah si,mama mah boleh boleh aja,toh perginya juga sama arfan"sahut sang mama yang secara tidak langsung menengahi sebuah perdebatan tak kasat mata.

papa melly menghelakan nafasnya kecewa,rencana yang sebelumnya sudah ia susun dari jauh jauh hari terpaksa tertunda hanya karena istrinya,yang sebenarnya hanya ia anggap istri diatas kertas,jahat memang.

mama melly melirik arloji yang melingkar di tangannya,waktu sudah menunjukkan pukul dua siang yang mengharuskan dirinya pergi untuk kembali ke butik yang berada di pusat kota.

"mama berangkat deh,kamu kalau pergi sama arfan jangan malam malam pulangnya"peringat sang mama sebelum wanita itu melenggang pergi dari rumah.

melly mengangguk kikuk,sejujurnya ia tak ingin pulang kerumahnya apalagi  dirinya tau jika hari ini adalah jadwal mamanya lembur yang berarti bisa tengah malam sampai dirumah.

gadis itu bangkit dari duduknya hendak bersiap untuk pergi bersama arfan nanti,tapi belum ada selangkah berjalan tangannya sudah lebih dulu di cekal oleh sang papa.melly refleks menoleh,nafasnya tertahan begitu mendapati wajah sang papa yang berada tepat di depannya belum lagi usapan sensual yang beralun lembut di pergelangan tangannya,menjijikkan!

"lepas!"desisnya tajam,meskipun dapat berucap begitu tapi percayalah dalam hatinya ia begitu takut sekarang,berharap seseorang datang dan menolongnya

papa melly mengeluarkan smirknya,sudah sangat lama ia menginginkan anak tirinya ini,sebenarnya papa melly yang di ketahui bernama karel ini hanya main main saja menikahi ana yang notabennya adalah mama kandung melly,ia menikahi wanita itu hanya untuk harta juga untuk mendapatkan tubuh anak gadis yang ia punya.

"kamu itu mau kemana?sudahlah di rumah saja dengan saya"ujarnya,melly yang mendengar penuturan papa tirinya itu berusaha untuk tidak berdecih,bisa timbul masalah nanti jika dia melakukan hal itu,disiksa misalnya.

ya memang selama ini melly selalu disiksa oleh papa tirinya,itu dilakukan jika istrinya tidak ada dirumah,yang dilakukan pun tak tanggung tannggung,dicambuk misalnya bahkan melly pernah di biarkan berada dalam kamar mandi seharian setelah sebelumnya di guyur dengan air dingin.

"lepasin gue ban*sat"ucapnya keceplosan,matanya langsung membola begitu sadar apa yang ia lakukan,bukan berdecih lagi tapi sudah mengumpat

karel tertawa meremehkan,ia begitu bahagia melihat wajah tersiksa anaknya,jika begini ia bisa di cap sebagai psycopath sekaligus karena dirinya yang bahagia melihat orang lain tersiksa

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang