Dua Puluh Lima

Start bij het begin
                                    

Beberapa saat kemudian ada tiga orang yang masuk dan duduk di depan Chris.

Mata Kenneth terbelalak karena ia tidak asing dengan tiga pria itu. Mereka bukan anggota F4.

"Kalian sudah datang?" ucap Chris yang terdengar dari balik bilik. Mungkin pemisahnya tinggi, tapi tidak kedap suara. Sehingga Kenneth dan Austin bisa mendengarkan percakapan orang yang duduk di sebelahnya.

"Bukannya itu..." Kenneth langsung membungkan Austin yang hendak bertanya.

"Pelan-pelan." bisik Kenneth.

"...itu suara Chris kan?" Austin mengubah volume suaranya.

Kenneth hanya mengangguk. Lalu mereka mendengarkan dengan saksama.

"Kita udah berhasil nyingkirin wanita itu." ucap salah satu pria itu yang tampak seperti ketua gengnya

"Kerja bagus!" ucap Chris. "Gue udah transfer bayaran kalian dengan rekening lain." Chris menunjukkan bukti transfernya.

"Tapi jumlah ini tidak sesuai dengan perjanjian di awal."

"Lo ngelunjak?!" bentak Chris, tapi masih dengan nada yang terkontrol. Memang tidak mengejutkan pelanggan restoran itu, tapi cukup membuat Kenneth terkejut. Ia tidak pernah melihat sisi Chris yang seperti ini. Chris yang ia kenal adalah seorang yang lembut dan hangat.

"Tapi kita udah mempertaruhkan segalanya. Bos nggak ingat ketika kita merancang pemerkosaan untuk laki-laki di gudang itu? Kita udah nyamar jadi preman dan bekerja sama dengan polisi, dan itu hampir ketahuan gara-gara polisi busuk yang coba-coba membuka mulutnya. Untung hal itu tidak terjadi. Dan sekarang kita udah ngelakuin hal yang sama untuk wanita itu. Bahkan lebih."

Kenneth langsung melemas. Ia ingat betul dengan wajah tiga orang preman yang hendak memperkosanya waktu itu. Mereka adalah orang yang duduk di depan Chris sekarang. Kenneth sangat bersyukur saat itu karena ditolong oleh Chris. Tapi setelah apa yang didengarnya sekarang ia sangat terkejut dan marah dengan apa yang telah terjadi.

Austin menangkap perubahan pada ekspresi wajah Kenneth.

"Kamu nggak papa, Ken?"

Ekspresi wajah Kenneth sekarang seperti seorang yang sedang marah sekaligus lemas, ingin sekali rasanya berteriak keras dan memukul Chris. Bagaimana bisa seorang sepertinya melakukan ini pada Kenneth?

Kenneth mencoba menarik napasnya dalam untuk menenangkan dirinya. "Tin, kamu ingat kejadian di gudang kosong gang dekat rumahku beberapa bulan yang lalu saat aku pulang kuliah malam hari?" Austin berpikir sejenak untuk mengingatnya, lalu mengangguk.

"Tiga orang yang duduk di depan Chris sekarang itu adalah pelakunya. Kau dengar laki-laki yang dimaksud mereka itu siapa?"

Austin mencoba mencernanya lagi, dan...

"Kamu, Ken? Chris yang nyuruh mereka buat memperkosa lo?!" ucapan Austin sangat keras karena terkejut hingga terdengar dari samping bilik dan membuat Chris sontak berdiri untuk melihatnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Kamu, Ken? Chris yang nyuruh mereka buat memperkosa lo?!" ucapan Austin sangat keras karena terkejut hingga terdengar dari samping bilik dan membuat Chris sontak berdiri untuk melihatnya.

Austin bangkit dan mendekat ke arah Chris lalu mencengkeram kerah bajunya.

"Tin, jangan!" Kenneth mencoba menarik Austin dan menenangkannya. Karena bentuk tubuh Austin yang lebih besar, Kenneth pun mau tidak mau harus memeluk Austin untuk mencegahnya.

Austin benar-benar marah. Bahkan bisa dikatakan jauh lebih marah daripada Kenneth. Bagaimana bisa ia membiarkan orang yang melukai pangeran kecilnya itu begitu saja.

"Kenneth..." ucap Chris lirih dengan wajah terkejut.

" ucap Chris lirih dengan wajah terkejut

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Lo udah kelewatan!" teriak Austin.

"Ken, kita bicarain ini baik-baik, oke?" ucap Chris lagi dengan wajah ketakutan.

Sementara Kenneth, ia hanya bisa menahannya dan akhirnya melelehkan air mata di pipinya. Bagaimana bisa ia selemah itu? Setidaknya ia seorang laki-laki dan harus membalas perbuatan Chris.

Kenneth mendekat ke arah Chris dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu...

Plakkk!

Sebuah tamparan dari tangan kanan Kenneth berhasil mendarat ke pipi kiri Chris. Dan...

Plakkk!

Sekali lagi tamparan itu datang dari tangan yang satunya.

Kenneth tidak tahu bagaimana caranya menonjok orang. Ia tidak tahu harus bagaimana meluapkan amarahnya. Selama ini yang melakukan hal tonjok-menonjok adalah Austin. Ia juga telah menjaga Kenneth selama ini. Sekarang Kenneth tidak harus bergantung lagi dengan Austin karena ia bisa meluapkan amarahnya, meskipun yang keluar hanya berupa tamparan. Tapi tamparan itu cukup keras. Bisa dilihat kedua pipi Chris sekarang memerah.

Saat itu juga muncul dua orang security yang melerai mereka. Kenneth langsung berbalik arah dan berjalan cepat meninggalkan Chris dan tiga pria itu. Sementara Austin berlari mengikuti Kenneth.

Kenneth turun menggunakan lift dan jongkok di dekat parkiran. Ia memegang kedua lututnya dan menangis sepuasnya. Ia tidak menahannya. Ia sangat histeris.

Austin yang melihatnya hanya bisa berdiri di belakangnya sambil menepuk-nepuk pelan punggung Kenneth. Hal itu terjadi selama beberapa menit. "Menangislah sepuasnya, Ken."

Setelah itu Austin hanya menuntun Kenneth ke motornya yang terparkir dan memasangkan helm ke kepalanya. Sesekali Austin juga mengusap air mata yang membasahi pipi Kenneth tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kenneth pun naik dan memeluk erat Austin yang memboncengnya sambil membenamkan wajahnya di punggung Austin. Selama perjalanan mereka hanya terdiam.

Hari ini benar-benar buruk bagi Kenneth. Ia sangat terpukul dengan apa yang telah terjadi sebenarnya. Trauma ketika ia hendak diperkosa preman itu masih membekas di ingatannya. Kejadian hari ini telah merobek jahitan luka dan membuatnya kembali mengaga. Bahkan Kenneth tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Ia mengalami mimpi buruk dan terus-terusan menangis tanpa henti.

Padahal Kenneth sangat percaya pada Chris. Tapi mengapa ia melakukan hal ini? Kenapa ia mengirim preman itu untuk memperkosanya? Yang lebih penting, mengapa ia mencoba menjadi pahlawan untuk menyelamatkannya saat itu?

***

Ditulis pada 07/09/2020

Meteor Ga(y)den [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu