16. SEMESTA BERCANDA?

626 50 33
                                    

☘️☘️☘️

“loh? Selimutnya mana?” "

Tanya Yerika saat melihat ranjang Arjuna tanpa selimut seperti biasa. Sedangkan yang ditanya sibuk berpikir keras, memikirkan jawaban yang tepat. Sinting, tidak mungkin Arjuna menjawab ia baru saja muntah darah dan menodai selimutnya.

“eum...tadi diambil perawat, mau diganti.”

“ohhhh...” balas Yerika.

Melihat Yerika duduk di sofa, Arjuna juga mengikuti. Sudah bisa ditebak, perempuan itu pasti akan menonton drama lagi, dengan persiapan banyak makanan ringan dan minuman rasa lainnya. “jangan tidur malem-malem ya, besok kamu operasi, jam sepuluh pagi kan?” tanya Yerika.

“iya.”

Tangan Arjuna terulur, mengusap punggung tangan Yerika, sang empunya tangan tak merasa terganggu sedikit pun, malah sibuk menonton drama yang sedang terputar di layar laptop. “Yer...masa tadi saya mimpi,” ujar Arjuna.

Yerika menoleh. “hah? Mimpi apa?”

“kamu jadi vas bunga hahahahaha...”

Bukannya tertawa juga, Yerika hanya diam, melihat ke arah Arjuna sebentar, lalu melihat ke layar laptop lagi. “mana selimut kamu? Kok gak dianterin lagi?” tanya Yerika, merasa curiga.

“mu-mungkin nanti.”

Tak ada balasan dari Yerika, membuat Arjuna membuang napas kasar. Kepalanya ia sandarkan di bahu Yerika, tangannya lagi-lagi mengusap punggung tangan Yerika. “bayi kamu? Sehat?”

“hellow, bentuknya masih gumpalan darah kali, udah nanya bayi aja!”

“cowoknya ganteng ya,” ujar Arjuna melihat pemain drama di layar laptop Yerika.

Yerika mengangguk setuju. “emang ganteng.”

“loh? Saya kira kamu bakal ngomong gantengan saya, ternyata enggak.”

“huh GR!” cibir Yerika.

Setelah itu, tidak ada pembicaraan, mungkin keduanya sibuk menonton drama juga. Sampai selang beberapa menit, Yerika merasa tidak ada lagi usapan lembut di punggung tangannya. “Arjuna? Tidur?” tanya Yerika.

Tak ada tanggapan.

“jangan tidur di sini dong, nanti kepala kamu sakit, tidur di ranjang sana.”

Masih sama, tak ada tanggapan.

Tidak, Yerika tidak ingin berpikiran yang aneh-aneh, tapi tetap saja, pikirannya tidak bisa berkompromi. “Arjuna, jangan tidur...”

Perasaan Yerika semakin tak karuan, ia menangkup wajah Arjuna, dan menepuk pipi Arjuna dengan pelan. “Arjuna, jangan bercanda kayak gini.”

“HAHAHAHAHAHAHAHAHA!”

Sial.

Tiba-tiba saja,

Arjuna tertawa.

Tertawa.

Tertaw.

Terta.

Tert.

Ter.

Te.

T.

“Arjuna, jangan tidur...” ujar Arjuna, meniru ucapan Yerika tadi.

“ck! Bikin panik aja!!!”

☘️☘️☘️

Yerika mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kedua kornea matanya. Kepalanya terasa pusing, tapi tidak terlalu.

“Yerika? Akhirnya bangun juga.”

Kepalanya menoleh ke sumber suara, ternyata Arin, sambil membawa segelas air putih. “Yer, tadi kamu pingsan,” ujar Arin sambil mengusap punggung tangan Yerika.

“pingsan kenapa?”

Arin tak langsung menjawab.

“oh iya, tadi aku mimpi Arjuna meninggal, rasanya mau nangis, eh ternyata cuma mimpi,” ujar Yerika, melanjutkan ucapannya.

Mendengar itu, raut wajah Arin langsung tampak bingung, sangat bingung, dan setelah itu tatapannya menjadi sendu. “Yer...kamu pingsan, setelah tahu Arjuna meninggal...”

Yerika tertawa renyah, dengan air mata yang jatuh satu persatu. “sekarang Arjuna mana?” tanya Yerika.

Bukannya menjawab, Arin malah mendekap Yerika erat, Yerika juga membalas dekapan Arin. “kamu gak bakal kuat liat Arjuna sekarang, tunggu besok ya? Ini pasti terlalu tiba-tiba, jangan maksain diri,” ujar Arin.

“Marco, Laskar, dan Hendery, mereka aja teriak gak karuan pas liat Arjuna udah terbujur kaku, siapa sih yang gak ngerasa hancur?”

Yerika hanya diam, berusaha meyakinkan diri kalau ini semua hanya mimpi. Seperti tadi.

☘️☘️☘️

HAYO HAYO....

ALUR SEMAKIN BERANTAKAN,

TAPI MALAS REVISI ^^~

Leukimia | Xiaojun Yeri ( ✔ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang