15. MASA LALU ARJUNA

452 50 18
                                    

☘️☘️☘️

Yerika meletakkan laptopnya di atas kursi kaki empat yang ada di depannya, sementara dirinya duduk di sofa. Menonton drama korea adalah jalan ninja Yerika jika bosan sedang melanda. Drama berjudul It's Okay Not To Be Okay menjadi pilihannya hari ini, kebetulan dramanya sudah selesai, jadi tidak perlu menunggu episode apa-apa lagi.

“Yerika...”

“hmm? udah bangun?” tanya Yerika.

Arjuna mendengus. “belum, ini masih mimpi!”

Pandangan Yerika terlepas dari layar laptop, beralih menatap Arjuna yang sudah duduk di sampingnya. “lagian kenapa sih? Mau makan?”

Arjuna menggeleng pelan.

Mendapat respon yang kurang memuaskan, Yerika kembali memandang layar laptop lagi.

“saya mau bilang sesuatu,” ujar Arjuna.

“bilang aja,” sahut Yerika tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Arjuna mengulum bibir sebentar. “pernikahan itu bukan hal yang main-main, Yer. Jangan asal cerai, nikah, cerai, nikah. Sudah seharusnya kamu sama Jefri, buat anak kamu juga kan?”

Yerika menghela napas, lagi-lagi pandangannya beralih pada Arjuna. “besok kamu operasi, sembuh, kita bisa nikah, dan hidup bahagia, masa gak mau sih?!”

“kalo saya operasi, belum tentu berhasil, banyak kemungkinannya...”

Yerika berdecak sebal. “ck! Kamu jangan optimis gitu dong!” omel Yerika.

Tak!

Arjuna menoyor pelan kepala Yerika. “pesimis neng, bukan optimis.”

“sah sah aja sih, kan cewek selalu benar.”

Tanpa meminta izin sang empunya terlebih dahulu, Arjuna asal saja menaruh kepalanya di paha Yerika. “pinjem ya, buat tidur,” ujar Arjuna. Yeuh bapak, udah tiduran baru izin...

Dengan tidak berat hati, Yerika mengangguk. Ia melirik sedikit, menghadap bawah, tangannya bergerak mengusap surai hitam milik Arjuna. “kok kita bisa kayak gini ya?” tanya Yerika.

“mau saya ceritain sesuatu?” tanya Arjuna dengan mata yang terpejam.

“boleh tuh.”

Arjuna menghela napas pelan, dan terdiam sejenak. “waktu saya kelas 4 SD, saya punya teman, namanya Tio. Di sekolah saya dan Tio duduk sebangku, rumah kita juga sebelahan. Gak lama setelah saya tahu kalo saya sakit, Tio juga tahu. Dia tahu karena...karena saya selalu mimisan sehabis main, namanya anak kelas 4 SD, maunya kan main terus.

Setelah tahu, Tio selalu larang saya ini itu biar gak sakit, dia jadi peduli banget sama saya. Dan sore itu, lagi hujan deras, bunda dan ayah lagi tidur, jadi saya keluar, main hujan-hujanan di lahan rumput seberang rumah.”

“terus?” tanya Yerika.

“Tio lihat saya, dia keluar juga tapi pakai payung, dia teriak-teriak nyuruh saya pulang karena takut saya sakit, sakit, dan sakit. Tapi saya gak dengerin Tio, waktu itu saya pikir kapan lagi bisa main tanpa pengawasan ayah dan bunda?

Terus saya ke pinggir, supaya ngobrol sama Tio lebih jelas. Saya lihat, dia mau nyebrang tapi...tapi ada mobil yang nabrak dia, kejadiannya cepet banget, yang saya lihat cuma payungnya yang rusak.”

Yerika tidak berkomentar apa-apa, yang ia lakukan hanya mengusap lembut surai Arjuna, untuk hari ini, ia akan belajar menjadi pendengar yang baik.

“karena itu, saya gak mau punya teman lagi, apalagi setelah lulus SD, saya jadi anti sosial, sampai SMA juga begitu, tapi menjadi sedikit berbeda. Jadi anti sosial di SMA, saya selalu dibully, intinya setiap orang yang sendirian pasti selalu dikeroyok rame-rame.

Bunda baru tahu tentang hal itu pas tengah ambil raport kenaikan kelas ke kelas 12, pas tahu, tanpa pikir panjang bunda langsung mengurus kepindahan sekolah, pasti bunda khawatir, saya udah sakit begini ditambah dibully? Bisa-bisa hidup saya lebih pendek dari perkiraan dokter.”

“jadi itu alasan kamu gak mau berbaur?”

Arjuna mengangguk. “saya gak mau jadi pembunuh untuk kedua kalinya. Dan gak mau bikin orang lain kesusahan juga, liat aja kamu, Marco, Laskar, Hendery, kenal sama saya jadi ikut kesusahan kan? Saya emang bisanya bikin repot doang.”

Yerika mencubit pipi Arjuna dengan sedikit kencang, anggap saja sebagai hukuman karena sudah berbicara ngawur. “itu semua kecelakaan, bukan salah kamu, apalagi Tio.”

“dan kamu harus tahu, kenapa aku pengen banget temenan sama kamu. Dulu, waktu aku kelas 8 SMP, Susi, temen sebangku aku itu pendieeemmm banget, dia sering gak perhatiin pelajaran, malah sibuk gambar.

Aku berusaha ajak ngomong, tetep gak direspon sama dia, kalo aku maksa, dia bakal marah. Dan tiba-tiba aja, dia bunuh diri dengan cara lompat dari atap sekolah. Aku sebagai temen sebangkunya ngerasa bersalah banget, aku bodoh karena gak coba rangkul dia, aku gak tahu dia punya masalah...” satu bulir air mata berhasil jatuh dari pelupuk mata Yerika.

“makanya, aku gak bisa diem aja liat kamu gak bergaul sama temen-temen kelas, aku takut...aku takut kamu sama kayak Susi.”

Arjuna masih pada posisi awal, kepalanya ia taruh di paha Yerika. “jangan nangis, air mata kamu netes ke muka saya nih,” ujar Arjuna sambil terkekeh.

Buru-buru Yerika mengusap wajahnya. “maaf.”

“gak apa-apa.”

☘️☘️☘️

TIO FIRMAN GANI

SUSI AMELIA ROSIDA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SUSI AMELIA ROSIDA

Haduh bingung oy cara bikin endingnya gimana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haduh bingung oy cara bikin endingnya gimana...

Jan lupa vote ya hyunkkk

Oke makasih.

Leukimia | Xiaojun Yeri ( ✔ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang