"Assalamualaikum Warahmatullah.. Ada apa?" jawab suara dari seberang.
"Waalaikumsalam Warahmatullah, Lo sibuk nggak?" tanya Althaf berbasa-basi.
"Nggak"
"Gue bisa minta tolong lo jemput Adeeva?"
"Lo?"
"Gue ada urusan yang nggak bisa ditinggal"
"Hmm"
"Jangan lupa beliin dia macaron warna pink ya, gue tadi janji sama dia. Sama sampein permintaan maaf gue, nggak bisa jemput dia"
"Ck. Ribet"
"Jangan cuek-cuek sama Adeeva!"
"Berisik. Gue tutup. Assalamualaikum Warahmatullah"
"Waalaikumsalam Warahmatullah"
Althaf menatap teleponnya yang telah diakhiri. Menahan kejengkelan hatinya terhadap kecuekan orang yang baru saja diteleponnya. Mengabaikan itu, dirinya berjalan menuju ke mushola yang ada di rumah sakit itu. Menjalankan ibadah wajibnya yang sempat tertunda.
Selesai dzikirnya, Althaf berdo'a memohon kepada Rabb-nya untuk kesembuhan perempuan itu.
'Ya Allah Ya Rabb.. Aku mohon kepada-Mu.. Berilah kesembuhan kepada perempuan itu Ya Rabb. Mudahkanlah jalan hidupnya Ya Rabb. Angkat semua kesulitannya. Jagalah ia dengan sebaik-baik penjagaan-Mu. Hamba tau, hamba bukanlah seseorang yang berhak menjaganya. Maka, Engkau adalah sebaik-baiknya Dzat yang bisa menjaganya. Hamba mohon Ya Rabb. Jangan biarkan dia terjerumus dalam kesesatan lagi. Berikan hidayah-Mu kepadanya Ya Rabb'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: Dan bagimu kebaikan yang sama." (HR. Muslim no. 4912)
3 jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rendi keluar dengan wajah tegang. Althaf menyambutnya di depan pintu ruang IGD dengan raut muka yang tak kalah tegang.
"Bagaimana kondisi pasien, Dok?" tanya Althaf saat pintu IGD baru saja terbuka.
"Operasi sudah selesai dilakukan, Mas Althaf. Segala yang berkaitan dengan tulang belakangnya sudah saya tangani. Tinggal menunggu kesadaran dari pasien untuk pemeriksaan lebih lanjut,"
"Baik terimakasih banyak, Dok. Kira-kira kapan pasien akan sadar, Dok?"
"Sepertinya, besok ia baru sadar. Karena pengaruh obat bius yang saya berikan memberi efek yang lama bahkan pasien bisa sekalian tertidur. Hal ini saya berikan untuk menghindari pergerakan yang akan memicu pergeseran tulang belakang," jelas Dokter Rendi.
"Baiklah terimakasih, Dok. Nanti akan saya kabari lagi jika pasien sudah sadar," jawab Althaf.
Dokter Rendi tersenyum, "Sama-sama, Mas Althaf. Sudah tugas saya menyelamatkan jiwa orang. Kalau begitu saya permisi dulu."
Althaf membalas senyuman Dokter Rendi seraya mengangguk. Mempersilahkan Dokter Rendi untuk melakukan aktivitas lainnya.
Althaf hanya diam memandangi saat Nasha dibawa menuju ruang pemulihan. Ia mengikuti dalam diam. Enggan beranjak meninggalkannya. Ia tak tahu apa yang terjadi kepada dirinya sehingga bisa sepeduli ini?
Hari beranjak menuju malam. Dan Althaf masih disana. Setia menunggui di sofa tak jauh dari ranjang tempat Nasha tertidur lelap. Dirinya sengaja memilih kamar yang luas. Agar siapapun leluasa untuk menjenguk. Matanya melirik jam mini yang melingkar di pergelangan kirinya. Ia mendesah bingung.
YOU ARE READING
Unpredictable
Romance[Campus Story 1] [END] Start: 20 Juni 2020 Finish: 24 Juli 2022 Judul lama : Hai you! Haura Nasha Athaillah, seorang mahasiswi administrasi bisnis yang sedang menempuh semester 3. Perempuan cantik itu berubah menjadi pendiam, cuek, dan dingin seme...
Part 10 - Wake Up, Please!
Start from the beginning
